Kepercayaan Masyarakat
Martapura Terhadap Tempat Keramat di Labuhan Batu Kecamatan Martapura Kota
Oleh:
Takdir Ali Syahbana٭
A. Pendahuluan
Manusia
merupakan makhluk yang Allah ciptakan paling sempurna di bandingkan dengan
makhluk yang lain, baik dalam bentuk fisik
maupun dalam
bentuk intelektual, namun perbedaan yang sangat signifikan adalah tertumpu pada
intelektual (akal).[1] Dari akal sinilah
manusia dibebani perintah dan di hujani dengan peraturan , akibat faktor
akal pulalah manusia diberikan agama[2]
untuk menata struktur kehidupan agar tetap sebadan dengan inteletual manusai
sendiri. Kecerdasan intelektual, emosional, spiritual adalah inti dari manusia
sendiri.
Agama
merupakan tempat pacu manusia untuk berbuat kebaikan, dari agama pulalah
manusia mendapatkan hakikat kebahagiaan dan dari agama pulalah manusia
mendapatkan ketenangan, namun, ketika manusia tidak mendapatakan ketenangan dan
kepuasan dalam beragama (Agnotesisime) maka manusia akan mencari solusi
lain yang lebih meyakinkan dibandingkan dengan sebelumya. Bukan berarti
pancariyan manusia tercantum pada sekte-sekte di dalam Islam saja, seperti Khawarij, Murji’ah
dan yang lainnya.[3]
Manusia berlomba-lomba untuk
mencari sebuah kepuasan dalam meningkatkan kepuasan mereka untuk menjalani
ibadah di dalam agama, dalam berbagai hal, baik mempercayai hal-hal yang gaib,
seperti makhluk halus, benda keramat, tempat keramat dan yang lainnya. Fenomena
inilah yang ada di dalam masyarakat Banjar Kalimantan Selatan.[4]
Masyarakat Kalimantan Selatan atau bisa disebut dengan suku Banjar masih banyak
terdapat orang-orang yang mempercayai hal-hal yang diluar immaterii yang
bersifat sacral seperti tempat keramat atau yang lainnya, salah satu kota yang
ada di Kalimantan Selatan adalah Martapura, tepat di Jalan Melati, Labuhan
Tabu, Kecamatan Martapura Kota yaitu kepercayaan masyarakat terhadap Pohon
Jingah, maqam Syekh Muhammad Arjan dan maqam Syarifah Siti Fatimah yang berada
di satu tempat. Keberadaan tiga tempat keramat dalam satu lokasi ini membaut
pertanyaan besar, bagaimana sejarah keberadaan tiga tempat keramat tersebut dan
bagaimana rekasi masyarakat Martapura terhadap tiga tempat keramat tersebut?
B. Lokasi Penelitian.
Martapura meruapakan sebuah
kecamatan yang ada di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, kota Martapura tepat
terletak di tepi sungai Martapura dan berjarak 40 km sebelah timur Banjarmasin
yang merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan. Kota Martapura terkenal dengan
sebutan kota Santri di Kalimantan, karena terdapat pondok pesnatren tua yaitu
Darussalam. Kota martapura juga terkenal dengan sebutan serambi Makkah, hal ini
dikarenakan banyaknya santri-santri di kota ini yang berpakain putih-putih
untuk menuntut ilmu.
Martapura terdiri dari15 desa
dan 11 kelurahan yaitu: Bincau, Bincau Muara, Cindai Alus, Indra Sari, Jawa
Laut, Labuan Batu, Sungai Sipil, Tambak Baru, Tambak Baru Ilir, Tambak Baru
Ulu, Tanjung Rema, Tunggul Irang, Tunggul Irang Ilir, Tunggul Irang Ulu,
Tungkaran. Dengan kelurahan sebagai brikut: Jawa, Keraton, Murung Kenanga,
Murung Keraton, Pasayangan, Pasayangan Barat, Pasayangan Selatan, Pesayangan Utara, Sekumpul, Sungai Paring, Tanjung Rema Darat.[5]
Salah satu tdesa yang ada di
Martapuura yang telah disebutkan di atas adalah Labuan Batu. Di Labuan Batu ada
beberapa RT, namun yang menjadi tempat penelitain ii adalah di Jalan Melati,
Labuan Batu RT 1 Kecamatan Martapura Kota. Tempat penelian ini berada tepat di
sebelah kiri jalan melati sesudah jembatan irigasi. Dalam penelitin ini,
peneliti menemukan satu tempat yang diisi oleh tiga objek penelitian, yaitu
keramat pohon jingah, satu buah maqam dan satu buah lobang yang diyakini
sebagai tempat pembunuhan pada masa penjajahan Belanda.
C. Kepercayaan masyarakat
Martapura tehadap pohon jingah, maqam Siti Fatimah dan sosok Syekh Muhammad
Arjan.
Salah satu fenomena yang
terdapat di Kalimantan Selatan tepatnya di kawasan Martapura adalah sebuh
tempat keramat yang di isi oleh tiga legenda, satu phon dan dua tokoh suci yang
ketiganya diyakini oleh masyarakat Martapura sebagai keramat. Dari tiga legenda
terdapat secara fakta antara lain satu buah maqam yang dihiasi dengan kain
kuning, satu buah lubang yang diyakini sebagai tempat dibunuhnya Muhammad Arjan
dan satu buah bekas pohon jingah yang telah ditebang oleh depag. Untuk mengenal
lebih jauh mengenai tiga keramat dalam satu tempat ini adalah sebagai berikut:
1. Pohon Jingah
Salah
satu fenomena kepercayaan masyarakat banjar yang tepat berada di martapura
adalah fenomena pohon jingah. Pohon jingah adalah spesias pohon yang tumbuh
bisa mencapai besar hingga 8 meter dan tinggi hingga 60 meter. Pohon ini
mempunyai mitos bahwa getah dan juga kulit dari pohon jingan jangan sampai
terkena kulit manusia, hal ini akan menyebabkan gatal, kulit merah dan bahkan
bisa membawa sakit. Berangkat dari keadaan ini masyarakat takut dengan pohon
tersebut.
Hal ini
justru berbeda dengan masyarakat martapura yang meyakini bahwa di desa Labuhan
Tabu ada sebatang pohon jingah yang sangat besar dan juga berkaramat, sangat
banyak masyarakat martapura dan sekitarnya yang mempercayai bahwa pohon jingah
setiap kali masyarakat yang bernazar di pohon besar yang berada di pinggiran
sungai batakan tersebut terkabul, baik dalam nazar dagang, jual tanah atau yang
lainnya.
Dari
fenomena keramat ini hingga sangat banyak masyarakat yang mempunyai nazar
menghadiayahkan kain kuning yang digantungkan dipohon jingah, jembatan dan di
letakkan dipinggir jalan tepat berada di bawah jembatan sungai batakan tersebut.[6]
Namun pada tahun 1998 pohon jingah yang diyakini oleh masyrakat Martapura
sebagai keramat dan setiap kali masyarakat bernazar di temppat ini pasti
terkabul ditebang oleh pemerintah martapura yang dipelopori oleh depag wilayah
martapura sendiri.[7]
Dari
proses penebangan tersebut, depag hanya sebagai pemberi perintah sedangkan yang
menjalankan amanah tersebut adalah seorang polisi, keberadaan polisi saat
penebangan pohon ini sangat dibutuhkan untuk keamanan, hal ini ddikarenakan
bahwa pohon yang sudah diyakini oleh masyarakat maratapura sebagai pohon yang
sakrak tersebut ditebang hal ini ditakutkan akan menyebabkan kemarahaman
masyarakat martapura, untuk itulah diberikan amanah kepada kepolisian untu
mengamankan.
Namun,
pohon keramat tersebut berkehendak lain, polisi yang ditugaskan untuk
megamankan proses penebangan pohon tesrebut meninggal dunia ditempat, para
masyarakat mengganggapnya sebagai amarah dari sang penjaga pohon tersebut.
Sebenarnya, kematoian polisi tersebut karena pohon jingah yang roboh ketiang
listrik dan tiang listrik tepat menjatuhi polisi tersebut hingga mengakibatkan
kematian seketika. Namun berbeda dengan padangan masyarakkat martapura,
kematian polisi tersebut karena amarah dari sang penjaga pohon tersebut karena
telah merusak tempat tinggal orang gaib.[8]
Selain
polisi yang ditugaskan menjaga keamanan dalam proses penebangan pohon tersebut
meninggal dunia, dua orang yang menebang pohon tersebut yang berasal dari
sungai tabuk juga meninggal dunia, namun berbeda dengan seorang polisi tersebut
yang meniggalnya seketika ditempat, dua orang yang menebang pohon jingah
tersebut meninggal dunia tiga hari setelah proses pembersihan pohon besar itu
selesai dari tempat penebangan.[9]
Berdasarkan
dari fenomena kejadian meninggalnya tiga orang yang menjadi pelaku utama dalam
proses penebangan pohon tersebut meninggal dunia maka, masyaraat martapura dan
sekitarnya semakin yakin bahwa ada seseuatu yang sangat sacral di pohon
tersebut, hingga walaupun sosok pohon jingah tersebut sudah tidak ada lagi, namun
masih ada bagian bawah pohon tersebut yang msih tersisa, hingga masrakatpun
meletakkan kain kuning di sisa potongan pohon jingah tersebut.
2. Sosok Syekh Muhammad Arjan.
Syekh
Muhammad Arjan adalah sosok Ulama yang hidup di keraton Martapura pada masa penjajahan
Belanda di Martapura.[10]
Tidak banyak masyarakat yang kenal dengan siapa sebenarnya Syekh Muhammad Arjan
ini, masyarakat martapura hanya mengetahui bahwa Syehk Arjan adalah sosok
penyelamat masyarakat pada waktu penjajahan Belanda.
Syekh
Muhammad Arjan merupakan sosok pahlawan dari martapura yang semasa hidupnya
memperjuangkan masyarakat martapura agar tetap hidup tidak disiksa oleh para
penjajah belanda, keberanian Syekh Muhammad Arjan membuat dirinya menjadi
incaran Belanda, pernah terjadi suatu ketika bahwa para penjajah belanda hendak
membunuh semua masyarakat yang berada di Labuhan batu ini. Maka waktu itu ada
sebuah perjanjian yang dilakukan pihak belanda dengan Syehk Muhammad Arjan
bahwa: “masyarakat Belanda tidak menyiksa orang-orang Martapura akan tetapi
Belanda harus membunuh hidup-hidup Syekh Muhammad Arjan, maka demi masyarakat martapuura
Syekh Muhammad Arjan setuju dengan perjanjian yang ditawarkan oleh Belanda”
Setelah
kesepakatan tersebut di setujui oleh dua pihak maka Syekh Muhammad Arjan di
kubur hidup-hidup dengan cara, tangan kedua belah diikat dan langsung di
masukan ke dalam lubang yang telah disediakan tepat berada di depan pohon
jingah tersebut. Berdasarkan cerita rakyat, keberadaan sosok Syekh Muhammad
Arjan saat dimasukan kedalam lubang tersebut dia menghilang dan pindah alam ke alam
gaib.
Masyarakat
martapura meyakini bahwa Syekh Muhammad Arjan masih ada hingga sekarang dan
bisa dipanggil untuk dimintai pertolongan. Sosok gaib Syekh Muhammad Arjan
sering berada di Martapura, hal ini di saksikan oleh masyarakat sekitar yang
sering melihat sosok misterius di kawasan keramat tersebut. Syekh Muhammad
Arjan terkenal dengan ilmunya yang tinggi terutama ilmu tentang hakikat jati
diri manusia, hal ini dibuktikan dengan menghilangnya sosok Syekh Muhammad
Arjan saat di kubur hidup-hidup.[11]
Masyarakat
juga meyakini bahwa hidupnya Syekh Muhammad Arjan hampir semasa dengan Syekh
Muhammad Arsyad yang sekarang dimakamkan
di Kelampayan. Masyarakat martapura juga meyakini bahwa si kawasan Labuhan Batu
ada zuriat Syekh Muhammad Arjan namun tidak menampakkan diri. Namun ada seorang
keluarga yang masih muda yang sering menjadi mediator sukma untuk berbicara
langsung dengan Syekh Muhammad Arjan.[12]
3. Maqam Siti Fatimah
Setelah
penebangan pohon jingah yang dilakukan oleh pihak depag dan juga kepolisian
yang menyisakan duka, tiga orang meninggal dunia, maka dibangunlah sebuah
bangun kecil yang dulunya itu adalah maqam siti Fatimah. Siti Fatimah adalah
istri dari Syekh Muhammad Arjan. Masyarakat martapur mengatakan bahwa Siti
Fatimah adalah sosok yang menjadi objek utama saat ada hajat dari warga, hal
ini dikarenakan Siti Fatimah adalah sosok yang berkeramat jika dibandingkan
dengan dua objek sebelumnya.[13]
Tidak
ada banyak yang tahu tentang siapa sebenarnya Siti Fatimah, masyarakat hanya
tahu bahwa Siti Fatimah adalah istri dari Syekh Muhammad Arjan. Jika di amati
lebih jauh, maqam Siti Fatimah sangat
banyak kain kuning, bunga yang diletakkan di maqam, hal ini menandakan bahwa
banyaknya masyarakat yang niatnya terkabul saat berhajat di maqam Siti Fatimah
tersebut. Hal ini juga dibuktikan dnegan banyaknya gulungan-gulungan kain
kuning yang ada di sekeliling maqam Siti Fatimah yang sudah tidak di letakkan
di maqam tersebut.
Letak
maqam Siti Fatimah di bagian depan dari sisa potongan pohon jingah, yang pada
musim hujan tiga tempat keranat ini terendam air, walaupun terendam air namun
ada saja masyarakat yang tetap meletakkan bunga dan juga kain kuning, hal ini
dibuktikan dengan terdapatnya kain yang baru dan juga bunga yang baru sajat
diletakan di maqam tersebut.[14]
D. Fenomena yang terjadi di
tempat keramat.
Sebuah kepercayaan akan
tumbuh dan berkembang sesuai bukti yang terjadi di dalam keyakinan tersebut,
baik bukti yang bersifat immateri ataupun bukti yang berbentuk wujud yang
dialami oleh orang meyakininya. Fenomena inilah yang terjadi di masyarakat
Martapura Khususnya tentang kepercayaan mereka terhadap tempat keremat
tersebut, ada beberapa fenomena yang terjadi di tempat keramat ini yang
menjadikan masyarakt yakin tentang kesakralan tempat tersebut.
1. Kabulnya Hajat.
Manusia pada umumnya adalah
makhluk yang diciptakan Tuhan dengan penuh keinginan, hal ini sesuai dengan apa
yang telah di katakana oleh Abraham Maslow[15]
sebagai berikut:
Ada lima teori herarki yang dia lahirkan, Pertama, kebutuhan
fisiologis, kedua, kebutuhan rasa aman, ketiga, kebutuhan untuk
disintai dan disayangi, keempat, kebutuhan untuk dihargai, kelima,kebutuhan untuk aktualisasi diri. Dari sini
dapat kita tarik pernyataan bahwa manusia membutuhkan kelengkapan yang sempurna
dalam hidupnya, ketika manusia tidak mampu mencangkau hal tersebut maka manusia
akan meminta bantuan kepada orang yang lebih tinggi kemampuannya dibandingkan
dengan dirinya.
Fenomena
inilah yang menjadi sumber rujukan bagi masyarakat martapura dan sekitarnya
yang ketika tidak mampu mencapai sesuatu maka akan meminta bantuan kepada orang
yang dianggap mampu dari dirinya, yaitu para wali-wali Allah. Banykanya kain
kuning byang berada di sekitar tempat keramat tersebut menandakan bahwa
banyaknya keinginan-keinginan masyarakat yang telah terkabul, baik dari dagang,
jual tanah atau hal-hal yang lainnya berupa jodoh.
Namun, semua
itu tergantung niatnya, bukan meminta kepada orang yang berada pada tempat
keramat tersbeut namun meminta melalui perantara orang tersebut hingga kepada
Allah swt. tokoh atau tempat suci tersebut hanya mediator untuk menyampaikan
sesuatu permintaan kepada Allah swt.[16]
Sejak
masyarakat percaya akan adanya sesuatu yang istemewa ditempat ini, sejak itu
pulalah masyarakat meletakkan kain kuning, dari beberapa tahun terakhir
terdampat sangat banyak tumpukan kain kuningb yang dikumpulkan didekat tempat
keramat tersebut, itupun masih banyak yang ikut terbawa oleh air sungai batakan
tersebut.[17]
Bukan hanya
masyarakat martapura saja yang bernazar ditempat tersebut tapi juga
masyarakatdiluar kota martapura seperti,
Banjarmasin, Banjarbaru, Gambut, rantau dan kota sekelilingnya yang tau akan
tempat keramat tersebut, hamper tiap hari ada saja masyarakat yang menaruh kain kuning, bunga baik digantungkan
dijembatan atau langsung turun ke tempat
keramat tersebut.[18]
2. Penyelasain Jembatan
Salah
satu fenomena yang terjadi di tempaat keramat tersbeyt adalah ketika adanya
proyek pembangunan jembatan besi yang menghubungkan antar desa tersbeut,
fenomenanya adalah beberapa tahun proyek mulai jalan mengerjakan pembanungan
jembatan tersebut tidak dapat terselaikan, ktiak hamper mendekati selesai maka
terjadilah keruskan-keruskan, berupa longsor, ambruk dan yang lainnya. Hal ini
terjadi sangat lama.
Hal
ini terjadi hingga bergantinya perusahaan yang memgang saham proyek tersebut,
setelah adanya pergantian saham perusahaan yang memegang proyek tersebut dan
dilaksanakan selamatan atau haulan yang ditujukan kepada Syekh Muhammad Arjan
dan Siti Fatimah tersebut dengan mengundang orang-orang kampong, yang
dilaksakan di pinggiran jalan raya melati tersebut dan yang menyiapkan
makannyapun adalah salah satu orang yang diyakini sebagai keturunan dari Syekh
Muhammad Arja, maka pembangunan proyek jembatanpun berjalan dengan lancar dan
kokoh hingga sekarang.[19]
3. Sering terjadi musibah di
jembatan
Kata
masyarakat bahwa; serinng orang-orang yang lewat di jembatan tersebut mengalami
kecelakaan berupa terjatuh ke jalan raya, jatuh kesungai, tabrakan dan yang
lainnya, hal ini dikaitkan dengan keberadaan tempat keramat tersebut yang diyakini
ada seseuatu yang menyebabkan hal tersbeut terjadi. Rasa angkuh dan sombong
yang dimiliki oleh manusia yang melewati jembatan tersebutlah yang diyakini
oleh masyarakat sebagai fakktor utama teradinya kecelakaan.
Manusia
sering meremehkan tempat tersebut dengan perkataan “Ah tempat apa itu” “ah,
saya tidak percaya dengan gitu-gituan” “ah, siapa disitu cumin pohon kayu saja”
kata-kata seperti inilah yang diyakini oleh masyarakat sebagai factor utama
terjadinya kecalakaan. Untuk mengantisisfasi terjadinya hal tesrebut maka
mansuai yang sudah terlanjur mengatakan hal semacam tersebut maka, hendaklah
mansua itu meminta ma’ah dengan ucapapan “assalamua alaikum warahmatullahi
wabaraktuh hai Syekh Muhammad Arjam saya minta ma’af” dan ketika melewati
jembatan tersbeut hendaklah memebri salam dengan ucapan ““assalamua alaikum
warahmatullahi wabaraktuh saya mohon lewat” ini adalh bacaan yang harus
dibaca bagi masyarakt yang ingin selamat saat lewat jembatan tersebut.[20]
E. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas
tersebut dapatlah ditarik suatu pernyataan mengenai tempat keramat di Labuhan Tabu bahwa ternayaa tempat ini diisi
oleh tiag sosok yang sacral, peertama, pohon jingah yang dinyaatakn
sebagai pohon keramat banyak masyarakat yang bernazar di sana terkabul dan
digantungi dengakain kuning, kedua, maqam Siti Fatimah yang dianggap
masyarakat sebagai tokoh wali diantara dua tempat lainnya tersebut, hal ini
dibuktikan juga dnegan dibangunya tempat pemakaman yang khsuus untuk Siti
Fatimah dan dihiasi dnegan kain kuning yang telah dihadihakn dari orag-orang
yang nazarnya terkabul. ketiga, sosok gaib Syekh Muhammad Arja yang
diyakini oleh masyarakat sebagi sosk gaib yang ada menjada tempat tersebut dan
bisa dipanggil jika dimintai pertolongan dengan memebrikan kopi manis dan juga
kopi pahit atau yang lainnya yang sudah menjadi kepercayaan masyarakat Banjar.
Masyarakat sering menunaikan nazarnya tempat
keramat tersebut dengan berbagai macam nazar, mulai dari dagang, bisnis, hingga
jodoh, dari nazar-naar yang diucapkan oleh orang-orang yan meyakini hal
tesrebut maka dapat dibuktikan akan kabulnya nazar tersebut dengan banyaknya
kain kuing yang dihadihak untuk sosok yag menghuni tempat tersebut.
Banyak sekali fenomena yang
terjadi disekitar tempat keramat tersebut, mulai dari penebangan pohon jingah
yang menelan tiga orang, satu polisi dan dua orang penebang pohon, seringnya
terjadi kecalakaan yang diakibatkan karena meemehkan tempat keramat tersebut,
penyelesaian pembangunan jembatan yang jika tidak dilaksakan selamatan tidak
akan teselesaikan pembangunan jembatan tesebut
[1] Untuk
lebih jelas mengenai permasalahan perbedaan manusia dengan makhluk ciptaan
Tuhan yang lain, mari kita tengok beberapa cuplikan ayat Al-qur’an yang
menyinggung pada kasus ini. Lihat: QS, 3: 164. QS, 4: 165. QS, 7: 52. QS, 7:
179. QS, 13: 37. QS, 17: 15. QS, 17: 70. QS, 25: 41-42. QS, 64: 2-3. QS, 95:
4-6. QS, 98: 6-8. Kesemua ayat inilah manusia di tuding sebagai makhluk yang
mempunyai beban dasar sebagai makhluk yang sempurna yang mampu memeikirkan baik
dan buruk, sekarang dan masa depan, dari ayat-ayat di atas pulalah manusa di
jelsakan bahwa kecerdasan yang manusia
miliki itu adalah butuh kinerja yang maksimal, bukan hanya menunngu
hidayah dari Tuhan tapi juga harus berusaha mencari ilmu. Lihat: M. Brar Harun,
sistematika Al-Qur’an dan Penjelasannya, (Banjarmasin: PT. Garfika Wangi
Kalimantan, 2007), hlm. 10-15.
[2] Agama dalam bahasa
Sanskrit, dalam abjat hurupnya ‘A’ maka di artikan dengan tidak
sedagkan pada gama di artikan dengan pergi (tidak pergi) atau
dapat juga diartikan dengan hal yang tidak pergi dari kehidupan yang diwarisi
oleh turun-temurun oleh manusia. Lihat:
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:
Universitas Indonesia Press, 1979), hlm. 9. Lihat juga: Dedy Supriyadi, Mustofa
Hasan, Filsafat Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 10. Kemudian
pengertian kata agama ini sedikit berbeda jika di tinjau dalam bahasa
Sansekerta di mulai dari huruf A di artikan dengan tidak dan di lanjutkan dnegan kalimat gama
yang berarti kacau di gabungkan muncullah defenisi kahir yaitu tidak
kacau, agama adalah peraruran yangmengatur manusia agar tidak mengalami
kekacaun yang menggelincir dari hatii nurani manusia sendiri. Lihat: Zulfi
Mubaraq, Sosiologi Agama, (Malang: UIN-MALIKI Press, 2010), hlm. 2.
Bahran Noor Haira mengetakan bahwa Peraturan yang ada dalam agama khususnya
Islam satupun ajarannya tidak ada yang bertentangan dengan hati nurani. Agama
teerbagi kepada tiiga kategori, Agama Samawy, Agama yang menyerupai Shuhuf,
agama ciptaan manusia, jika agama di pandang dari sudut sesembahan maka terbagi
dua; bertuhan Rohani dan bertuhan materi. Lebih jelas lihat: H.M. As’ad El
Hafidy, Aliran-Aliran Kepercayaan dan Kebatinan di Indonesia, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1977), h. 87-88.
[3] Salah satu sekte dalam
agama Islam yang mencari ketenangan dan kebhagiaan yang dengan pemikirannya
yang santai demi sosiologis adalah Murji’ah, murjiah adalah sekte yang
mengetengahi antara Khawarij dan Syi’ah. Kehadiran Murjiah memberikan
ketenangan dan kebahagiaan dari dua kubu yang berdu kekerasan. Untuk lebih
jelsa silahkan lihat: Muh̲ammad
‘abdu al-Karȋm bin
abi bakar ahmad al-Syahrastanȋ, Al-Milal
wa al-Nihal, (Libanon, Daru-al-fakr, 1997), h. 112. Dan: H. Hadariansyah, Pemekiran-pemikiran
teologi Islam dalam Sejarah pemikiran Islam,
(Banjarmasin: Antasari Press, 2010), h. 58. Dan: H.M. Ahmad, Tauhid Ilmu
Kalam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), h. 159. Lihat juga: Abdul Razak,
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, ( Bandung: Cv. Pustaka Setia.2012), h. 56.
Dan: tgk. H.Z.A. Syihab, Aqidah Ahlu-al-Sunnah Versi Salaf, Khalaf, dan
Versi Asy’Ariyyah di antara keduanya, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), h. 71.
[4]Kalimantan Selatan adalah
salah satu provinsi
di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.[4]
Hal ini dapat dibuktikan dengan catatan bahwa penduduk yang beragama Islam di
Kalimantan Selatan berjumlah 2.866.573 jiwa,
Kristen Protestan 29.380 jiwa, Katholik 14.146 jiwa, Hindu 13.555 jiwa,
serta pemeluk agama ataupun kepercayaan lain berjumlah 10.060 jiwa,[4]
hal ini jua dapat dibuktikan dengan adanya pembangunan tempat ibadah yang
sangat banyak tercatat ada 2.107 (dua ribu seratus tujuh) masjid,[4]
463 (Empat ratus enam puluh tiga)
musholla dan 6.302 (Enam ribu
tiga ratus dua) langgar.[4]
Masyarakat Kalimantan Selatan atau juga yang disebut dengan Suku Banjar[4] yang
terkenal dengan dalamnya pandangan dengan agama, hal ini dapat dilihat dari
sejarah Kalimantan Selatan sendiri yang selalu melahirkan tokoh-tokoh agama
yang sangat dihormati dan ditaati dan menjadi pedoman bagi masayarakat Kaliman
Selatan, salah satunya adalah KH. Zaini Abdul Ghani (Guru Sekumpul)[4]
[6]Wawancara dengan Abdul Muis, 1 Mei, 2014. Dia
Adalah penjaga dari tempat keramat ini.
[7]Wawancara dengan Abdul Muis, 1 Mei, 2014.
[8]Wawancara dengan Abdul Muis, 1 Mei, 2014.
[9]Wawancara dengan Abdul Muis, 1 Mei, 2014.
[10]Wawancara dengan Edy.1 Mei, 2014.
[11]Wawancara dengan Siti Juminur, 1 Mei, 2014.
[12]Beliau adalah kelaurga besar Abdul Muis:
Wawancara dengan Siti Juminur, 1 Mei, 2014.
[13]Wawancara dengan Abdul Muis, 1 Mei, 2014.
[14]Wawancara dengan Abdul Muis, 1 Mei, 2014.
[15]Abrham Maslow dilahirkan
di Brookllyn, New York pada tanggal 1 April tahun 1908, beliyau dibesarkan
digolongan orang-orang Yahudi Rusia yang mana orang tua dia tidak mengenyam
pendidikan tinggi, pada masa kecilnya Abraham maslow di kenal oleh para
teman-temannya sebagai seorang anak yang kurang berkembang jika dibandingkan
dengan anak-anak seusia dia waktu itu, dia tumbuh dan berkembang di lingkungan
non-Yahudi padahal keluarga besarnya adalah seorang Yahudi, karena bearada di
golongan yang Bukan satu keyakinan dengan dia, maka rasa terisolasi dan tidak
bahagiapun muncul pada waktu itu. Namun dia tumbuh dan bear diantara buku-buku
perpusatakaan, dia pada awalnya kuliyah dijurusan hukum, namun pada akhirnya
dia pindah ke jurusan Psikologi dan lulus daru Universitas Wisconsin. Saat
kuliah Maslow menikah dnegan sepupunya sendiri yang bernama Bertha pada bulan
Desember pada tahun 1928. Setelah berapa lama dia kemudia memperoleh gelar
Bachelor pada tahu 1930, dan Master pada tahun 1931 dan Ph.D pada tahun 1934.
Maslow kemudian memperdalah studynya di Universitas Columbia dan masih fokus di
bidang Psikologi dan terus melakukan penelitian-penelitian untuk memperdalah
keilmuannya, dan disinilha dia bertemau dengan sosok yang bernama Alfred Adler
salah satu kolega dari sigmund Freud.
Lihat: Robet W.
Crapps, Dialog Psikologi dan Agama, Sejak William James hingga Gordon W.
Allport, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 59. Freud adalah sosok manusia
yang tidak suka berpikir sufistik dia lebih suka bahkan kreteria pemikiran
bersifat humanitarian (Mementingkan nilai-nilai kemanusiaan); silahkan
lihat: David Trueblood, Filsafat Agama, Ter. H.M. Rasjidi, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2001), h. 104. Teori yang dilontarkan oleh Freud adalah
Psikoanalisa: lihat: David Trueblood, Filsafat Agama, . . . h. 106-107.
kemudian dia kembangkan bagaimana meninjau psikolgi secara sosial namun pada
akhirnya dia kembangkan kembali menjadi Psikoanalisa sosial dan analisa, pada
sisi inilah muncul teori Freud yang menentang dengan agama Lihat: Jorchim
Scharfen Berg, Sigmund Freud, Pemikiran dan Kritik Agama,(Ttp: Ak Group,
tth), h. 211.
[16]Wawancara dengan Siti Juminur, 1 Mei, 2014.
[17]Wawancara dengan Abdul Muis, 1 Mei, 2014.
[19]Wawancara dengan Siti Juminur, 1 Mei, 2014.
[20]Wawancara dengan Siti Juminur, 1 Mei, 2014.
This post have 0 komentar