Kepercayaan Masyarakat Martapura Terhadap Tempat Keramat di Labuhan Batu Kecamatan Martapura Kota

author photo April 04, 2016


Kepercayaan Masyarakat Martapura Terhadap Tempat Keramat di Labuhan Batu Kecamatan Martapura Kota
Oleh:
Takdir Ali Syahbana٭
A.      Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk yang Allah ciptakan paling sempurna di bandingkan dengan makhluk yang lain, baik  dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk intelektual, namun perbedaan yang sangat signifikan adalah tertumpu pada intelektual (akal).[1] Dari akal sinilah manusia dibebani perintah dan di hujani dengan peraturan , akibat faktor akal pulalah manusia diberikan agama[2] untuk menata struktur kehidupan agar tetap sebadan dengan inteletual manusai sendiri. Kecerdasan intelektual, emosional, spiritual adalah inti dari manusia sendiri.
Agama merupakan tempat pacu manusia untuk berbuat kebaikan, dari agama pulalah manusia mendapatkan hakikat kebahagiaan dan dari agama pulalah manusia mendapatkan ketenangan, namun, ketika manusia tidak mendapatakan ketenangan dan kepuasan dalam beragama (Agnotesisime) maka manusia akan mencari solusi lain yang lebih meyakinkan dibandingkan dengan sebelumya. Bukan berarti pancariyan manusia tercantum pada sekte-sekte di dalam Islam saja, seperti Khawarij, Murji’ah dan yang lainnya.[3]
Manusia berlomba-lomba untuk mencari sebuah kepuasan dalam meningkatkan kepuasan mereka untuk menjalani ibadah di dalam agama, dalam berbagai hal, baik mempercayai hal-hal yang gaib, seperti makhluk halus, benda keramat, tempat keramat dan yang lainnya. Fenomena inilah yang ada di dalam masyarakat Banjar Kalimantan Selatan.[4] Masyarakat Kalimantan Selatan atau bisa disebut dengan suku Banjar masih banyak terdapat orang-orang yang mempercayai hal-hal yang diluar immaterii yang bersifat sacral seperti tempat keramat atau yang lainnya, salah satu kota yang ada di Kalimantan Selatan adalah Martapura, tepat di Jalan Melati, Labuhan Tabu, Kecamatan Martapura Kota yaitu kepercayaan masyarakat terhadap Pohon Jingah, maqam Syekh Muhammad Arjan dan maqam Syarifah Siti Fatimah yang berada di satu tempat. Keberadaan tiga tempat keramat dalam satu lokasi ini membaut pertanyaan besar, bagaimana sejarah keberadaan tiga tempat keramat tersebut dan bagaimana rekasi masyarakat Martapura terhadap tiga tempat keramat tersebut?
B.      Lokasi Penelitian.
Martapura meruapakan sebuah kecamatan yang ada di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, kota Martapura tepat terletak di tepi sungai Martapura dan berjarak 40 km sebelah timur Banjarmasin yang merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan. Kota Martapura terkenal dengan sebutan kota Santri di Kalimantan, karena terdapat pondok pesnatren tua yaitu Darussalam. Kota martapura juga terkenal dengan sebutan serambi Makkah, hal ini dikarenakan banyaknya santri-santri di kota ini yang berpakain putih-putih untuk menuntut ilmu.
Martapura terdiri dari15 desa dan 11 kelurahan yaitu: Bincau, Bincau Muara, Cindai Alus, Indra Sari, Jawa Laut, Labuan Batu, Sungai Sipil, Tambak Baru, Tambak Baru Ilir, Tambak Baru Ulu, Tanjung Rema, Tunggul Irang, Tunggul Irang Ilir, Tunggul Irang Ulu, Tungkaran. Dengan kelurahan sebagai brikut: Jawa, Keraton, Murung Kenanga, Murung Keraton, Pasayangan, Pasayangan Barat, Pasayangan Selatan,  Pesayangan Utara, Sekumpul,  Sungai Paring, Tanjung Rema Darat.[5]
Salah satu tdesa yang ada di Martapuura yang telah disebutkan di atas adalah Labuan Batu. Di Labuan Batu ada beberapa RT, namun yang menjadi tempat penelitain ii adalah di Jalan Melati, Labuan Batu RT 1 Kecamatan Martapura Kota. Tempat penelian ini berada tepat di sebelah kiri jalan melati sesudah jembatan irigasi. Dalam penelitin ini, peneliti menemukan satu tempat yang diisi oleh tiga objek penelitian, yaitu keramat pohon jingah, satu buah maqam dan satu buah lobang yang diyakini sebagai tempat pembunuhan pada masa penjajahan Belanda.
C.      Kepercayaan masyarakat Martapura tehadap pohon jingah, maqam Siti Fatimah dan sosok Syekh Muhammad Arjan.
Salah satu fenomena yang terdapat di Kalimantan Selatan tepatnya di kawasan Martapura adalah sebuh tempat keramat yang di isi oleh tiga legenda, satu phon dan dua tokoh suci yang ketiganya diyakini oleh masyarakat Martapura sebagai keramat. Dari tiga legenda terdapat secara fakta antara lain satu buah maqam yang dihiasi dengan kain kuning, satu buah lubang yang diyakini sebagai tempat dibunuhnya Muhammad Arjan dan satu buah bekas pohon jingah yang telah ditebang oleh depag. Untuk mengenal lebih jauh mengenai tiga keramat dalam satu tempat ini adalah sebagai berikut:
1.      Pohon Jingah
Salah satu fenomena kepercayaan masyarakat banjar yang tepat berada di martapura adalah fenomena pohon jingah. Pohon jingah adalah spesias pohon yang tumbuh bisa mencapai besar hingga 8 meter dan tinggi hingga 60 meter. Pohon ini mempunyai mitos bahwa getah dan juga kulit dari pohon jingan jangan sampai terkena kulit manusia, hal ini akan menyebabkan gatal, kulit merah dan bahkan bisa membawa sakit. Berangkat dari keadaan ini masyarakat takut dengan pohon tersebut.
Hal ini justru berbeda dengan masyarakat martapura yang meyakini bahwa di desa Labuhan Tabu ada sebatang pohon jingah yang sangat besar dan juga berkaramat, sangat banyak masyarakat martapura dan sekitarnya yang mempercayai bahwa pohon jingah setiap kali masyarakat yang bernazar di pohon besar yang berada di pinggiran sungai batakan tersebut terkabul, baik dalam nazar dagang, jual tanah atau yang lainnya.
Dari fenomena keramat ini hingga sangat banyak masyarakat yang mempunyai nazar menghadiayahkan kain kuning yang digantungkan dipohon jingah, jembatan dan di letakkan dipinggir jalan tepat berada di bawah jembatan sungai batakan tersebut.[6] Namun pada tahun 1998 pohon jingah yang diyakini oleh masyrakat Martapura sebagai keramat dan setiap kali masyarakat bernazar di temppat ini pasti terkabul ditebang oleh pemerintah martapura yang dipelopori oleh depag wilayah martapura sendiri.[7]
Dari proses penebangan tersebut, depag hanya sebagai pemberi perintah sedangkan yang menjalankan amanah tersebut adalah seorang polisi, keberadaan polisi saat penebangan pohon ini sangat dibutuhkan untuk keamanan, hal ini ddikarenakan bahwa pohon yang sudah diyakini oleh masyarakat maratapura sebagai pohon yang sakrak tersebut ditebang hal ini ditakutkan akan menyebabkan kemarahaman masyarakat martapura, untuk itulah diberikan amanah kepada kepolisian untu mengamankan.
Namun, pohon keramat tersebut berkehendak lain, polisi yang ditugaskan untuk megamankan proses penebangan pohon tesrebut meninggal dunia ditempat, para masyarakat mengganggapnya sebagai amarah dari sang penjaga pohon tersebut. Sebenarnya, kematoian polisi tersebut karena pohon jingah yang roboh ketiang listrik dan tiang listrik tepat menjatuhi polisi tersebut hingga mengakibatkan kematian seketika. Namun berbeda dengan padangan masyarakkat martapura, kematian polisi tersebut karena amarah dari sang penjaga pohon tersebut karena telah merusak tempat tinggal orang gaib.[8]
Selain polisi yang ditugaskan menjaga keamanan dalam proses penebangan pohon tersebut meninggal dunia, dua orang yang menebang pohon tersebut yang berasal dari sungai tabuk juga meninggal dunia, namun berbeda dengan seorang polisi tersebut yang meniggalnya seketika ditempat, dua orang yang menebang pohon jingah tersebut meninggal dunia tiga hari setelah proses pembersihan pohon besar itu selesai dari tempat penebangan.[9]
Berdasarkan dari fenomena kejadian meninggalnya tiga orang yang menjadi pelaku utama dalam proses penebangan pohon tersebut meninggal dunia maka, masyaraat martapura dan sekitarnya semakin yakin bahwa ada seseuatu yang sangat sacral di pohon tersebut, hingga walaupun sosok pohon jingah tersebut sudah tidak ada lagi, namun masih ada bagian bawah pohon tersebut yang msih tersisa, hingga masrakatpun meletakkan kain kuning di sisa potongan pohon jingah tersebut.
2.      Sosok Syekh Muhammad Arjan.
Syekh Muhammad Arjan adalah sosok Ulama yang hidup di keraton Martapura pada masa penjajahan Belanda di Martapura.[10] Tidak banyak masyarakat yang kenal dengan siapa sebenarnya Syekh Muhammad Arjan ini, masyarakat martapura hanya mengetahui bahwa Syehk Arjan adalah sosok penyelamat masyarakat pada waktu penjajahan Belanda.
Syekh Muhammad Arjan merupakan sosok pahlawan dari martapura yang semasa hidupnya memperjuangkan masyarakat martapura agar tetap hidup tidak disiksa oleh para penjajah belanda, keberanian Syekh Muhammad Arjan membuat dirinya menjadi incaran Belanda, pernah terjadi suatu ketika bahwa para penjajah belanda hendak membunuh semua masyarakat yang berada di Labuhan batu ini. Maka waktu itu ada sebuah perjanjian yang dilakukan pihak belanda dengan Syehk Muhammad Arjan bahwa: “masyarakat Belanda tidak menyiksa orang-orang Martapura akan tetapi Belanda harus membunuh hidup-hidup Syekh Muhammad Arjan, maka demi masyarakat martapuura Syekh Muhammad Arjan setuju dengan perjanjian yang ditawarkan oleh Belanda”
Setelah kesepakatan tersebut di setujui oleh dua pihak maka Syekh Muhammad Arjan di kubur hidup-hidup dengan cara, tangan kedua belah diikat dan langsung di masukan ke dalam lubang yang telah disediakan tepat berada di depan pohon jingah tersebut. Berdasarkan cerita rakyat, keberadaan sosok Syekh Muhammad Arjan saat dimasukan kedalam lubang tersebut dia menghilang dan pindah alam ke alam gaib.
Masyarakat martapura meyakini bahwa Syekh Muhammad Arjan masih ada hingga sekarang dan bisa dipanggil untuk dimintai pertolongan. Sosok gaib Syekh Muhammad Arjan sering berada di Martapura, hal ini di saksikan oleh masyarakat sekitar yang sering melihat sosok misterius di kawasan keramat tersebut. Syekh Muhammad Arjan terkenal dengan ilmunya yang tinggi terutama ilmu tentang hakikat jati diri manusia, hal ini dibuktikan dengan menghilangnya sosok Syekh Muhammad Arjan saat di kubur hidup-hidup.[11]
Masyarakat juga meyakini bahwa hidupnya Syekh Muhammad Arjan hampir semasa dengan Syekh Muhammad Arsyad  yang sekarang dimakamkan di Kelampayan. Masyarakat martapura juga meyakini bahwa si kawasan Labuhan Batu ada zuriat Syekh Muhammad Arjan namun tidak menampakkan diri. Namun ada seorang keluarga yang masih muda yang sering menjadi mediator sukma untuk berbicara langsung dengan Syekh Muhammad Arjan.[12]

3.      Maqam Siti Fatimah
Setelah penebangan pohon jingah yang dilakukan oleh pihak depag dan juga kepolisian yang menyisakan duka, tiga orang meninggal dunia, maka dibangunlah sebuah bangun kecil yang dulunya itu adalah maqam siti Fatimah. Siti Fatimah adalah istri dari Syekh Muhammad Arjan. Masyarakat martapur mengatakan bahwa Siti Fatimah adalah sosok yang menjadi objek utama saat ada hajat dari warga, hal ini dikarenakan Siti Fatimah adalah sosok yang berkeramat jika dibandingkan dengan dua objek sebelumnya.[13]
Tidak ada banyak yang tahu tentang siapa sebenarnya Siti Fatimah, masyarakat hanya tahu bahwa Siti Fatimah adalah istri dari Syekh Muhammad Arjan. Jika di amati lebih jauh, maqam  Siti Fatimah sangat banyak kain kuning, bunga yang diletakkan di maqam, hal ini menandakan bahwa banyaknya masyarakat yang niatnya terkabul saat berhajat di maqam Siti Fatimah tersebut. Hal ini juga dibuktikan dnegan banyaknya gulungan-gulungan kain kuning yang ada di sekeliling maqam Siti Fatimah yang sudah tidak di letakkan di maqam tersebut.
Letak maqam Siti Fatimah di bagian depan dari sisa potongan pohon jingah, yang pada musim hujan tiga tempat keranat ini terendam air, walaupun terendam air namun ada saja masyarakat yang tetap meletakkan bunga dan juga kain kuning, hal ini dibuktikan dengan terdapatnya kain yang baru dan juga bunga yang baru sajat diletakan di maqam tersebut.[14]


D.     Fenomena yang terjadi di tempat keramat.
Sebuah kepercayaan akan tumbuh dan berkembang sesuai bukti yang terjadi di dalam keyakinan tersebut, baik bukti yang bersifat immateri ataupun bukti yang berbentuk wujud yang dialami oleh orang meyakininya. Fenomena inilah yang terjadi di masyarakat Martapura Khususnya tentang kepercayaan mereka terhadap tempat keremat tersebut, ada beberapa fenomena yang terjadi di tempat keramat ini yang menjadikan masyarakt yakin tentang kesakralan tempat tersebut.
1.      Kabulnya Hajat.
Manusia pada umumnya adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan penuh keinginan, hal ini sesuai dengan apa yang telah di katakana oleh Abraham Maslow[15] sebagai berikut:
Ada lima teori herarki yang dia lahirkan, Pertama, kebutuhan fisiologis, kedua, kebutuhan rasa aman, ketiga, kebutuhan untuk disintai dan disayangi, keempat, kebutuhan untuk dihargai, kelima,kebutuhan untuk aktualisasi diri. Dari sini dapat kita tarik pernyataan bahwa manusia membutuhkan kelengkapan yang sempurna dalam hidupnya, ketika manusia tidak mampu mencangkau hal tersebut maka manusia akan meminta bantuan kepada orang yang lebih tinggi kemampuannya dibandingkan dengan dirinya.
Fenomena inilah yang menjadi sumber rujukan bagi masyarakat martapura dan sekitarnya yang ketika tidak mampu mencapai sesuatu maka akan meminta bantuan kepada orang yang dianggap mampu dari dirinya, yaitu para wali-wali Allah. Banykanya kain kuning byang berada di sekitar tempat keramat tersebut menandakan bahwa banyaknya keinginan-keinginan masyarakat yang telah terkabul, baik dari dagang, jual tanah atau hal-hal yang lainnya berupa jodoh.
Namun, semua itu tergantung niatnya, bukan meminta kepada orang yang berada pada tempat keramat tersbeut namun meminta melalui perantara orang tersebut hingga kepada Allah swt. tokoh atau tempat suci tersebut hanya mediator untuk menyampaikan sesuatu permintaan kepada Allah swt.[16]
Sejak masyarakat percaya akan adanya sesuatu yang istemewa ditempat ini, sejak itu pulalah masyarakat meletakkan kain kuning, dari beberapa tahun terakhir terdampat sangat banyak tumpukan kain kuningb yang dikumpulkan didekat tempat keramat tersebut, itupun masih banyak yang ikut terbawa oleh air sungai batakan tersebut.[17]
Bukan hanya masyarakat martapura saja yang bernazar ditempat tersebut tapi juga masyarakatdiluar kota  martapura seperti, Banjarmasin, Banjarbaru, Gambut, rantau dan kota sekelilingnya yang tau akan tempat keramat tersebut, hamper tiap hari ada saja masyarakat  yang menaruh kain kuning, bunga baik digantungkan dijembatan atau langsung turun ke tempat  keramat tersebut.[18]
2.      Penyelasain Jembatan
Salah satu fenomena yang terjadi di tempaat keramat tersbeyt adalah ketika adanya proyek pembangunan jembatan besi yang menghubungkan antar desa tersbeut, fenomenanya adalah beberapa tahun proyek mulai jalan mengerjakan pembanungan jembatan tersebut tidak dapat terselaikan, ktiak hamper mendekati selesai maka terjadilah keruskan-keruskan, berupa longsor, ambruk dan yang lainnya. Hal ini terjadi sangat lama.
Hal ini terjadi hingga bergantinya perusahaan yang memgang saham proyek tersebut, setelah adanya pergantian saham perusahaan yang memegang proyek tersebut dan dilaksanakan selamatan atau haulan yang ditujukan kepada Syekh Muhammad Arjan dan Siti Fatimah tersebut dengan mengundang orang-orang kampong, yang dilaksakan di pinggiran jalan raya melati tersebut dan yang menyiapkan makannyapun adalah salah satu orang yang diyakini sebagai keturunan dari Syekh Muhammad Arja, maka pembangunan proyek jembatanpun berjalan dengan lancar dan kokoh hingga sekarang.[19]
3.      Sering terjadi musibah di jembatan
Kata masyarakat bahwa; serinng orang-orang yang lewat di jembatan tersebut mengalami kecelakaan berupa terjatuh ke jalan raya, jatuh kesungai, tabrakan dan yang lainnya, hal ini dikaitkan dengan keberadaan tempat keramat tersebut yang diyakini ada seseuatu yang menyebabkan hal tersbeut terjadi. Rasa angkuh dan sombong yang dimiliki oleh manusia yang melewati jembatan tersebutlah yang diyakini oleh masyarakat sebagai fakktor utama teradinya kecelakaan.
Manusia sering meremehkan tempat tersebut dengan perkataan “Ah tempat apa itu” “ah, saya tidak percaya dengan gitu-gituan” “ah, siapa disitu cumin pohon kayu saja” kata-kata seperti inilah yang diyakini oleh masyarakat sebagai factor utama terjadinya kecalakaan. Untuk mengantisisfasi terjadinya hal tesrebut maka mansuai yang sudah terlanjur mengatakan hal semacam tersebut maka, hendaklah mansua itu meminta ma’ah dengan ucapapan “assalamua alaikum warahmatullahi wabaraktuh hai Syekh Muhammad Arjam saya minta ma’af” dan ketika melewati jembatan tersbeut hendaklah memebri salam dengan ucapan ““assalamua alaikum warahmatullahi wabaraktuh saya mohon lewat” ini adalh bacaan yang harus dibaca bagi masyarakt yang ingin selamat saat lewat jembatan tersebut.[20]
E.      Kesimpulan
Dari penjelasan di atas tersebut dapatlah ditarik suatu pernyataan mengenai tempat keramat di  Labuhan Tabu bahwa ternayaa tempat ini diisi oleh tiag sosok yang sacral, peertama, pohon jingah yang dinyaatakn sebagai pohon keramat banyak masyarakat yang bernazar di sana terkabul dan digantungi dengakain kuning, kedua, maqam Siti Fatimah yang dianggap masyarakat sebagai tokoh wali diantara dua tempat lainnya tersebut, hal ini dibuktikan juga dnegan dibangunya tempat pemakaman yang khsuus untuk Siti Fatimah dan dihiasi dnegan kain kuning yang telah dihadihakn dari orag-orang yang nazarnya terkabul. ketiga, sosok gaib Syekh Muhammad Arja yang diyakini oleh masyarakat sebagi sosk gaib yang ada menjada tempat tersebut dan bisa dipanggil jika dimintai pertolongan dengan memebrikan kopi manis dan juga kopi pahit atau yang lainnya yang sudah menjadi kepercayaan masyarakat Banjar.
 Masyarakat sering menunaikan nazarnya tempat keramat tersebut dengan berbagai macam nazar, mulai dari dagang, bisnis, hingga jodoh, dari nazar-naar yang diucapkan oleh orang-orang yan meyakini hal tesrebut maka dapat dibuktikan akan kabulnya nazar tersebut dengan banyaknya kain kuing yang dihadihak untuk sosok yag menghuni tempat tersebut.
Banyak sekali fenomena yang terjadi disekitar tempat keramat tersebut, mulai dari penebangan pohon jingah yang menelan tiga orang, satu polisi dan dua orang penebang pohon, seringnya terjadi kecalakaan yang diakibatkan karena meemehkan tempat keramat tersebut, penyelesaian pembangunan jembatan yang jika tidak dilaksakan selamatan tidak akan teselesaikan pembangunan jembatan tesebut


[1] Untuk lebih jelas mengenai permasalahan perbedaan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain, mari kita tengok beberapa cuplikan ayat Al-qur’an yang menyinggung pada kasus ini. Lihat: QS, 3: 164. QS, 4: 165. QS, 7: 52. QS, 7: 179. QS, 13: 37. QS, 17: 15. QS, 17: 70. QS, 25: 41-42. QS, 64: 2-3. QS, 95: 4-6. QS, 98: 6-8. Kesemua ayat inilah manusia di tuding sebagai makhluk yang mempunyai beban dasar sebagai makhluk yang sempurna yang mampu memeikirkan baik dan buruk, sekarang dan masa depan, dari ayat-ayat di atas pulalah manusa di jelsakan bahwa kecerdasan yang manusia  miliki itu adalah butuh kinerja yang maksimal, bukan hanya menunngu hidayah dari Tuhan tapi juga harus berusaha mencari ilmu. Lihat: M. Brar Harun, sistematika Al-Qur’an dan Penjelasannya, (Banjarmasin: PT. Garfika Wangi Kalimantan, 2007), hlm. 10-15.
[2] Agama dalam bahasa Sanskrit, dalam abjat hurupnya ‘A’ maka di artikan dengan tidak sedagkan pada gama di artikan dengan pergi (tidak pergi) atau dapat juga diartikan dengan hal yang tidak pergi dari kehidupan yang diwarisi oleh turun-temurun oleh manusia. Lihat:  Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1979), hlm. 9. Lihat juga: Dedy Supriyadi, Mustofa Hasan, Filsafat Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 10. Kemudian pengertian kata agama ini sedikit berbeda jika di tinjau dalam bahasa Sansekerta di mulai dari huruf A di artikan dengan tidak  dan di lanjutkan dnegan kalimat gama yang berarti kacau di gabungkan muncullah defenisi kahir yaitu tidak kacau, agama adalah peraruran yangmengatur manusia agar tidak mengalami kekacaun yang menggelincir dari hatii nurani manusia sendiri. Lihat: Zulfi Mubaraq, Sosiologi Agama, (Malang: UIN-MALIKI Press, 2010), hlm. 2. Bahran Noor Haira mengetakan bahwa Peraturan yang ada dalam agama khususnya Islam satupun ajarannya tidak ada yang bertentangan dengan hati nurani. Agama teerbagi kepada tiiga kategori, Agama Samawy, Agama yang menyerupai Shuhuf, agama ciptaan manusia, jika agama di pandang dari sudut sesembahan maka terbagi dua; bertuhan Rohani dan bertuhan materi. Lebih jelas lihat: H.M. As’ad El Hafidy, Aliran-Aliran Kepercayaan dan Kebatinan di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1977), h. 87-88.
[3] Salah satu sekte dalam agama Islam yang mencari ketenangan dan kebhagiaan yang dengan pemikirannya yang santai demi sosiologis adalah Murji’ah, murjiah adalah sekte yang mengetengahi antara Khawarij dan Syi’ah. Kehadiran Murjiah memberikan ketenangan dan kebahagiaan dari dua kubu yang berdu kekerasan. Untuk lebih jelsa silahkan lihat: Muh̲ammad ‘abdu al-KarÈ‹m bin abi bakar ahmad al-SyahrastanÈ‹, Al-Milal wa al-Nihal, (Libanon, Daru-al-fakr, 1997), h. 112. Dan: H. Hadariansyah, Pemekiran-pemikiran teologi Islam  dalam Sejarah pemikiran Islam, (Banjarmasin: Antasari Press, 2010), h. 58. Dan: H.M. Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), h. 159. Lihat juga: Abdul Razak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, ( Bandung: Cv. Pustaka Setia.2012), h. 56. Dan: tgk. H.Z.A. Syihab, Aqidah Ahlu-al-Sunnah Versi Salaf, Khalaf, dan Versi Asy’Ariyyah di antara keduanya, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), h. 71.
[4]Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.[4] Hal ini dapat dibuktikan dengan catatan bahwa penduduk yang beragama Islam di Kalimantan Selatan berjumlah 2.866.573 jiwa,  Kristen Protestan 29.380 jiwa, Katholik 14.146 jiwa, Hindu 13.555 jiwa, serta pemeluk agama ataupun kepercayaan lain berjumlah 10.060 jiwa,[4] hal ini jua dapat dibuktikan dengan adanya pembangunan tempat ibadah yang sangat banyak tercatat ada 2.107 (dua ribu seratus tujuh) masjid,[4] 463 (Empat ratus enam puluh tiga)  musholla  dan 6.302 (Enam ribu tiga ratus dua) langgar.[4] Masyarakat Kalimantan Selatan atau juga yang disebut dengan Suku Banjar[4] yang terkenal dengan dalamnya pandangan dengan agama, hal ini dapat dilihat dari sejarah Kalimantan Selatan sendiri yang selalu melahirkan tokoh-tokoh agama yang sangat dihormati dan ditaati dan menjadi pedoman bagi masayarakat Kaliman Selatan, salah satunya adalah KH. Zaini Abdul Ghani (Guru Sekumpul)[4]
[5] http://id.m.wikipedia.org/wiki/Martapura,-Banjar. Diakses pada tanggal 1 Mei 2014.
[6]Wawancara dengan Abdul Muis, 1 Mei, 2014. Dia Adalah penjaga dari tempat keramat ini.
[7]Wawancara dengan Abdul Muis, 1 Mei, 2014.
[8]Wawancara dengan Abdul Muis, 1 Mei, 2014.
[9]Wawancara dengan Abdul Muis, 1 Mei, 2014.
[10]Wawancara dengan Edy.1 Mei, 2014.
[11]Wawancara dengan Siti Juminur, 1 Mei, 2014.
[12]Beliau adalah kelaurga besar Abdul Muis: Wawancara dengan Siti Juminur, 1 Mei, 2014.
[13]Wawancara dengan Abdul Muis, 1 Mei, 2014.
[14]Wawancara dengan Abdul Muis, 1 Mei, 2014.
[15]Abrham Maslow dilahirkan di Brookllyn, New York pada tanggal 1 April tahun 1908, beliyau dibesarkan digolongan orang-orang Yahudi Rusia yang mana orang tua dia tidak mengenyam pendidikan tinggi, pada masa kecilnya Abraham maslow di kenal oleh para teman-temannya sebagai seorang anak yang kurang berkembang jika dibandingkan dengan anak-anak seusia dia waktu itu, dia tumbuh dan berkembang di lingkungan non-Yahudi padahal keluarga besarnya adalah seorang Yahudi, karena bearada di golongan yang Bukan satu keyakinan dengan dia, maka rasa terisolasi dan tidak bahagiapun muncul pada waktu itu. Namun dia tumbuh dan bear diantara buku-buku perpusatakaan, dia pada awalnya kuliyah dijurusan hukum, namun pada akhirnya dia pindah ke jurusan Psikologi dan lulus daru Universitas Wisconsin. Saat kuliah Maslow menikah dnegan sepupunya sendiri yang bernama Bertha pada bulan Desember pada tahun 1928. Setelah berapa lama dia kemudia memperoleh gelar Bachelor pada tahu 1930, dan Master pada tahun 1931 dan Ph.D pada tahun 1934. Maslow kemudian memperdalah studynya di Universitas Columbia dan masih fokus di bidang Psikologi dan terus melakukan penelitian-penelitian untuk memperdalah keilmuannya, dan disinilha dia bertemau dengan sosok yang bernama Alfred Adler salah satu kolega dari sigmund Freud. Lihat: Robet W. Crapps, Dialog Psikologi dan Agama, Sejak William James hingga Gordon W. Allport, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 59. Freud adalah sosok manusia yang tidak suka berpikir sufistik dia lebih suka bahkan kreteria pemikiran bersifat humanitarian (Mementingkan nilai-nilai kemanusiaan); silahkan lihat: David Trueblood, Filsafat Agama, Ter. H.M. Rasjidi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2001), h. 104. Teori yang dilontarkan oleh Freud adalah Psikoanalisa: lihat: David Trueblood, Filsafat Agama, . . . h. 106-107. kemudian dia kembangkan bagaimana meninjau psikolgi secara sosial namun pada akhirnya dia kembangkan kembali menjadi Psikoanalisa sosial dan analisa, pada sisi inilah muncul teori Freud yang menentang dengan agama Lihat: Jorchim Scharfen Berg, Sigmund Freud, Pemikiran dan Kritik Agama,(Ttp: Ak Group, tth), h. 211.

[16]Wawancara dengan Siti Juminur, 1 Mei, 2014.
[17]Wawancara dengan Abdul Muis, 1 Mei, 2014.
[18] Wawancara dengan Abdul Muis, 1 Mei, 2014.
[19]Wawancara dengan Siti Juminur, 1 Mei, 2014.
[20]Wawancara dengan Siti Juminur, 1 Mei, 2014.

This post have 0 komentar


:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100

Next article Next Post
Previous article Previous Post