Fenomena LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) di Banjarmasin
Kalimantan Selatan
(studi kasus LDII di Masjid Al-Hidayah)
Oleh:
Takdir Ali Syahbana٭
A. Sekilas Tentang Lembaga Dakwah
Islam Indonesia (LDII)
Banyaknya organisasi masyarakat baik yang
berbau agama ataupun yang berbau politik yang ada di Negara Indonesia baik
Hizbut Tahrir, Muhammadiyah, Jama,ah Tablig, Ikhwanul Muslimin, From Pembela
Islam (FPI), Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) dan yang lainnya, kesemua
tentu berdiri dengan alasan tersendiri sesuai dengan keilmuan si pendiri. Salah
satu Ormas Islam yang ada di Indonesia adalah Lembaga Dakwah Islam Indonesia
(LDII).
Sejarah mencatat bahwa, Lembaga Dakwah Islam
Indonesia (LDII) telah beberapa kali ganti nama organisasi, nama yang pertama
digunakan adalah Darusl Hadits atau yang bisa disebut dengan Islam Jama,ah yang
didirikan oleh H. Nurhasan Al-Ubaidah pada tahun 1951. Setelah berdiri beberapa
tahun lamanya kemudian Islam Jama,ah atau Darus hadits dilarang keberadaannya.
Kemudian pada tahun 1972 ada pergantian nama dari jama,ah Islamiyah
diganti menjadi Lembaga Karyawan Islam
(Lemkari), kemudian pada tahun 1982 dari Lembaga Karyawan Islam diganti lagi
namanya menjadi Lembaga Keryawan Dakwah
Islam (Lemkari), kemudia pad atahun 1990 diganti lagi namanya dengan Lembaga
Dakwah Islam Indonesia (LDII) hingga sekarang.[1]
Pergantian nama ke-nama tersebut dikarenakan
untuk mendirikan ormas baru dengan latar yang sama sebab nama-nama seperti
Darul Hadits dilarang keberadaannya di Indonesia, penggantian nama tersebut
juga untuk meninggalkan ajaran-ajaran yang dianggap menyimpang pada masa Darul
Hadits dan Islam Jama,ah. Lemkarai didirikan bertujuan untuk menampung anggota
yang dulunya berada di Darul Hadits atau Islam Jama,ah yang keberadaan Ormas
ini tekah di larang oleh Jaksa Agung RI pada tanggal 29 Oktobber 1972. Sejarah
juga mencatat bahwa keberadaan Lemkari memberi warna baru bagi partai politik,
pada pemilu tahun 1971 Lemkari mendukung GOLKAR dan kemudian Lemkari
berefiliasi ke dalam Golkar, namun dengan adanya UUD No.8 tahun 1985 Lemkari
sebagai singkatan dari Lembaga Karyawan Islam setelah MUBES 11 tahun diganti
namanya dengan Lembaga Karyawan Dakwah Islam (LEMKARI).[2]
Penggantian nama dari Lembaga Karyawan Dakwah
Islam (Lemkari) menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) merupakan
pencitraan baru setelah adanya keputusan Kongres atau Muktamar Lemkari pada
tahun 1990. Penggantian nama tersbeut untuk menghilangkan citra lama Lemkari
yang sudah dipandang masyarakat banyak sebagai Ormas Islam yang menyimpang.
Pergantian nama ini bertujuan agar tidak menjadi fitnah bagi Lembaga Karyawan
dakwah Islam ( Lemkari) dengan pengambilan nama dari Lembaga Karatedo Indonesia
yang disingkat juga dengan Lemkari, untuk menghindari fitnah akibat persamaan
singktan ini maka Lemkari mengganti nama Organisasi mereka dengan Lembaga
Dakwah Islam Indonesia (LDII).[3]
Sejak berdirinya Lemkari pada tahun 1972
hingga saat ini dnegan nama Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) telah mempunyai 1500 Masjid yang tersebar di 19 Provensi
Indonesia dan beberapa jumlah Pondok Pesantren diantaranya Pondok Pesantren
Lemkari Gading mangu Perak, Jombang Jawa Timur, Pondok Pesantren Lemkari Kebun
Jeruk Jakarta Barat, Pondok Pesantren
Sumber Barokah Margakarya karawang Jawa Barat.[4]
B.
Sejarah
LDII di Kalimantan Selatan.
Sejarah mentatat bahwa LDII dilahirkan pada tahun 1990 atau lebih
tepat pada tanggal 20 November 1990 dengan beberapa kali pegantian nama yang
berawal dari Darul Hadist, atau pada awalnya lagi dinamakan dengan Lemkari yang
resmi pada tanggal 3 Januari 1972 di Surabaya Jawa Timur yang berawal dari
sebuah bentuk yayasan. Perlu diinformasikan juga bahwa sebelum Lemkari berdiri
para pengikut Lemkari terseut terlebih dahulu membentuk kegiatan-kegiatan yang
dikenal dalam bahasa Jawa adalah “Paguyuban” dengan nama yang berbeda-beda
seperti YAKARI (Yayasan Karyawan Islam) ada KADIM (Karyawan Dakwah Islam) ada
juga KARTI (Karyawan Tabligh Islam) seperti yang ada di Kalimantan Selatan,
namun dibalik hal tersebut mempunyai segi kesamaan dalam hal keberagamaan.[5]
Setelah diadakan rapat dari semua yayasan maka disepatai untuk
ketua umum LEMKARI adalah Drs. Bachroni Hartanto dengan sekertaris Wijono, BA
yang berpusatkan di Pondok Pesantren Bungeran Ganjaran Jl. HOS. Cokroaminoto,
No. 195, Kediri Jawa Timiur. Pondok pesantren ini diasuh oleh KH. Nurhasan
Ubaidilah, dia juga dikenal sebagai tokoh yang berkharismatis karena jasanya
sebagai pendiri Islam Jamaah Indonesia dan inilah juga sebagai bukti sejarah
mengenai hubungan LDDI dnegan Islam Jamaah yang ada di Indonesia.[6]
Di Kalimantan Selatan khususnya perkembangan LDDI bisa dikatakan
sangatlah panjang, sejarah juga mencatat bahwa LDDI di Kalimantan Selatan
dinamakan dengan KARTI (karyawan tablig Indonesia) yang didirikan pada tahun
1972 dengan beberapa tokoh pendirinya seperti, Rahmadi, Santoso Kaidi, Imam
Sarjono, Yusuf Harahap beserta kawan-kawan yang selalau diasuh oleh Yusuf
Harahap. KARTI setelah didirikannya pada tahun 1972, sejak tahun inilah KARTI
menyebar kebeberapa Daerah yang ada di Indonesia dengan sistem “cabang”. Di
Kalimantan Selatan cabang dari KARTI berada di Banjarmasin, Banjarbaru dan
Barito Kuala hingga menyebar ke Provensi sebelah yaitu Palangkaraya. Hal ini
dikarenakan bahwa mayoritas pengikut KARTI adalah orang-orang Jawa hingga di
Kalimantanpun juga mayoritas mereka adalah dari suku Jawa. Namun jika dianalisa
lebih dalam pada segi peranan agama mereka, meraka lebih persis jika
dibandingkan dengan Islam Jamaah.[7]
Asmaran mengatakan bahwa yang sangat menarik dari KARTI yang ada
dikalimantan hampir semua penggeraknya bukan orang-orang Jawa tetapi adalah
berasal dari para pegawai Negri Sipil dan juga Militer, oleh sebab itu mereka
menamakan orang-orang yang menggerakan KARTI tersebut adalah dengan para
“karyawan” .
Disisi lain, KARTI dengan para penggerak adalah pegawai maka hal
ini menjadi angin segar para politikus yang berkuasa ditahun tersebut, KARTI
memlihi bergabung dengan Golongan Karya pada pemilu tahun 1971 sebagai
organisai peserta pemilu (OPP). Akibat
bergabungnya KARTI dengan GOLKAR maka masyarakat tidak terlalu
mengagung-agungkan KARTI mereka malah dikatakan sebgai organisasi yang tidak
berbau agama.[8]
Sejak saat berdirinya KARTI yang berbarengan dengan berdirinya
LEMKARi, namun dua organisasi ini berbeda Visi dan Misi hingga sepuluh tahun
lamanya keduanya ini berdiri, namun setelah bergantinya pengurus KARTI yang
telah dilakukan pergantian sebanyak dua kali, maka ketiak pengganytian yang
ketiga kalinya, mereka melebur menjadi LEMKARI, hal ini karena bubarnya KARTI
pada tahun 1981 bertepatan dengan Musawarah Bersama II. Sejak bergabungnya
antara KARTI ke LEMKARI yang pada saat itu diketuai oleh Drs. Sunaryo dengan
Sekretaris H.M. Slamet. Bergabungnya antara KARTI dengan LEMKARI dilatari atas
tiga hal.
a.
Ingin
meyatukan dana Daerah Pusat
b.
Menyatukan
Umat.
c.
Meningkatkan
Sumber Daya Manusia.[9]
C.
Pamahaman
Teologis dan Syariat dalam LDII di Indonesia/Kal-Sel.
a.
Pokok
ajaran Teologis.
1.
Kewajiban
imamah dan berjamaah. Kata jamaah/Jamiin dalam surat Ali Imran 103 hinga
ditafsirkan dnegan waib berjamaah yang dalam hal ini diwajibkan dilakukan
dibawah kekuasaan Amir Nurhasan AL-Ubaidah Lubis. Kaidah tersebut menjadi
sebuah dalil. Wajib berjamaah, berbaiat dan taat kepada Amir. Hal ini termaktub
dalam ajaran “tidaklah Islam kecual berjamaah. Tidaklah berjamaah kecuali beramir. Tidaklah beramir kecuali
berbaiat. Tidaklah berbaiaat kecuali dengan bertaat”.
2.
Kewaiban
berbaiat. “Barangsiapa mati tanpa beriman, maka matilah dia dalam keadaan mati
jahiliyah (hadist) dan “hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan
Rasulnya dan Ulil AMri di antara kamu (Annisa 59) orang Islam yang tidak
melakukan baiat kepada Amir Nurhasan menjadi Kafir sama halnya dnegan orang
Jahiliyyah.
3.
Kewajiban
taat kepada Amir Nurhasan Ubaidah Lubis.[10]
4.
Manqul,
semua ajaran harus dinukilkan secara lisan oleh Amir atau Muballig yang adai
dipusat kajian LDII. Misalnya, dalam mempelajari kitab, maka parea murid harus
mempunyaui kitab, harus diartikan dan semua keterangan harus dicatat, hal ini
untuk sebagai bukti bahw asaat belajar adalah dengan cara Manqul.[11]
b.
Pokok
Ajaran Syariat.
Semua ajaran yang menyangkut dengan Syariat dan juga akhlak. Lddi
mempunyai kita pegangan yang menjadi sumber rujukan bagi mereka untuk
menjalankan syariat dan juga akhlak, dinatara kitab meilik mereka adalah; Ikhtaru
al-Dilalah kitab ini bersisik hadist0hadis yang dinukil dari beberapa enam
kitab hadis besar, selnjutnya adalah; kitabu al-Sholah kitab ini juga
menjelaskan tentang cara-cara sholat sesuai dengan Sunnah Rasul dan ada lagi
kitab kitab mereka yang lain.[12]
c.
Pandangan
LDII terhadap Politik
Secara umum politik adalah upaya untuk mencapai sesuaitu yang
diinginkan denga jalan kekuasaan, dalam hal ini tentu LDII tidak mengatakan
bahwa kekuasaan harus dipimpin oleh seorang Khilafah seperti yang
diproklamirkan dalam ediologi Hizbu Tahrir Indonesia (HTI) yang didirikan pada
thaun 1950-an oleh Taqiuddin An-Nabhani.[13]
LDII lebih cendrong kepada bahwa Negara Indonesai harus dipimpin oleh
orang-orang yang bisa memakmurkan Negara walaupun yang memimpin juga harus
seseorangyang terlahir dan menjadi orang yang taat beragama.[14]
Untuk membuktikan fenomena ini kedalam sebuah relaita yang ada
didunia politik Negara Indonesia, pada pemilu Calon Legeslatif ditahun
2014-2019 ini baru pertama kalinya orang-orang LDII mendaftarkan diri mereka
sebagai salah satu CALEG di berbagai macam partai tercatat ada 63 orang yang
berasal dari LDII mendaftarkan diri mereka sebagai CALEG.
Di Kalimantan Selatan sendiri ada satu orang yang bergabung bersama
Partai Amanat National (PAN) yang diketuai oleh M. Hatta Rajasa yaitu Bambang
Jusnanto. Bambang Jusnanto dilahirkan di Karanganyar pada 01 Juni 1962, dia
Alumnus S3 tanpa S2 di PAedagogische Hochschuele jurusan music. Dia sebegai
CALEG DPR RI yang berada pada no.8 di partai PAN dan sekaligus menjadi
satu-satunya jamaah LDII di Kalimantan Selatan yang mencalonkan dirinya sebagai
anggota DPR RI.[15]
Dalam hal ini maka semua jamaah LDII di wajibkan secara tidak
sengaja memilih tokoh LDII yang sudah menjadi calon, hal ini dapat dibuktikan
sebagai diedarkannya catatan-catatan orag LDII yang menjadi CALEG di tahun 2014
kepada semua jamaah yang berada di Masjid Al-Hidayah tersebut.
d.
Sistem
Kelompok Sosial LDII di Komplek Masjid AL-Hidayah.
Jika diamati dalam keilmuan sosil
maka akan nampak kepermukaan seperti apa yang telah dikatakan oleh Cooly bahwa
kelompok sosial sering ditandai dengan
adanya hubungan erat yang dimana semua anggotanya saling mengenal dan
sering berkomunikasi secara langsung dengan berhadapan muka serta terdapat
kerja sama yang bersifat pribadi.[16]
Sekidir gamabaran mengenai kelompok
LDII di Komplek masjid Al-Hidayah bahwa, seluas tanah yang berada di sekiling
masjid atau tanah yang berada di dalam pagar tersebut dibangun beberapa
bangunan mulai dari asrama, kos hingga rumah milik jamaah yang memashurkan
masjid tersebut. Bangunan asrama diperuntukan kepada para Muballigh, dan juga
bagi anak-anak pengajian yang ingin menginap, sedangkan kos diperuntukan kepada
orang lain yang ingin tinggal disana khusunya kepada orang-orang LDII, kemudian
rumah yangdibangun khusus untuk jamaah tetap LDII seperti pa Jarot dan
kawan-kawan.
Jika diamati dalam hal perkelompokan
dan dengan ajaran maka fenomena yang ada pada LDII di komplek tersebut jatuh
kepada keloompok formal yang artinya bahwa; kelompok yang mempunyai aturan,
ajaran dan nilai-nilai perjuangan yang sama dan untuk ditaati dalam kehidupan
sehari-hari baik ideology dan lain-lain.[17]
D.
Sejarah
Berdirinya Masjid Al-Hidayah
E. Aktivitas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Masjid Al-Hidayah
Lembaga
Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang ada di Kota Banjarmasin tentu tidak
tinggal diam begitu saja, ada aktivitas-aktivitas yang mereka kerjakan untuk
keberlangsungan organisasi yang mereka yakini akan kebenarannya,
aktivitas—aktivitas tersebut tentu untuk mengangkat nama LDII agar lebih
dikenal Masyarakat. Ada beberapa aktivitas LDDI yang mereka lakukan di alah
satu masjid LDII di Kota Banjarmasin Masjid Al-Hidayah, adapun
aktivitas-aktivitas tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ta’lim
Ta’lim adalah bahasa Arab yang lafaf utamanya
adalah ‘Allama, Yu’allimu, Ta’liman kalimat Ta’liman disana
adalah isim mashdar dari ‘Allama yang mempunyai arti berlajar, menuntul
ilmu, menambah ilmu. Secara terminologinya adalah seseorang yang menuntut ilmu
pada orang yang lebih tahu atau lebih pintar. Konsep peristilahan ini dilakukan
oleh LDII yang ada di Kota Banjarmasin, dengan cara ini mereka akan akan
mendakwahkan ajaran-ajaran yang merupakan apa yang mereka yakini, ajaran-ajaran
yang bersumber dengan AL-Qur’an dan AL-Hadist. Dengan cara adanya ta’lim
seperti ini akan menghilangkan persangkaan buruk masayarakat terhadap LDII yang
sekarang sudah banyak berkembang ditelinga masyarakat tentang kesesatan LDII,
dnegan cara ta’lim terbuka yang dihairi oleh banyak masyarakat baik anggota
LDII ataupun diluar anggota LDII.[18]
Sering kita mendengar tentang kesesatan LDII
dengan sikap eksklusivisme meraka yang sangat tinggi, konon diceritakan bahwa
ketika orang luar sholat di masjid LDII maka setelah orang tersebut pulang maka
bekas tempat sholatnya tersebut langsung dibersihkan karena dianggap najis.
Tujuan ta’lim ini diadakan untuk membuktikan bahwa itu hanya fitnah untuk
memburukkan LDII saja.[19]
untuk mengetahui aktivitas ta’lim LDII di masjid AL-Hidayah adalah sebagai
berikut:
a.
Ta’lim
Pimpinan Anak Cabang (PAC)
Pimpinan Anak Cabang (PAC) adalah
bawahan dari Pimpinan Cabang (PC) yang digawangi oleh Muballigh-muballigh[20]
Muda, Adapun jadwal ta’lim di masjid Al-Hidayah ini sebagai berikut.
1)
Senin
sesudah sholat Isha, adapun materi yang diajarakan ada dua, Pertama, Kitab
Hadist Ibnu Majah, kedua, adapun Muballigh yang mengajarkannya dua
orang, untuk kitab Hadist Ibu Majah diajarkan oleh Muballingh Nanang, adapaun
untuk kitab….. diajarkan oleh Muballingh Anton
2)
Rabu
sesudah sholat Isa, adapun materi dan Muballigh tidak berbeda dengan ta’lim PAC
sebelumnya yaitu kitab Hadist Ibnu Majah yang diajarkaan oleh Muballigh Nanang,
dan kitab…. Yang diajarkan oleh Muballigh Anton.[21]
Saat berlangsungnya ta’lim PAC di Masjid Al-Hidayah ini penulis
melihat bahwa; Pada ta’lim PAC yang digawangi oleh Muballigh-muballingh muda
bahwa tidak ada kasta antara seorang murid dengan seorang Muballingh, sang murid bergaul dengan sang Muballingh dan
sang Muballingh bergaul dengan sang murid, sebelum sang Muballigh naik keatas
meja yang sudah disediakan untuk ceramah terlebih dahulu Muballingh bergaul
dnegan canda tawa dengan para murid, hal ini ditujukan untuk lebih dekat antara
murid dengan Muballigh.[22]
a) Daftar Nama-nama PAC Laki-laki.
(1) H.Djarot
(2) H.Kasmo
(3) H.M. Karim
(4) H.Muljani
(5) H.Sanusi
(6) H.Suparno
(7) Mbah Mukani
(8) Mbah Musakani
(9) A.Suhaimi
(10)
Bibit Sulartso
(11)
Dawud Ubaidah
(12)
Edy Subagio
(13)
Faizun
(14)
Hadi Pramono
(15)
Harianto
(16)
Herry Purwanto
(17)
Huri
(18)
Khalil Azhari
(19)
Kunto
(20)
Lukman
(21)
M.Fachmi
(22)
M.Dhohir
(23)
Priohadi
(24)
Robets Pribadi
(25)
Rudy Suzuki
(26)
Syahid
(27)
Sinar
(28)
Sugeng Prianto
(29)
Sukaji
(30)
Supriono
(31)
Triyanto
(32)
Wagino
(33)
Yusuf Yasin
(34)
Aryo
(35)
Nanang Suryadi
(36)
Ahmad Irwanto
(37)
Irfan
(38)
Tukiman
(39)
Khusnul
(40)
Mudhofir
(41)
Slamet
(42)
Argo
(43)
Fajar
(44)
Dian Kusuma
(45)
Aat
(46)
Agung
(47)
Arief Putra S.
(48)
Edwin
(49)
Iskandar Zulkarnain
(50)
M.Fadli
(51)
M.Rizal
(52)
Nurhadi Wicaksono
(53)
R.Rizal
(54)
Rizal Anshori
(55)
Royyan
(56)
Siswo Rahmatullah
(57)
Vijay Ricky S
(58)
Kukuh
(59)
Yusron Rifky
(60)
Novi
(61)
Ozan
(62)
Anton Sudirgo MT
(63)
Maryanto
(64)
M.Alfinas
(65)
Muslim S.
(66)
Sulaiman
(67)
Tohari
(68)
Ariek.J.B.
(69)
Amas. ABD.M.
(70)
Yuan
(71)
M.Arfu Agung
(72)
M.Rodia Wardana
(73)
Husien Rifa’i
(74)
Yusuf Yasin
(75)
Kuku
(76)
Adi Candra
(77)
Angga
(78)
Ahmad Sauhir
b) Daftar Nama-nama PAC Wanita
(1) Bu Anna
(2) Bu Aryo
(3) Bu Bibit
(4) Bu Daud
(5) Bu Desty
(6) Bu Dhohir
(7) Bu Dina
(8) Bu Edy S
(9) Bu Fachmi
(10)
Bu Hadi Pramono
(11)
Bu Hj.Khadijah
(12)
Bu Huri
(13)
Bu Ita
(14)
Bu Kasmo
(15)
Bu Likanah
(16)
Bu Lukman
(17)
Bu Maisaroh
(18)
Bu Muhammad
(19)
Bu Muljani
(20)
Bu Nanang
(21)
Bu Parjo
(22)
Bu Priyohadi
(23)
Bu rani Cahyati
(24)
Bu Rizal
(25)
Bu Rusdy
(26)
Bu Sanusi
(27)
Bu Sugeng
(28)
Bu Suhaimi
(29)
Bu Syukur
(30)
Bu Sukaji
(31)
Bu Supri
(32)
Bu Trianto
(33)
Bu Wulan Herry
(34)
Bu Yuni
(35)
Bu Yusuf
(36)
Diana
(37)
Diva
(38)
Heldawati
(39)
Khusnul Khatimah MT
(40)
Lia
(41)
Maya Dian
(42)
Nissa Fajar
(43)
Norma
(44)
Nurul
(45)
Puspita
(46)
Rara
(47)
Rini MT
(48)
Royani Wulandari
(49)
Rossy
(50)
Sari
(51)
Siska
(52)
Wentin Isnawati
(53)
Winda
(54)
Yuni
(55)
Bu Maimunah
(56)
Bu Dewi
(57)
Bu Jumiati
(58)
Pudjarisma N.A
b.
Pengajian
Semalam Suntuk (PSS)
Aktivitas yang dilakuan Jama’ah LDII di masjid Al-Hiayah tidak
hanya ditujukan khusus kepada orang-orang dewasa namun juga diadakan waktu
khusus untuk para anak-anak muda atau mereka sering menyebutnya dengan
pengajian cabe rawit, pengajian ini diadakan satu minggu satu kali tepat pada
hari sabtu yang dimulai setelah sholat Magrib, hingga pukul 23 Wita; adapaun
bahan ajaran yang diajarkan adalah
sebagai berikut, setelah sholat magrib di adakan baca,an Al-Qur,an atau disebut
dengan Tahsin Al-Qur’an dengan system manqul. System manqul ini dilakukan aagar
ilmu yang didapat tersebut bersambung dari guru ke-guru.[24]
Dengan cara si murid membaca Al-Qur’an dan Muballingh menjaga dan membenarkan
jika ada tersalah dalam bacaan tersebut. Jika laki-laki maka dijaga oleh
Muballigh laki-laki namun jika wanita maka di jaga oleh Muballighat wanita.
Setelah pembacaan Al-Qur’an tersebut selesai dilanjutkan dengan
Sholat Isa berjamaah, setelah selesai Sholat Isa berjamaah maka ada makanan
yang telah disediakan oleh pengelola atau orang-orang yang berinfaq untuk
kegiatan pengajian semalam suntuk tersebut.
Setelah semua makanan dibagikan kepada para cabe rawit maka diberikan
jeda sekitar 30 menit untuk memakan makan tersebut. Setelah selesai semua cabe
rawit memakan makanan tersebut maka saatnya melanjutkan pengajian yang dipimpin
para Muballigh laki-laki sekita jam 20: Wita dengan menerjemahkan Al-Qur’an
dengan durasi waktu 45 menit.[25]
Setelah penerjemahan Al-Qur’an secara manqul yang dipimpin oleh
para Muballingh selesai maka dilanjutkan kembali pembacaan kitab Ikhtaru
al-Dillah, kitab ini berisi dalil-dalil Hadist dan Al-Qur,an yang sudah
dipilih untuk kepentingan ‘ibadah. Penbacaan kitab inijuga dipimpin oleh
Muballigh yang lain, tiap-tiap kitab yang diajarkan di masjid ini sudah dibagi
kepada para Muballingh yang memanqulkannya kepada para murid-murid.[26]
Waktu pembelajaran kita ini juga sekitar 45 menit. Setelah pemanqulan kitab ini
selesai maka dilanjutkan dengan naehat-nasehat yang juga disampaikan oleh
Muballigh Khusus, nasehat-nasehat tersebut menyangkut tentang Ibadah, Muammalat
dan yang lainnya yang dianggap perlu disampaikan kepada para cabe rawit.
Setelah waktu menunjukan pukul 23.00 Wita, maka nasehat diselesaikan dan
dilanjutkan kembali dengan tidur, baik tidur dimasjid atau tidur di kamar para
Muballigh.
Setelah waktu menunjukan pukul 03.00 Wita, maka semua cabe rawit
dibangunkan untuk melaksanakan sholat tahajjud bersama, hal ini dilakukan agar
para cabe rawit terbiasa melakukan ‘ibadah tahajjud ketika sudah dewasa.
Setelah selesai melaksanakan sholat Tahjjut maka para Murid dibebaskan berdo’a
apa saja yang mereka inginkan karena waktu ini adalah waktu dimana Allah turun
kebumi untuk mengabulkan doa para hamba-hambanya.[27]
1)
Daftar
Nama-nama Kelompok PSS Laki-laki.
a)
Kelompok
Manggis
(1)
Cakson
(Ketua)
(2)
Kukuh
(3)
Arief
(4)
Royyan
(5)
Rijal
(6)
Vijai
(7)
Kiki
(8)
Fadli
(9)
Anton
(10)
Husien
(11)
Anas
(12)
Fauzan
(13)
Aat
(14)
Maryanto.
b)
Kelompok
Kelayan
(1)
Hermawan
(2)
Rudi
(3)
Faqih
(4)
Wahyu
c)
Kelompok
Malkontemon
(1)
Imam
(2)
Fadil
(3)
Anggit
(4)
Wahyu
(5)
Yoyo
(6)
Danang
(7)
Adin
d)
Kelompok
Pekauman
(1)
Fajar
(2)
Ihsan
(3)
Dheo
(4)
Nauval
(5)
Rudi
e)
Kelompok
Beruntung
(1)
Aldi
(2)
Anas
(3)
Erwan
(4)
Jalu
(5)
Ringga
(6)
Oka
(7)
Umar
f)
Kelompok
Sungai Bilu
(1)
Agung
(2)
Riyan
(3)
Edo
(4)
Ghifani
(5)
Candar
(6)
Fauzan
(7)
Tofa
g)
Kelompok
Sungai Lulut
(1)
Beril
(2)
Deden
(3)
Doni
(4)
Fariz
(5)
Fadil
(6)
Riki
(7)
Rori
(8)
Alex
(9)
Wawan
(10)
Suko
(11)
Noval
(12)
Ginan
(13)
Heru
(14)
Ubeid
(15)
Rafidan
(16)
Bayu
(17)
Imam
(18)
Mas
Zakaria
(19)
Wahyu
(20)
Hiskil
(21)
Rio
(22)
Ari
(23)
Pendi
1)
Daftar
Nama-nama Kelompok (PSS) Wanita.
a)
Kelompok
Manggis
(1)
Miftah
Aulia
(2)
Husnul
(3)
Jienah
(4)
Norma
(5)
Nurul
(6)
Rara
(7)
Rosi
(8)
Ulan
(9)
Rini
(10)
Indah
(11)
Eka
(12)
Yuni
(13)
Chandra
(14)
Ati
(15)
Pita
(16)
Evi
b)
Kelompok
Sungai Lulut
(1)
Bety
(2)
Asna
N.R.
(3)
Nur
A. Sholeha
(4)
Ida
S.D.
(5)
Dinda.
E.Y
(6)
Aulia
A. A
(7)
Khairunnisa
(8)
Intan
Nuraini
(9)
Niken
P. N
(10)
Treesya
D. S
(11)
Tiara
P.
(12)
Mimin
(13)
Wulan
(14)
Yolanda
c)
Kelompok
Malkontemon
(1)
Ayu
(2)
Fiti
(3)
Anis
(4)
Umi
(5)
Via
(6)
Susan
d)
Kelompok
Sungai Bilu
(1)
Vingki
(2)
Ayu
(3)
Maya
(4)
Novi
(5)
Melati
(6)
Ainul
e)
Kelompok
Pekauman
(1)
Laras
f)
Kelompok
Kelayan
(1)
Dian
(2)
Pipit
(3)
Sekar
(4)
Tiya
(5)
Umy
(6)
Agni
(7)
Fitri
g)
Kelompok
Beruntung
(1)
Lily
(2)
Rina
(3)
Varra
(4)
Puji
[28]
Dari semua data ini daftar nama ini, dapat ditarik pernyataan bahwa
inIlah semua Jamaah LDII yang ada di Kota Banjarmasin, Jika dibandingkan dnegan
Jamaah NU, Muhammadiyah. Namun yang petatu ditiru adalah keaktifan mereka dalam
beribadah, menuntut ilmu dan keeratan mereka teradap orang-orang yang berada
disekiling mereka terlebih-lebih sekelompok mereka
a.
Ta’lim
Pimpinan Cabang.
b.
Total
Ta’lim Kota Banjarmasin Timur.
c.
Ta’lim
Total Kota Banjarmasin Timur.
F.
Kesimpulan.
Dari uraian diatas dapat ditarik pernyataan bahwa LDII yang berada
di Masjid AL-Hidayah yang juga merupakan berada di tengah-tengah perkampungan
masyarakat Jalan Manggis sangatlah berbeda dari tuduhan-tuduhan bahwa LDII
adalah sebuah paham yang sesat yang keluar dari agama Islam, aktifitas LDII
yang ada di Masjid Al-Hiayah tersebut sudah saya amati dan tidak menemukan
suatu kecendrungan yang menyimpnag dari ajaran Islam,yang berbeda hanya sistem
penyampaiannya saja, jika pada umumnya hanya dengan cara mendengan atau yang
lainnya, maka orang-orang LDII menggunakan cara menqul yang langsung diajarkan
dnegan cara mencatat semua apa yang telah dijelaskan oleh sang Muballig.
Mengenai bahan ajaran LDII di kota Banjamasin tentu mengajarakan
Al-Qur’an dan juga Hadist seperti hadis Ibu Majah, dan kitab yang disusun
mereka yaitu Ikhtaru al-Dilalah yang berisi kutipan-kutipan dari enam
kitab hadis besar yang diambil sesuai dengan kepentingan mereka mulai dari cara
Ibadah hingga bersosial. Salah satu kitab yang wajib untuk dipelajri ketika
hendak masuk dalam Kelompok LDII adalah Kitabu al-Sholah yang juga
berisi hadis-hasdi dan Al-Qur’an tentang cara-cara Sholat sesuai dengan apa
yang telah diajarkan leh Rasulullah saw.
Mengenai pemahaman
dalam hal teologi dan juga syaritaa memang agak sedikit berbeda dengan NU dan
juga Muhammadiyah, jika NU patuh dengan Metri agama, Muhammadiyah patuh dengan
Pimpinan Muhammadiyah dan juga majlis tarjih dan tajidid, Salafiyah patuh
dengan Abdul Wahhab maka LDII juga patuh dengan seseorang yang mereka beri
sebagai Amir yang dianggap emerka sebagai pemmebri keputusan. Megenai dalam hal
Ibdah LDII tidak jauh beda dnegan Muhammadiyah karena mereka juga merujuk
kepada Hadist tentang sholat yang shoheh namun dalam hal Khutbah jum’at saja
yang berebeda jika pada kebiasaannya NU menggunakan dua bahwa, Khutbah pertama
bahasa Indonesia dan khutbah kedua menggunakan bahasa Arab, Muhammdiyah khutbah
pertama dan kedua menggunakan bahasa Indonesia sedangkan LDII mereka
menggunakan bahasa Arab pada khutbah pertama dan kedua. Dalam hal politik
mereka mengatakan boleh.
[1]Bambang Irawan, dkk, Bahya Islam
Jama,ah Lemkari LDII, (Jakarta:
Lembaga Penelitian Islam dan Pengkaji Islam, 2000), h. 51.
[2]Bambang Irawan, dkk, Bahya Islam
Jama,ah Lemkari LDII, . . . h. 54.
[3]Bambang Irawan, dkk, Bahya Islam
Jama,ah Lemkari LDII, . . . h. 55.
[4]
Bambang Irawan, dkk, Bahya Islam
Jama,ah Lemkari LDII, . . . h. 74.
[5]Lihat makalah
Asmaran “Potret Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDDI) di Kalimantan Selatan. h.
4.
[6]Asmaran “Potret
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDDI) di Kalimantan Selatan. h. 5.
[7]Asmaran “Potret
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDDI) di Kalimantan Selatan. h. 5.
[8]Asmaran “Potret
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDDI) di Kalimantan Selatan. h. 6.
[9]Asmaran “Potret
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDDI) di Kalimantan Selatan. 8.
[10]Asmaran “Potret
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDDI) di Kalimantan Selatan. h. 8.
[11]Wawancara langsung dengan Anton, Muballigh LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal 25 Maret, Jam, 11.00. Wita, Banjarmasin.
[12]Untuk lebih
jelas mengenai ajaran syariaat dalam kitab yang mereka miliki tersebut silahkan
lihat di bagian akhir Lampiran.
[13] Shadiq Amin, Mencari
Format Gerakan Dakwah Ideal, (Jakarta: Al-I’itishom Cahaya Umat, 2010), h.
88. Lihat juga: Abu Za’ur, Seputar gerakan Islam, (Bogor, Al-Azhar
Press, 2014), h. 205.
[14] Jarot,
wawancara pribadi pada 12 Mei 2014.
[15] Data didapat
dari Browsur CALEgG yang diberikan kepada saya pada 12 Mei 2014. Lihat pada
lampiran.
[16]J.Dwi Nrwoko
dkk. Sosiologi, Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2004), h. 25.
[17]J.Dwi Nrwoko
dkk. Sosiologi, Teks Pengantar dan Terapan, . . . h. 28.
[18]Wawancara langsung dengan Djarot, Pembina LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal
19 Maret, Jam, 14:20 Wita, Banjarmasin.
[19] Wawancara langsung dengan Djarot, Pembina LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal
19 Maret, Jam, 14:20 Wita, Banjarmasin.
[20]Orang-orang LDII tidak terbiasa memanggil seseorang yang lebih tinggi
ilmunya dengan sebutan Ustadz atau Ulama, tetapi mereka lebih suka dipanggil
“Mas” atau “Pa” dan juga Muballigh, karena nama ini akan terasa lebih akrab
dengan orang-oraang ikut ta’lim si sana. Wawancara langsung dengan Djarot,
Pembina LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal 19 Maret, Jam, 14:20 Wita,
Banjarmasin.
[21] Wawancara langsung dengan Nanang, Muballigh LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal 19 Maret,
Jam, 14:20 Wita, Banjarmasin.
[22]Wawancara langsung dengan Anton, Muballigh LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal 19 Maret,
Jam, 14:20 Wita, Banjarmasin.
[23] Semua daftar
nama-nama tersbeut didapat dari daftar hadir anggota lDII Kota Banjarmasin.
[24] Wawancara langsung dengan Anton, Muballigh LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal 22 Maret, Jam, 20.00. Wita, Banjarmasin.
[25] Al-Qur;an yang diterjemahkan adalah Al-Qur’an Khusus dengan jarak Spasi
3,0 dari baris pertama, hal ini berpungsi untu memudahkan para penuntut ilmu
untuk mengartikan satu per-satu dari kalimat Al-Qur,an. Walaupun ada sudah
Al-Qur’an yang terjemah namun hal ini diangggap tidak sah bagi jama,ah LDII
karena ilmu dari terjemahan tersebut tidak manqul, untuk manqul maka semua
jama,ah LDII harus mempelajari Al-Qur’an dengan terjemahan sendiri secara
manqul dari guru-ke-guru. Wawancara langsung dengan Anton, Muballigh
LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal 19 Maret, Jam, 20.00 Wita, Banjarmasin.
[26] Wawancara langsung dengan Anton, Muballigh LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal 21 Maret, Jam, 10.00. Wita, Banjarmasin.
[27] Wawancara langsung dengan Anton, Muballigh LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal 22 Maret, Jam, 21.00. Wita, Banjarmasin.
[28] Semua daftar
nama-nama tersebut diperoleh pada dartar hadir PSS masjid Al-Hidayah.
Dengan bertanya langsung kepada sumbernya dari LDII insya allah akan lebih jelas
ReplyDelete