Fenomena LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) di Banjarmasin Kalimantan Selatan (studi kasus LDII di Masjid Al-Hidayah)

author photo July 06, 2014


Fenomena LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) di Banjarmasin Kalimantan Selatan
(studi kasus LDII di Masjid Al-Hidayah)
Oleh:
Takdir Ali Syahbana٭
A.     Sekilas Tentang  Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)
Banyaknya organisasi masyarakat baik yang berbau agama ataupun yang berbau politik yang ada di Negara Indonesia baik Hizbut Tahrir, Muhammadiyah, Jama,ah Tablig, Ikhwanul Muslimin, From Pembela Islam (FPI), Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) dan yang lainnya, kesemua tentu berdiri dengan alasan tersendiri sesuai dengan keilmuan si pendiri. Salah satu Ormas Islam yang ada di Indonesia adalah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII).
Sejarah mencatat bahwa, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) telah beberapa kali ganti nama organisasi, nama yang pertama digunakan adalah Darusl Hadits atau yang bisa disebut dengan Islam Jama,ah yang didirikan oleh H. Nurhasan Al-Ubaidah pada tahun 1951. Setelah berdiri beberapa tahun lamanya kemudian Islam Jama,ah atau Darus hadits dilarang keberadaannya. Kemudian pada tahun 1972 ada pergantian nama dari jama,ah Islamiyah diganti  menjadi Lembaga Karyawan Islam (Lemkari), kemudian pada tahun 1982 dari Lembaga Karyawan Islam diganti lagi namanya menjadi Lembaga  Keryawan Dakwah Islam (Lemkari), kemudia pad atahun 1990 diganti lagi namanya dengan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) hingga sekarang.[1]
Pergantian nama ke-nama tersebut dikarenakan untuk mendirikan ormas baru dengan latar yang sama sebab nama-nama seperti Darul Hadits dilarang keberadaannya di Indonesia, penggantian nama tersebut juga untuk meninggalkan ajaran-ajaran yang dianggap menyimpang pada masa Darul Hadits dan Islam Jama,ah. Lemkarai didirikan bertujuan untuk menampung anggota yang dulunya berada di Darul Hadits atau Islam Jama,ah yang keberadaan Ormas ini tekah di larang oleh Jaksa Agung RI pada tanggal 29 Oktobber 1972. Sejarah juga mencatat bahwa keberadaan Lemkari memberi warna baru bagi partai politik, pada pemilu tahun 1971 Lemkari mendukung GOLKAR dan kemudian Lemkari berefiliasi ke dalam Golkar, namun dengan adanya UUD No.8 tahun 1985 Lemkari sebagai singkatan dari Lembaga Karyawan Islam setelah MUBES 11 tahun diganti namanya dengan Lembaga Karyawan Dakwah Islam (LEMKARI).[2]
Penggantian nama dari Lembaga Karyawan Dakwah Islam (Lemkari) menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) merupakan pencitraan baru setelah adanya keputusan Kongres atau Muktamar Lemkari pada tahun 1990. Penggantian nama tersbeut untuk menghilangkan citra lama Lemkari yang sudah dipandang masyarakat banyak sebagai Ormas Islam yang menyimpang. Pergantian nama ini bertujuan agar tidak menjadi fitnah bagi Lembaga Karyawan dakwah Islam ( Lemkari) dengan pengambilan nama dari Lembaga Karatedo Indonesia yang disingkat juga dengan Lemkari, untuk menghindari fitnah akibat persamaan singktan ini maka Lemkari mengganti nama Organisasi mereka dengan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII).[3]
Sejak berdirinya Lemkari pada tahun 1972 hingga saat ini dnegan nama Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) telah  mempunyai 1500 Masjid yang tersebar di 19 Provensi Indonesia dan beberapa jumlah Pondok Pesantren diantaranya Pondok Pesantren Lemkari Gading mangu Perak, Jombang Jawa Timur, Pondok Pesantren Lemkari Kebun Jeruk Jakarta Barat,  Pondok Pesantren Sumber Barokah Margakarya karawang Jawa Barat.[4]
B.     Sejarah LDII di Kalimantan Selatan.
Sejarah mentatat bahwa LDII dilahirkan pada tahun 1990 atau lebih tepat pada tanggal 20 November 1990 dengan beberapa kali pegantian nama yang berawal dari Darul Hadist, atau pada awalnya lagi dinamakan dengan Lemkari yang resmi pada tanggal 3 Januari 1972 di Surabaya Jawa Timur yang berawal dari sebuah bentuk yayasan. Perlu diinformasikan juga bahwa sebelum Lemkari berdiri para pengikut Lemkari terseut terlebih dahulu membentuk kegiatan-kegiatan yang dikenal dalam bahasa Jawa adalah “Paguyuban” dengan nama yang berbeda-beda seperti YAKARI (Yayasan Karyawan Islam) ada KADIM (Karyawan Dakwah Islam) ada juga KARTI (Karyawan Tabligh Islam) seperti yang ada di Kalimantan Selatan, namun dibalik hal tersebut mempunyai segi kesamaan dalam hal keberagamaan.[5]
Setelah diadakan rapat dari semua yayasan maka disepatai untuk ketua umum LEMKARI adalah Drs. Bachroni Hartanto dengan sekertaris Wijono, BA yang berpusatkan di Pondok Pesantren Bungeran Ganjaran Jl. HOS. Cokroaminoto, No. 195, Kediri Jawa Timiur. Pondok pesantren ini diasuh oleh KH. Nurhasan Ubaidilah, dia juga dikenal sebagai tokoh yang berkharismatis karena jasanya sebagai pendiri Islam Jamaah Indonesia dan inilah juga sebagai bukti sejarah mengenai hubungan LDDI dnegan Islam Jamaah yang ada di Indonesia.[6]
Di Kalimantan Selatan khususnya perkembangan LDDI bisa dikatakan sangatlah panjang, sejarah juga mencatat bahwa LDDI di Kalimantan Selatan dinamakan dengan KARTI (karyawan tablig Indonesia) yang didirikan pada tahun 1972 dengan beberapa tokoh pendirinya seperti, Rahmadi, Santoso Kaidi, Imam Sarjono, Yusuf Harahap beserta kawan-kawan yang selalau diasuh oleh Yusuf Harahap. KARTI setelah didirikannya pada tahun 1972, sejak tahun inilah KARTI menyebar kebeberapa Daerah yang ada di Indonesia dengan sistem “cabang”. Di Kalimantan Selatan cabang dari KARTI berada di Banjarmasin, Banjarbaru dan Barito Kuala hingga menyebar ke Provensi sebelah yaitu Palangkaraya. Hal ini dikarenakan bahwa mayoritas pengikut KARTI adalah orang-orang Jawa hingga di Kalimantanpun juga mayoritas mereka adalah dari suku Jawa. Namun jika dianalisa lebih dalam pada segi peranan agama mereka, meraka lebih persis jika dibandingkan dengan Islam Jamaah.[7]
Asmaran mengatakan bahwa yang sangat menarik dari KARTI yang ada dikalimantan hampir semua penggeraknya bukan orang-orang Jawa tetapi adalah berasal dari para pegawai Negri Sipil dan juga Militer, oleh sebab itu mereka menamakan orang-orang yang menggerakan KARTI tersebut adalah dengan para “karyawan” .
Disisi lain, KARTI dengan para penggerak adalah pegawai maka hal ini menjadi angin segar para politikus yang berkuasa ditahun tersebut, KARTI memlihi bergabung dengan Golongan Karya pada pemilu tahun 1971 sebagai organisai  peserta pemilu (OPP). Akibat bergabungnya KARTI dengan GOLKAR maka masyarakat tidak terlalu mengagung-agungkan KARTI mereka malah dikatakan sebgai organisasi yang tidak berbau agama.[8]
Sejak saat berdirinya KARTI yang berbarengan dengan berdirinya LEMKARi, namun dua organisasi ini berbeda Visi dan Misi hingga sepuluh tahun lamanya keduanya ini berdiri, namun setelah bergantinya pengurus KARTI yang telah dilakukan pergantian sebanyak dua kali, maka ketiak pengganytian yang ketiga kalinya, mereka melebur menjadi LEMKARI, hal ini karena bubarnya KARTI pada tahun 1981 bertepatan dengan Musawarah Bersama II. Sejak bergabungnya antara KARTI ke LEMKARI yang pada saat itu diketuai oleh Drs. Sunaryo dengan Sekretaris H.M. Slamet. Bergabungnya antara KARTI dengan LEMKARI dilatari atas tiga hal.
a.       Ingin meyatukan dana Daerah Pusat
b.      Menyatukan Umat.
c.       Meningkatkan Sumber Daya Manusia.[9]

C.     Pamahaman Teologis dan Syariat dalam LDII di Indonesia/Kal-Sel.

a.       Pokok ajaran Teologis.
1.      Kewajiban imamah dan berjamaah. Kata jamaah/Jamiin dalam surat Ali Imran 103 hinga ditafsirkan dnegan waib berjamaah yang dalam hal ini diwajibkan dilakukan dibawah kekuasaan Amir Nurhasan AL-Ubaidah Lubis. Kaidah tersebut menjadi sebuah dalil. Wajib berjamaah, berbaiat dan taat kepada Amir. Hal ini termaktub dalam ajaran “tidaklah Islam kecual berjamaah. Tidaklah berjamaah  kecuali beramir. Tidaklah beramir kecuali berbaiat. Tidaklah berbaiaat kecuali dengan bertaat”.
2.      Kewaiban berbaiat. “Barangsiapa mati tanpa beriman, maka matilah dia dalam keadaan mati jahiliyah (hadist) dan “hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan Rasulnya dan Ulil AMri di antara kamu (Annisa 59) orang Islam yang tidak melakukan baiat kepada Amir Nurhasan menjadi Kafir sama halnya dnegan orang Jahiliyyah.
3.      Kewajiban taat kepada Amir Nurhasan Ubaidah Lubis.[10]
4.      Manqul, semua ajaran harus dinukilkan secara lisan oleh Amir atau Muballig yang adai dipusat kajian LDII. Misalnya, dalam mempelajari kitab, maka parea murid harus mempunyaui kitab, harus diartikan dan semua keterangan harus dicatat, hal ini untuk sebagai bukti bahw asaat belajar adalah dengan cara Manqul.[11]
b.      Pokok Ajaran Syariat.
Semua ajaran yang menyangkut dengan Syariat dan juga akhlak. Lddi mempunyai kita pegangan yang menjadi sumber rujukan bagi mereka untuk menjalankan syariat dan juga akhlak, dinatara kitab meilik mereka adalah; Ikhtaru al-Dilalah kitab ini bersisik hadist0hadis yang dinukil dari beberapa enam kitab hadis besar, selnjutnya adalah; kitabu al-Sholah kitab ini juga menjelaskan tentang cara-cara sholat sesuai dengan Sunnah Rasul dan ada lagi kitab kitab mereka yang lain.[12]
c.       Pandangan LDII terhadap Politik
Secara umum politik adalah upaya untuk mencapai sesuaitu yang diinginkan denga jalan kekuasaan, dalam hal ini tentu LDII tidak mengatakan bahwa kekuasaan harus dipimpin oleh seorang Khilafah seperti yang diproklamirkan dalam ediologi Hizbu Tahrir Indonesia (HTI) yang didirikan pada thaun 1950-an oleh Taqiuddin An-Nabhani.[13] LDII lebih cendrong kepada bahwa Negara Indonesai harus dipimpin oleh orang-orang yang bisa memakmurkan Negara walaupun yang memimpin juga harus seseorangyang terlahir dan menjadi orang yang taat beragama.[14]
Untuk membuktikan fenomena ini kedalam sebuah relaita yang ada didunia politik Negara Indonesia, pada pemilu Calon Legeslatif ditahun 2014-2019 ini baru pertama kalinya orang-orang LDII mendaftarkan diri mereka sebagai salah satu CALEG di berbagai macam partai tercatat ada 63 orang yang berasal dari LDII mendaftarkan diri mereka sebagai CALEG.
Di Kalimantan Selatan sendiri ada satu orang yang bergabung bersama Partai Amanat National (PAN) yang diketuai oleh M. Hatta Rajasa yaitu Bambang Jusnanto. Bambang Jusnanto dilahirkan di Karanganyar pada 01 Juni 1962, dia Alumnus S3 tanpa S2 di PAedagogische Hochschuele jurusan music. Dia sebegai CALEG DPR RI yang berada pada no.8 di partai PAN dan sekaligus menjadi satu-satunya jamaah LDII di Kalimantan Selatan yang mencalonkan dirinya sebagai anggota DPR RI.[15]
Dalam hal ini maka semua jamaah LDII di wajibkan secara tidak sengaja memilih tokoh LDII yang sudah menjadi calon, hal ini dapat dibuktikan sebagai diedarkannya catatan-catatan orag LDII yang menjadi CALEG di tahun 2014 kepada semua jamaah yang berada di Masjid Al-Hidayah tersebut.
d.      Sistem Kelompok Sosial LDII di Komplek Masjid AL-Hidayah.
Jika diamati dalam keilmuan sosil maka akan nampak kepermukaan seperti apa yang telah dikatakan oleh Cooly bahwa kelompok sosial sering ditandai dengan  adanya hubungan erat yang dimana semua anggotanya saling mengenal dan sering berkomunikasi secara langsung dengan berhadapan muka serta terdapat kerja sama yang bersifat pribadi.[16]
Sekidir gamabaran mengenai kelompok LDII di Komplek masjid Al-Hidayah bahwa, seluas tanah yang berada di sekiling masjid atau tanah yang berada di dalam pagar tersebut dibangun beberapa bangunan mulai dari asrama, kos hingga rumah milik jamaah yang memashurkan masjid tersebut. Bangunan asrama diperuntukan kepada para Muballigh, dan juga bagi anak-anak pengajian yang ingin menginap, sedangkan kos diperuntukan kepada orang lain yang ingin tinggal disana khusunya kepada orang-orang LDII, kemudian rumah yangdibangun khusus untuk jamaah tetap LDII seperti pa Jarot dan kawan-kawan.
Jika diamati dalam hal perkelompokan dan dengan ajaran maka fenomena yang ada pada LDII di komplek tersebut jatuh kepada keloompok formal yang artinya bahwa; kelompok yang mempunyai aturan, ajaran dan nilai-nilai perjuangan yang sama dan untuk ditaati dalam kehidupan sehari-hari baik ideology dan lain-lain.[17]

D.     Sejarah Berdirinya Masjid Al-Hidayah

E.      Aktivitas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Masjid Al-Hidayah
Lembaga  Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang ada di Kota Banjarmasin tentu tidak tinggal diam begitu saja, ada aktivitas-aktivitas yang mereka kerjakan untuk keberlangsungan organisasi yang mereka yakini akan kebenarannya, aktivitas—aktivitas tersebut tentu untuk mengangkat nama LDII agar lebih dikenal Masyarakat. Ada beberapa aktivitas LDDI yang mereka lakukan di alah satu masjid LDII di Kota Banjarmasin Masjid Al-Hidayah, adapun aktivitas-aktivitas tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Ta’lim
Ta’lim adalah bahasa Arab yang lafaf utamanya adalah ‘Allama, Yu’allimu, Ta’liman kalimat Ta’liman disana adalah isim mashdar dari ‘Allama yang mempunyai arti berlajar, menuntul ilmu, menambah ilmu. Secara terminologinya adalah seseorang yang menuntut ilmu pada orang yang lebih tahu atau lebih pintar. Konsep peristilahan ini dilakukan oleh LDII yang ada di Kota Banjarmasin, dengan cara ini mereka akan akan mendakwahkan ajaran-ajaran yang merupakan apa yang mereka yakini, ajaran-ajaran yang bersumber dengan AL-Qur’an dan AL-Hadist. Dengan cara adanya ta’lim seperti ini akan menghilangkan persangkaan buruk masayarakat terhadap LDII yang sekarang sudah banyak berkembang ditelinga masyarakat tentang kesesatan LDII, dnegan cara ta’lim terbuka yang dihairi oleh banyak masyarakat baik anggota LDII ataupun diluar anggota LDII.[18]
Sering kita mendengar tentang kesesatan LDII dengan sikap eksklusivisme meraka yang sangat tinggi, konon diceritakan bahwa ketika orang luar sholat di masjid LDII maka setelah orang tersebut pulang maka bekas tempat sholatnya tersebut langsung dibersihkan karena dianggap najis. Tujuan ta’lim ini diadakan untuk membuktikan bahwa itu hanya fitnah untuk memburukkan LDII saja.[19] untuk mengetahui aktivitas ta’lim LDII di masjid AL-Hidayah adalah sebagai berikut:
a.       Ta’lim Pimpinan Anak Cabang (PAC)
Pimpinan Anak Cabang (PAC) adalah bawahan dari Pimpinan Cabang (PC) yang digawangi oleh Muballigh-muballigh[20] Muda, Adapun jadwal ta’lim di masjid Al-Hidayah ini sebagai berikut.
1)      Senin sesudah sholat Isha, adapun materi yang diajarakan ada dua, Pertama, Kitab Hadist Ibnu Majah,  kedua,  adapun Muballigh yang mengajarkannya dua orang, untuk kitab Hadist Ibu Majah diajarkan oleh Muballingh Nanang, adapaun untuk kitab….. diajarkan oleh Muballingh Anton
2)      Rabu sesudah sholat Isa, adapun materi dan Muballigh tidak berbeda dengan ta’lim PAC sebelumnya yaitu kitab Hadist Ibnu Majah yang diajarkaan oleh Muballigh Nanang, dan kitab…. Yang diajarkan oleh Muballigh Anton.[21]
Saat berlangsungnya ta’lim PAC di Masjid Al-Hidayah ini penulis melihat bahwa; Pada ta’lim PAC yang digawangi oleh Muballigh-muballingh muda bahwa tidak ada kasta antara seorang murid dengan seorang Muballingh,  sang murid bergaul dengan sang Muballingh dan sang Muballingh bergaul dengan sang murid, sebelum sang Muballigh naik keatas meja yang sudah disediakan untuk ceramah terlebih dahulu Muballingh bergaul dnegan canda tawa dengan para murid, hal ini ditujukan untuk lebih dekat antara murid dengan Muballigh.[22]
a)      Daftar Nama-nama PAC Laki-laki.

(1)  H.Djarot
(2)  H.Kasmo
(3)  H.M. Karim
(4)  H.Muljani
(5)  H.Sanusi
(6)  H.Suparno
(7)  Mbah Mukani
(8)  Mbah Musakani
(9)  A.Suhaimi
(10)       Bibit Sulartso
(11)       Dawud Ubaidah
(12)       Edy Subagio
(13)       Faizun
(14)       Hadi Pramono
(15)       Harianto
(16)       Herry Purwanto
(17)       Huri
(18)       Khalil Azhari
(19)       Kunto
(20)       Lukman
(21)       M.Fachmi
(22)       M.Dhohir
(23)       Priohadi
(24)       Robets Pribadi
(25)       Rudy Suzuki
(26)       Syahid
(27)       Sinar
(28)       Sugeng Prianto
(29)       Sukaji
(30)       Supriono
(31)       Triyanto
(32)       Wagino
(33)       Yusuf Yasin
(34)       Aryo
(35)       Nanang Suryadi
(36)       Ahmad Irwanto
(37)       Irfan
(38)       Tukiman
(39)       Khusnul
(40)       Mudhofir
(41)       Slamet
(42)       Argo
(43)       Fajar
(44)       Dian Kusuma
(45)       Aat
(46)       Agung
(47)       Arief Putra S.
(48)       Edwin
(49)       Iskandar Zulkarnain
(50)       M.Fadli
(51)       M.Rizal
(52)       Nurhadi Wicaksono
(53)       R.Rizal
(54)       Rizal Anshori
(55)       Royyan
(56)       Siswo Rahmatullah
(57)       Vijay Ricky S
(58)       Kukuh
(59)       Yusron Rifky
(60)       Novi
(61)       Ozan
(62)       Anton Sudirgo MT
(63)       Maryanto
(64)       M.Alfinas
(65)       Muslim S.
(66)       Sulaiman
(67)       Tohari
(68)       Ariek.J.B.
(69)       Amas. ABD.M.
(70)       Yuan
(71)       M.Arfu Agung
(72)       M.Rodia Wardana
(73)       Husien Rifa’i
(74)       Yusuf Yasin
(75)       Kuku
(76)       Adi Candra
(77)       Angga
(78)       Ahmad Sauhir

b)      Daftar Nama-nama PAC Wanita

(1)  Bu Anna
(2)  Bu Aryo
(3)  Bu Bibit
(4)  Bu Daud
(5)  Bu Desty
(6)  Bu Dhohir
(7)  Bu Dina
(8)  Bu Edy S
(9)  Bu Fachmi
(10)       Bu Hadi Pramono
(11)       Bu Hj.Khadijah
(12)       Bu Huri
(13)       Bu Ita
(14)       Bu Kasmo
(15)       Bu Likanah
(16)       Bu Lukman
(17)       Bu Maisaroh
(18)       Bu Muhammad
(19)       Bu Muljani
(20)       Bu Nanang
(21)       Bu Parjo
(22)       Bu Priyohadi
(23)       Bu rani Cahyati
(24)       Bu Rizal
(25)       Bu Rusdy
(26)       Bu Sanusi
(27)       Bu Sugeng
(28)       Bu Suhaimi
(29)       Bu Syukur
(30)       Bu Sukaji
(31)       Bu Supri
(32)       Bu Trianto
(33)       Bu Wulan Herry
(34)       Bu Yuni
(35)       Bu Yusuf
(36)       Diana
(37)       Diva
(38)       Heldawati
(39)       Khusnul Khatimah MT
(40)       Lia
(41)       Maya Dian
(42)       Nissa Fajar
(43)       Norma
(44)       Nurul
(45)       Puspita
(46)       Rara
(47)       Rini MT
(48)       Royani Wulandari
(49)       Rossy
(50)       Sari
(51)       Siska
(52)       Wentin Isnawati
(53)       Winda
(54)       Yuni
(55)       Bu Maimunah
(56)       Bu Dewi
(57)       Bu Jumiati
(58)       Pudjarisma N.A
(59)       Bu Maisarah.[23]

b.      Pengajian Semalam Suntuk (PSS)
Aktivitas yang dilakuan Jama’ah LDII di masjid Al-Hiayah tidak hanya ditujukan khusus kepada orang-orang dewasa namun juga diadakan waktu khusus untuk para anak-anak muda atau mereka sering menyebutnya dengan pengajian cabe rawit, pengajian ini diadakan satu minggu satu kali tepat pada hari sabtu yang dimulai setelah sholat Magrib, hingga pukul 23 Wita; adapaun bahan ajaran yang diajarkan  adalah sebagai berikut, setelah sholat magrib di adakan baca,an Al-Qur,an atau disebut dengan Tahsin Al-Qur’an dengan system manqul. System manqul ini dilakukan aagar ilmu yang didapat tersebut bersambung dari guru ke-guru.[24] Dengan cara si murid membaca Al-Qur’an dan Muballingh menjaga dan membenarkan jika ada tersalah dalam bacaan tersebut. Jika laki-laki maka dijaga oleh Muballigh laki-laki namun jika wanita maka di jaga oleh Muballighat wanita.
Setelah pembacaan Al-Qur’an tersebut selesai dilanjutkan dengan Sholat Isa berjamaah, setelah selesai Sholat Isa berjamaah maka ada makanan yang telah disediakan oleh pengelola atau orang-orang yang berinfaq untuk kegiatan pengajian semalam suntuk tersebut.  Setelah semua makanan dibagikan kepada para cabe rawit maka diberikan jeda sekitar 30 menit untuk memakan makan tersebut. Setelah selesai semua cabe rawit memakan makanan tersebut maka saatnya melanjutkan pengajian yang dipimpin para Muballigh laki-laki sekita jam 20: Wita dengan menerjemahkan Al-Qur’an dengan durasi waktu 45 menit.[25]
Setelah penerjemahan Al-Qur’an secara manqul yang dipimpin oleh para Muballingh selesai maka dilanjutkan kembali pembacaan kitab Ikhtaru al-Dillah, kitab ini berisi dalil-dalil Hadist dan Al-Qur,an yang sudah dipilih untuk kepentingan ‘ibadah. Penbacaan kitab inijuga dipimpin oleh Muballigh yang lain, tiap-tiap kitab yang diajarkan di masjid ini sudah dibagi kepada para Muballingh yang memanqulkannya kepada para murid-murid.[26] Waktu pembelajaran kita ini juga sekitar 45 menit. Setelah pemanqulan kitab ini selesai maka dilanjutkan dengan naehat-nasehat yang juga disampaikan oleh Muballigh Khusus, nasehat-nasehat tersebut menyangkut tentang Ibadah, Muammalat dan yang lainnya yang dianggap perlu disampaikan kepada para cabe rawit. Setelah waktu menunjukan pukul 23.00 Wita, maka nasehat diselesaikan dan dilanjutkan kembali dengan tidur, baik tidur dimasjid atau tidur di kamar para Muballigh.
Setelah waktu menunjukan pukul 03.00 Wita, maka semua cabe rawit dibangunkan untuk melaksanakan sholat tahajjud bersama, hal ini dilakukan agar para cabe rawit terbiasa melakukan ‘ibadah tahajjud ketika sudah dewasa. Setelah selesai melaksanakan sholat Tahjjut maka para Murid dibebaskan berdo’a apa saja yang mereka inginkan karena waktu ini adalah waktu dimana Allah turun kebumi untuk mengabulkan doa para hamba-hambanya.[27]
1)      Daftar Nama-nama Kelompok PSS Laki-laki.
a)      Kelompok Manggis
(1)   Cakson (Ketua)
(2)   Kukuh
(3)   Arief
(4)   Royyan
(5)   Rijal
(6)   Vijai
(7)   Kiki
(8)   Fadli
(9)   Anton
(10)           Husien
(11)           Anas
(12)           Fauzan
(13)           Aat
(14)           Maryanto.
b)      Kelompok Kelayan
(1)   Hermawan
(2)   Rudi
(3)   Faqih
(4)   Wahyu
c)      Kelompok Malkontemon
(1)   Imam
(2)   Fadil
(3)   Anggit
(4)   Wahyu
(5)   Yoyo
(6)   Danang
(7)   Adin
d)      Kelompok Pekauman
(1)   Fajar
(2)   Ihsan
(3)   Dheo
(4)   Nauval
(5)   Rudi
e)      Kelompok Beruntung
(1)   Aldi
(2)   Anas
(3)   Erwan
(4)   Jalu
(5)   Ringga
(6)   Oka
(7)   Umar
f)        Kelompok Sungai Bilu
(1)   Agung
(2)   Riyan
(3)   Edo
(4)   Ghifani
(5)   Candar
(6)   Fauzan
(7)   Tofa
g)      Kelompok Sungai Lulut
(1)   Beril
(2)   Deden
(3)   Doni
(4)   Fariz
(5)   Fadil
(6)   Riki
(7)   Rori
(8)   Alex
(9)   Wawan
(10)           Suko
(11)           Noval
(12)           Ginan
(13)           Heru
(14)           Ubeid
(15)           Rafidan
(16)           Bayu
(17)           Imam
(18)           Mas Zakaria
(19)           Wahyu
(20)           Hiskil
(21)           Rio
(22)           Ari
(23)           Pendi

1)      Daftar Nama-nama Kelompok (PSS) Wanita.
a)      Kelompok Manggis
(1)   Miftah Aulia
(2)   Husnul
(3)   Jienah
(4)   Norma
(5)   Nurul
(6)   Rara
(7)   Rosi
(8)   Ulan
(9)   Rini
(10)           Indah
(11)           Eka
(12)           Yuni
(13)           Chandra
(14)           Ati
(15)           Pita
(16)           Evi
b)      Kelompok Sungai Lulut
(1)   Bety
(2)   Asna N.R.
(3)   Nur A. Sholeha
(4)   Ida S.D.
(5)   Dinda. E.Y
(6)   Aulia A. A
(7)   Khairunnisa
(8)   Intan Nuraini
(9)   Niken P. N
(10)           Treesya D. S
(11)           Tiara P.
(12)           Mimin
(13)           Wulan
(14)           Yolanda
c)      Kelompok Malkontemon
(1)   Ayu
(2)   Fiti
(3)   Anis
(4)   Umi
(5)   Via
(6)   Susan
d)      Kelompok Sungai Bilu
(1)   Vingki
(2)   Ayu
(3)   Maya
(4)   Novi
(5)   Melati
(6)   Ainul
e)      Kelompok Pekauman
(1)   Laras
f)        Kelompok Kelayan
(1)   Dian
(2)   Pipit
(3)   Sekar
(4)   Tiya
(5)   Umy
(6)   Agni
(7)   Fitri
g)      Kelompok Beruntung
(1)   Lily
(2)   Rina
(3)   Varra
(4)   Puji [28]
Dari semua data ini daftar nama ini, dapat ditarik pernyataan bahwa inIlah semua Jamaah LDII yang ada di Kota Banjarmasin, Jika dibandingkan dnegan Jamaah NU, Muhammadiyah. Namun yang petatu ditiru adalah keaktifan mereka dalam beribadah, menuntut ilmu dan keeratan mereka teradap orang-orang yang berada disekiling mereka terlebih-lebih sekelompok mereka
a.       Ta’lim Pimpinan Cabang.
b.      Total Ta’lim Kota Banjarmasin Timur.
c.       Ta’lim Total Kota Banjarmasin Timur.

F.      Kesimpulan.
Dari uraian diatas dapat ditarik pernyataan bahwa LDII yang berada di Masjid AL-Hidayah yang juga merupakan berada di tengah-tengah perkampungan masyarakat Jalan Manggis sangatlah berbeda dari tuduhan-tuduhan bahwa LDII adalah sebuah paham yang sesat yang keluar dari agama Islam, aktifitas LDII yang ada di Masjid Al-Hiayah tersebut sudah saya amati dan tidak menemukan suatu kecendrungan yang menyimpnag dari ajaran Islam,yang berbeda hanya sistem penyampaiannya saja, jika pada umumnya hanya dengan cara mendengan atau yang lainnya, maka orang-orang LDII menggunakan cara menqul yang langsung diajarkan dnegan cara mencatat semua apa yang telah dijelaskan oleh sang Muballig.
Mengenai bahan ajaran LDII di kota Banjamasin tentu mengajarakan Al-Qur’an dan juga Hadist seperti hadis Ibu Majah, dan kitab yang disusun mereka yaitu Ikhtaru al-Dilalah yang berisi kutipan-kutipan dari enam kitab hadis besar yang diambil sesuai dengan kepentingan mereka mulai dari cara Ibadah hingga bersosial. Salah satu kitab yang wajib untuk dipelajri ketika hendak masuk dalam Kelompok LDII adalah Kitabu al-Sholah yang juga berisi hadis-hasdi dan Al-Qur’an tentang cara-cara Sholat sesuai dengan apa yang telah diajarkan leh Rasulullah saw.
            Mengenai pemahaman dalam hal teologi dan juga syaritaa memang agak sedikit berbeda dengan NU dan juga Muhammadiyah, jika NU patuh dengan Metri agama, Muhammadiyah patuh dengan Pimpinan Muhammadiyah dan juga majlis tarjih dan tajidid, Salafiyah patuh dengan Abdul Wahhab maka LDII juga patuh dengan seseorang yang mereka beri sebagai Amir yang dianggap emerka sebagai pemmebri keputusan. Megenai dalam hal Ibdah LDII tidak jauh beda dnegan Muhammadiyah karena mereka juga merujuk kepada Hadist tentang sholat yang shoheh namun dalam hal Khutbah jum’at saja yang berebeda jika pada kebiasaannya NU menggunakan dua bahwa, Khutbah pertama bahasa Indonesia dan khutbah kedua menggunakan bahasa Arab, Muhammdiyah khutbah pertama dan kedua menggunakan bahasa Indonesia sedangkan LDII mereka menggunakan bahasa Arab pada khutbah pertama dan kedua. Dalam hal politik mereka mengatakan boleh.






[1]Bambang Irawan, dkk, Bahya Islam Jama,ah Lemkari LDII, (Jakarta:  Lembaga Penelitian Islam dan Pengkaji Islam, 2000), h. 51.
[2]Bambang Irawan, dkk, Bahya Islam Jama,ah Lemkari LDII, . . . h. 54.
[3]Bambang Irawan, dkk, Bahya Islam Jama,ah Lemkari LDII, . . . h. 55.
[4] Bambang Irawan, dkk, Bahya Islam Jama,ah Lemkari LDII, . . . h. 74.
[5]Lihat makalah Asmaran “Potret Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDDI) di Kalimantan Selatan. h. 4.
[6]Asmaran “Potret Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDDI) di Kalimantan Selatan. h. 5.
[7]Asmaran “Potret Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDDI) di Kalimantan Selatan. h. 5.
[8]Asmaran “Potret Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDDI) di Kalimantan Selatan. h. 6.
[9]Asmaran “Potret Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDDI) di Kalimantan Selatan. 8.
[10]Asmaran “Potret Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDDI) di Kalimantan Selatan. h. 8.
[11]Wawancara langsung dengan Anton, Muballigh LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal 25 Maret, Jam, 11.00. Wita, Banjarmasin.
[12]Untuk lebih jelas mengenai ajaran syariaat dalam kitab yang mereka miliki tersebut silahkan lihat di bagian akhir Lampiran.
[13] Shadiq Amin, Mencari Format Gerakan Dakwah Ideal, (Jakarta: Al-I’itishom Cahaya Umat, 2010), h. 88. Lihat juga: Abu Za’ur, Seputar gerakan Islam, (Bogor, Al-Azhar Press, 2014), h. 205.
[14] Jarot, wawancara pribadi pada 12 Mei 2014.
[15] Data didapat dari Browsur CALEgG yang diberikan kepada saya pada 12 Mei 2014. Lihat pada lampiran.
[16]J.Dwi Nrwoko dkk. Sosiologi, Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004), h. 25.
[17]J.Dwi Nrwoko dkk. Sosiologi, Teks Pengantar dan Terapan, . . . h. 28.
[18]Wawancara langsung dengan Djarot, Pembina LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal 19 Maret, Jam, 14:20 Wita, Banjarmasin.
[19] Wawancara langsung dengan Djarot, Pembina LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal 19 Maret, Jam, 14:20 Wita, Banjarmasin.

[20]Orang-orang LDII tidak terbiasa memanggil seseorang yang lebih tinggi ilmunya dengan sebutan Ustadz atau Ulama, tetapi mereka lebih suka dipanggil “Mas” atau “Pa” dan juga Muballigh, karena nama ini akan terasa lebih akrab dengan orang-oraang ikut ta’lim si sana. Wawancara langsung dengan Djarot, Pembina LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal 19 Maret, Jam, 14:20 Wita, Banjarmasin.
[21] Wawancara langsung dengan Nanang, Muballigh LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal 19 Maret, Jam, 14:20 Wita, Banjarmasin.
[22]Wawancara langsung dengan Anton, Muballigh LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal 19 Maret, Jam, 14:20 Wita, Banjarmasin.
[23] Semua daftar nama-nama tersbeut didapat dari daftar hadir anggota lDII Kota Banjarmasin.
[24] Wawancara langsung dengan Anton, Muballigh LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal 22 Maret, Jam, 20.00. Wita, Banjarmasin.
[25] Al-Qur;an yang diterjemahkan adalah Al-Qur’an Khusus dengan jarak Spasi 3,0 dari baris pertama, hal ini berpungsi untu memudahkan para penuntut ilmu untuk mengartikan satu per-satu dari kalimat Al-Qur,an. Walaupun ada sudah Al-Qur’an yang terjemah namun hal ini diangggap tidak sah bagi jama,ah LDII karena ilmu dari terjemahan tersebut tidak manqul, untuk manqul maka semua jama,ah LDII harus mempelajari Al-Qur’an dengan terjemahan sendiri secara manqul dari guru-ke-guru. Wawancara langsung dengan Anton, Muballigh LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal 19 Maret, Jam, 20.00 Wita, Banjarmasin.
[26] Wawancara langsung dengan Anton, Muballigh LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal 21 Maret, Jam, 10.00. Wita, Banjarmasin.
[27] Wawancara langsung dengan Anton, Muballigh LDDI di Kota Banjarmasin, Tanggal 22 Maret, Jam, 21.00. Wita, Banjarmasin.
[28] Semua daftar nama-nama tersebut diperoleh pada dartar hadir PSS masjid Al-Hidayah.

1 Response to "Fenomena LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) di Banjarmasin Kalimantan Selatan (studi kasus LDII di Masjid Al-Hidayah)"

  1. Dengan bertanya langsung kepada sumbernya dari LDII insya allah akan lebih jelas

    ReplyDelete


:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100

Next article Next Post
Previous article Previous Post