Fenomena Salafi di Kalimantan Selatan

author photo January 25, 2015
hanya sebuah proposal skripsi sederhana, untuk lebih jelas dan lengkap silahkan kunjungi Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Uhuluddin dan Humaniora IAIN ANtasari Banjarmasin untuk mendapatkan data lengkap seputar Salafi di Kalimantan Selatan. FENOMENA SALAFI DI KALIMANTAN SELATAN A. Latar Belakang Masalah Islam di Indonesia tidak hanya berpegang dalam keseragaman akan pemahaman, hal ini berdasarkan sistem dakwah di Negara Indonesia yang dilatarbelakangi oleh UUD yang mengatur tentang penyuluh agama dari luar diperbolehkan untuk berdakawah ke Indonesia. Selain hal tersebut, terletak juga pada pelajar di Indonesia yang melaksanakan studi di luar Indonesia seperti Yaman, Madinah, Mesir, Pakistan dan Turki, bahkan karena adanya perkembangan pola pikir masyarakat Indonesia sendiri. Ketiga hal ini tentu berdampak bagi umat muslim di Indonesia yang menerima ajaran baik dari orang asing ataupun orang Indonesia yang menempuh pendidikan di luar tersebut. Ada yang mengatasnamakan diri mereka sebagai organisasi dan ada yang mengatas namakan hanya sebuah paham non-formal saja. Salah satu paham yang dibawa oleh penyuluh agama dari luar Indonesia dan juga paham yang diajarkan oleh pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan di luar Negeri adalah paham Salafi. Istilah Salafi sendiri sangat beragam. Istilah Salafi berasal dari kata Salaf, Salafiyyah, Salafiyyun dan Salafiyyin, secara makna dapat diartikan sebagai masa yang terdahulu, mendahului, silam, telah lalu, telah selesai. Secara terminologi istilah Salafi berasal dari zaman Salaf al-Shalih yaitu para pendahulu umat Islam yang salih. Mereka adalah tiga generasi umat Islam pertama, Sahabat, Tabi’in dan Tabi’u al-Tabi’in, sesuai dengan sabda Rasulullah saw: “Sebaik-baik kurun adalah kurunku, lalu orang yang datang sesudahnya, lalu orang yang datang sesudahnya.” Ide paham ini pada dasarnya dibangkitkan kembali oleh Imam Muhammad bin Abdul Wahhab. Lebih spesifiknya lagi bahwa Salafi adalah berasal dari istilah Salafiyah yang diintegrasikan dengan khazanah ilmu Salaf al-Salih, sedangkan Salafiyun atau Salafiyyin (salafi) adalah orang yang mengikuti ajaran Salaf al-Salih. Sejarah mencatat bahwa masuknya paham Salafi ke Indonesia pertama kali pada abab ke-19, hal ini dibuktikan dengan maraknya istilah-istilah salafi yang dibawa oleh ulama Sumatra Barat. Sejarah juga mencatat bahwa kaum Padri adalah salafi pertama di Indonesia yang dengan nama kaum Padri mereka melawan Kolonalisme Belanda dan juga adat-adat yang tidak sesuai dengan Sunnah dan Al-Qur’an. Adat-adat atau kebiasaan masyarakat Sumatra Barat yang menyimpang dari ajaran murni Islam ditentang dan dihentikan oleh kaum Padri pada abad ini. Hal ini tentu menandakan bahwa pergerakan Salafi pada awal kemunculannya di Indonesia sudah memberikan catatan penting tentang penegakan Al-Qur’an dan Sunnah secara murni di Indonesia. Pergerakan Salafi tidak hanya sebatas pada abad ke- 19 saja, namun berlanjut hingga abad modern. Di Indonesia, masyarakat beragama bebas mendirikan organisasi masyarakat baik menyangkut dengan agama ataupun politik, namun tetap sesuai dengan UUD yang berlaku. Keadaan ini memberikan kesempatan bagi tokoh-tokoh muslim untuk mendirikan wadah yang sesuai dengan pemahaman mereka tentang agama. Contoh organisasi muslim seperti Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah (MU), Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Syarikat Islam (SI), Jamaah Tablig, Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, Persatuan Islam (persis) dan juga Al-Irsyad dan masih banyak yang lainnya. Tokopedia Scraper Ke semua organisasi yang berbau agama tersebut sekarang mulai disusupi oleh paham Salafi. Perkembangan paham salafi di Indonesia tidak dapat dipandang dengan sebelah mata. Di Indonesia Khususnya, Salafi terbagi kepada dua, Salafi Yamani dan Salafi Haraki. Walaupun dalam catatan sejarah bahwa perkembangan salafi di Indonesia berawal dari Salafi Yamani dengan pergerakan yang sangat keras, mereka menegakkan Sunnah Islam tanpa ada kata singgungan,ada bid’ah katakan bid’ah, syirik katakan syirik. Pembawa paham Salafi Yamani di Indonesia adalah Ustadz Ja’far Umar Thalib. Dia membangun pondok pesantren Ihya’ul Sunnah di Degolan Yogyakarta. Pada tahun 1996 Ja’far Umar menerbitkan majalah yang diberi nama dengan “Salafy”, melalui majalah inilah Salafi mulai mendakwahkan ideologinya. Setelah Ja’far Umar berhenti menjadi pimpinan salafi Yamani di Indonesia maka Salafi Yamani saat ini dipegang oleh Muhammad Umar As-Sawed pimpinan pondok pesantern Dhiya’us Sunnah di Kecapi, Cirebon. Pekerjaan yang dilakukan sejak datangnya paham Salafi di Indonesia dengan ideologi penegakan Sunnah membuahkan hasil, salah satunya adalah; perkembangan Salafi di Yogyakarta. Di sana terdapat banyak muslim yang tidak berpakain rapi atau membuka aurat, namun setelah pergerakan yang salafi yang dilakukan di sana membuahkan hasil, dengan cara melakukan kajian-kajian ilmiah kesunnahan pada akhirnya mereka menggunakan jilbab rapi hingga cadar. Lantas bagaimana dengan salafi yang berada di Kalimantan Selatan? Kalimantan Selatan adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Hal ini dapat dibuktikan dengan catatan bahwa penduduk yang beragama Islam di Kalimantan Selatan berjumlah 2.866.573 jiwa, setelahnya ada Kristen Protestan 29.380 jiwa, Katholik 14.146 jiwa, Hindu 13.555 jiwa, serta pemeluk agama ataupun kepercayaan lain berjumlah 10.060 jiwa. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan adanya pembangunan masjid yang sangat banyak, tercatat ada dua ribu seratus tujuh (2.107) masjid, empat ratus enam puluh tiga (463) musholla dan enam ribu tiga ratus dua (6.302) langgar. Masyarakat Kalimantan Selatan atau juga yang disebut dengan Suku Banjar yang terkenal dengan kedalaman pandangan keagamaannya. Hal ini dapat dilihat dari sejarah Kalimantan Selatan sendiri yang selalu melahirkan tokoh-tokoh agamawan yang sangat dihormati, ditaati dan menjadi pedoman bagi masyarakat Kaliman Selatan, salah satunya adalah KH. Zaini Abdul Ghani (Guru Sekumpul). Banyaknya jumlah penduduk yang memeluk Agama Islam di Kalimantan Selatan tentu tidak menut Di tengah-tengah Masyarakat Kalimantan Selatan yang mayoritas mereka adalah muslim yang sangat taat dalam berAgama, Masyarakat Kalimantan juga sangat fanatik dengan tokoh yang sudah mereka yakini kebenarannya, apapun yang dilakukan oleh Ustadz ters Ketika membahas masalah keberadaan Salafi di Kalimantan Selatan tentu ada sebuah pertanyaan mendasar mengenai kapan Salafi berada di Kalimantan Selatan?. dengan kebaradaan Salafi di tengah-tengah masyarakat yang berbeda paham sangat jauh dengan paham Salafi maka hal ini membuat pertanyaan baru bagaimana tipologi pemikiran Salafi dan metode dakwah mereka di tengah-tengah masyarakat Kalimantan Selatan. Ketika Salafi sudah ada di Kalimantan Selatan maka tentu membuat pertanyaan baru, apa saja yang mereka lakukan selama ini dan dimana saja keberadaan mereka. sehubungan Salafi adalah pendatang paham baru di Kalimanan Selatan sedangkan sebelum mereka eksis sudah ada paham-paham yang mendahului mereka, lantas bagaimana hubungan Salafi dengan seperti ormas-ormas Islam dan juga masyarakat Kalimantan Selatan?. Dari latar belakang masalah ini membuat saya ingin meneliti lebih dalam tentang Salafi yang ada di Kalimantan Selatan. Untuk itu dalam penelitian saya akan diberi judul dengan: “Fenomena Salafi di Kalimantan Selatan” B. Rumusan Masalah Sehubungan dengan adanya gerakan Salafi di Kalimantan Selatan dari paparan latar belakang masalah tersebut, maka ada beberapa poin penting yang menjadi pertanyaan utama yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan dan tipologi pemikiran Salafi di Kalimantan Selatan? 2. Apa saja aktifitas salafi dan tempat apa saja yang mereka gunakan sebagai wadah dakwah mereka di Kalimantan Selatan? 3. Bagaimana metode dan media dakwah Salafi di Kalimantan Selatan? 4. Bagaimana hubungan mereka dengan masyarakat dan organisasi keagamaan non-Salafi di Kalimantan Selatan? C. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam penelitian ini, khusunya mengenai judul, maka ada beberapa pengesan kembali yang menyangkut dengan: 1. Kata “Fenomena” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah; keberadaan atau hal-hal yang ada yang dapat di saksikan oleh panca indra atau bisa juga di katakan sebagai fenomena. Kata fenomena di sini akan digunakan untuk mengetahui fenomena Salafi di Kalimantan Selatan yang meliputi: perkembangan Salafi, tipologi pemikiran Salafi, aktifitas dan tempat yang mereka gunakan, metode dan media serta hubungan Salafi dengan non-Salafi yang ada di Kalimantan Selatan. 2. Kata “Salafi”, yang di maksud di sini secara teori adalah terbagi kedalam tiga maksud. Pertama, kata salaf secara etemologi (bahasa), salaf berasal dari kalimat Salafa, Yaslufu, Salafan yang artinya adalah; telah lalu, hal ini terdapat dalam sebuah pribahasa Al-Qaum as-Sullaaf yang artinya kaum yang terdahulu. Kedua, , kata salaf diartikan secara terminologi (Istilah), salaf adalah sifat yang ditujukan kepada para Sahabat Rasulullah saw. Ketika ada muncul perkataan salaf maka yang dimaksud adalah para Sahabat, namun tidak baku hanya pada konteks Sahabat saja, kata salaf digunakan juga untuk orang-orang yang mengikuti ajaran Rasulullah saw. dan juga para Sahabat. Ketiga, pengertian salaf secara zaman, kata salaf ditunjukan kepada sebaik-baik kurun atau masa dalam catatan sejara Islam, masa tersebut adalah tiga masa yang telah diakui dalam sabda Rasulullah saw. “Sebaik-baik manusia adalah pada masaku (masa para sahabat) kemudian yang sesudahnya (tabi’in) kemudian masa sesudahnya lagi (tabiut tabi’in). (HR. Bukhari Muslim). Namun sesuai dengan perkembangannya, istilah Salaf ini baru digunakan pada fase Ibnu Taimiyah, Ahmad bin Hanbal dan Muhammad bin Abdul wahhab kedalam sebuah paham keagamaan. D. Tujuan dan Signifikansi Penelitian 1. Tujua PenelitianTokopedia Scraper a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan tipologi pemikiran Salafi di Kalimantan Selatan. b. Penelitian ini juga berujuan untuk mengetahui akifias salafi dan tempat-tempat mereka dalam melaksanakan aktifitas tersebut di Kalimantan Selatan c. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui metode dakwah mereka serta media-media yang mereka gunakan di Kalimantan Selatan. d. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hubungan sosial mereka baik dengan masyarakat Kalimantan Selatan atau Organisasi kegamaan yang ada di Kalimantan Selatan. 2. Signifikansi Penelitian a. Informasi ilmiah yang bertujuan sebagai sumbangan teori bagi limu pengetahuan khususnya dalam kajian perkembangan ilmu keislaman. b. Informasi ini juga bertujuan sebagai informasi bagi kalangan baik masyarakat dan juga ulama. Dengan hasil penelitian ini mereka dapat mengetahui tentang Salafi yang ada di Kalimantan Selatan agar tidak terjadi tuduhan-tuduhan buta terhadap kelompok Salafi di Kalimantan Selatan. c. Informasi ilmiyah kepada pihak-pihak terkait baik dalam urusan pemerintahan, jika suatu saat nanti terjadi bentrok paham antara masyaraat Kalimantan Selatan dengan paham Salafi baik fisik atau hanya hujjah agar pihak-pihak terkait dapat memberikan solusinya melalui karya ini. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian judul yang saya ajukan “Fenomena Salafi di Kalimantan Selatan” ini akan menggunakan metode penelitian lapangan (Fieled research) dan tergolong dalam bentuk studi kasus dengan metode deskriptif-kualitatif. Penelitian ini berusaha untuk menggambarkan tentang fenomena Salafi di Kalimantan Selatan dengan beberapa pendekatan, historis, sosiologis dan fenomenologis. Adapaun jenis penelitian ini adalah kualitatiif. 2. Lokasi, Subjek dan Objek penelitian a. Lokasi Penelitian Adapun lokasi yang menjadi tempat penelitian ini secara umum adalah Banjarmasin, Banjarbaru, Martapura, Barabai, Amuntai, Balangan. Daerah-daerah inilah yang menjadi pusat dakwah Salafi di Kalimantan Selatan, dan di daearh-daerah inilah berdiri wadah-wadah untuk kegiatan mereka seperti masjid, majlis ta’lim, wadah usaha hingga radio. b. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah orang yang berkecimpung di dalam paham Salafi, yaitu para Ustadz. Subjek berikutnya adalah orang-orang selalu aktif dalam kegiatan Salafi tersebut seperti jamaah, yang terakhir adalah orang-orang kenal dengan salafi tetapi tidak menjadi kelompok Salafi seperti masyatakat sekitar yang berada di dekat tempat-tempat aktifitas Salafi, seperti warga atau masyarakat. c. Objek Penelitian Adapun objek penelitian ini adalah perkembangan Salafi serta tipologi pemikiran mereka di Kalimantan Selatan, aktifitas dan tempat yang mereka gunakan untuk berdakwah di Kalimantan Selatan, selanjutnya adalah metode dan media serta hubungan Salafi dengan non-Salafi yang ada di Kalimantan Selatan. 3. Data dan Sumber Data a. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terdiri dari data pokok (primer) dan data pelengkap (sekunder). 1) Data primer atau data utama dalam penelitian ini adalah data-data yang bersangkutan langsung dengan Fenomena Salafi di Kalimantan Selatan seperti: Tipologi pemikiran Salafi, aktifitas dan tempat yang mereka gunakan, metode dan media serta hubungan Salafi dengan non-Salafi yang ada di Kalimantan Selatan. 2) Data sekunder dalam penelitian ini hanyalah data penunjang yang memuat informasi tambahan tentang Fenomena Salafi di Kalimantan Selatan. b. Sumber Data 1) Sumber data yang digunakan adalah informan. Arinya adalah; dalam penelitian kualitatif maka sumber data utama adalah informan. Dalam penelitian ini, informan adalah sebagai berikut: a) Orang yang berkecimpung di dalam paham Salafiyyah, yaitu para Ustadz. b) Orang-orang selalu aktif dalam kegiatan Salafiyyah tersebut seperti jamaah. c) Orang-orang kenal dengan salafi tetapi tidak menjadi kelompok Salafi seperi masyatakat sekitar yang berada di dekat tempat-tempat aktifitas Salafi seperti warga atau masyarakat. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Observasi Partisipan Teknik ini digunakan dengan cara penulis terjun langsung kelapangan dan ikut menjadi kelompok Salafi untuk mengamati serta mencari tahu tentang perkembangan Salafi serta tipologi pemikiran mereka di Kalimantan Selatan, aktifitas dan tempat yang mereka gunakan untuk berdakwah di Kalimantan Selatan, selanjutnya adalah metode dan media mereka berdakwah serta hubungan Salafi dengan non-Salafi yang ada di Kalimantan Selatan. b. Wawancara tidak terstruktur Penulis melakukan wawancara bebas dengan cara berdialog langsung kepada para informan guna mendapatkan data mengenai perkembangan Salafi serta tipologi pemikiran mereka di Kalimantan Selatan, aktifitas dan tempat yang mereka gunakan untuk berdakwah di Kalimantan Selatan, metode dan media mereka berdakwah serta hubungan Salafi dengan non-Salafi yang ada di Kalimantan Selatan. c. Dokumenter berupa buku-buku, majalah, buliten, kaset atau surat-surat berharga yang menyangkut dengan perkembangan Salafi serta tipologi pemikiran mereka di Kalimantan Selatan, aktifitas dan tempat yang mereka gunakan untuk berdakwah di Kalimantan Selatan, selanjutnya adalah metode dan media dakwah mereka serta hubungan Salafi dengan non-Salafi yang ada di Kalimantan Selatan 5. Teknik dan Pengolahan dan Analisis Data a. Teknik Pengolahan Data Teknik ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: 1) Koleksi data yaitu pengumpulan data sebanyak-banyaknya, baik data yang bersifat pokok maupun pelengkap. 2) Editing data yaitu mengkaji, memeriksa, mengecek kelengkapan data yang telah dikumpulkan dan menyempurnakan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. 3) Kalsifikasi data yaitu mengklasifikasikan data dari hasil observasi partisipan, wawancara dari informan menurut jenis masalahnya. 4) Interpretasi data yaitu dalam tahap ini peneliti akan memberikan komentar, penjelasan terhadap data-data yang kurang jelas agar lebih mudah dipahami. Seperti mengubah bahasa menjadi bahasa yang peneliti pahami. b. Analisis Data Setelah semua data yang bersangkutan dengan Fenomena Salafi di Kalimantan Selatan yaitu data yang bersangkutan dengan perkembangan Salafi serta tipologi pemikiran mereka di Kalimantan Selatan, aktifitas dan tempat yang mereka gunakan untuk berdakwah di Kalimantan Selatan, metode dan media dakwah mereka serta hubungan Salafi dengan non-Salafi yang ada di Kalimantan Selatan sudah terkumpul, kemudian data-data tersebut akan dianalisis dengan teori-teori historis dan sosiologis. Sehingga dalam penelitian ini peneliti akan mengggunakan metode induktif kemudian ditarik menjadi kesimpulan yang bersifat deduktif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, historis dan sosialogi. F. Tinjaun Pustaka Ada salah satu buku yang merupakan hasil penelitian dari IAIN Antasari Banjarmasin yang membahas mengenai salafi: 1. Pola Dakwah Hizbut tahrir dan Gerakan Salafi di Kota Banjarmain, (Bayani, Ruslan, Adriayani Yulizar, 2010). Namun buku ini hanya menggambarkan pola dakwah salafi secara umum tidak diklasifikasikan dan hanya berada pada kawasan Kota Banjarmasin saja. Penelitain ini akan menjadi wawasan tambahan jika sumber primernya kurang. Namun jika sumber primer sudah lengkap maka penelitian ini tidak digunakan. G. Sistematika Penulisan Penelitian ini akan diurutkan kedalam lima bab pembahasan, bab-bab tersebut adalah sebagai berikut: Bab I yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, penegasan judul, tujuan dan signifiknasi penelitian, metode penelitian, tinjaun pustaka dan sistematika penulisan. Bab II yaitu, landasan teori yang membicarakan masalah pengertiian salafi, sejarah masuknya salafi di Indonesia, ciri-ciri khas pemikiran salafi pada fase kemunculannya, pemanfaatan salafi terhadap media di Indonesia dalam prespektif hubermas, rasionalitas nilai salafu al-shaleh oleh salafi di Sumatra dalam prespektif weber, teori truth claim (klaim kebenaran) dan yang terakhir adalah fundamentalisme (Islam otentik). Bab III pada bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian yaitu: sejarah masuknya Salafi ke Kalimantan Selatan, tipologi pemikiran Salafi di KalimantanSelatan, daerah-daerah eksis Salafi di Kalimantan Selatan, aktivitas Salafi di masjid-masjid salafi di Kalimantan Selatan, aktivitas salafi di majlis ta’lim, pondok pesantren, koperasi, SPBU di Kalimantan Selatan, media dakwah Salafi di Kalimantan Selatan, media elektronik, media cetak, media internet, metode dakwah Salafi di Kalimantan Selatan, hubungan Salafi dengan masyarakat Kalimantan Selatan dan yang terakhir adalah hubungan Salafi dengan ormas-ormas Islam di Kalimantan Selatan. Bab IV: Analisis, tema yang digunakan adalah; Salafi Kalimantan Selatan dalam studi komparatif dengan bahasan sebagai berikut; Studi perbandingan terhadap sejarah munculnya Salafi di Kalimantan dengan Sumatra, karakteristik pemikiran Salafi di Kalimantan Selatan (studi perbandingan historis dengan normatif). Bab V: lanjutasn analisis dengan tema: Salafi Kalimantan Selatan Dalam Kajian Sosiologi, dengan pembahasan; pemanfaatan Media dalam gerakan dakwah Salafi di Kalimantan Selatan, hubungan sosial kelompok Salafi Kalimantan Selatan (Turth Claim), rasionalitas nilai agama (salafu al-Shaleh) dalam pemikiran dan tindakan Salafi di Kalimantan Selatan, Salafi Sebagai Fundamentalisme Islam di Kalimantan Selatan. Bab VI yaitu bab akhir yang berisi kesimpulan yang merupakan kesimpulan dari beberapa bab sebelumnya dan ditambaah dengan beberapa saran-saran.
Next article Next Post
Previous article Previous Post