A. Pendahuluan
Dunia allah ciptakan dengan penuh
kesempurnaan, baik dari aspek manusia hewan dan tumbuhan, tidak satupun dari
semua ciptaanNya yang tidak mempunyai manfaat, khususnya manusia. Manusia Allah
cipptkan dengan segala kesempurnaan, bai
dari aspek intelektual (Material) hingga supranatural (Metafisik). Dari
sinilah Allah menghadirkan manusia di sertai dengan sebuah tujuan kehidupan,
untuk apa dia di ciptkan, untuk apa dia di hidupkan, untuk apa dia di ciptakan sebagai manusia. Jawaban inilah yang
akan menjadi dasar pondasi bagi manusia untuk menjalani realita kehidupan yang
berada di depan mata.
Akal manusia merupan pijakan utama dalam
perlayaran dunia yangdi latar belakangi dengan alat bantu; hati. Hatilah yang
akanmenjadi tongkat disaat akal sedang terpuruk dalam kesalahan yang fatal.
Perbedaan hati dan akal bukanlah menjadi perbinjangan yang rumit, tetapi hati
dan akal mempunyai tujuan bersama yaitu untuk menjadikan rangka badan manusia
tetap terarah dalam satu tujuan, kebaikan. Manusia di cipakan bukan hanya seorang diri, oleh karena
itula rasa sosial ada dalam pundak jiwa manusia, selain itu manusia tidak di
ciptakan begitu saja, manusia mempunyai akal, dari akal sinilah manusia berangkat untuk memaham
untuk apa manusia di ciptakan?, jawaban yang paling ringkkas dan padat adalah
untuk menyembah dazt yang telah menciptakan, siapa yang menciptakan? Tuhanlah
yang menciptakan.
Tujuan utama manusia adalah menyembah Allah
swt. dan dari sinilah manusia yang pada dasarnya di berikan akal untuk berpikir,
maka manusiapun berpikir, siapa itu tuhan Allah? Dari sinilah lahir
jawaban-jawaban yang sangat luas dan mendalam, baik dalam bidang teologi,
filsafat, maupun sufisme. Ketika dalil-dalil yang berupa Ayat-ayat Qauliyah (Wahyu)
maupun ayat-ayat Kauniyah (alam) menjadi dasar utama untuk merasionalkan
siapa itu tuhan, maka teologilah yang bermain di dalamnya. Ketika itu suatu
pemikiran dan sangat dalam yang menggunakan diantara alir pikir Irfani,
Burhani, danbayani, maka, filsafatlah yang menjadi figur utama di dalamnya.
Akan tetapi jika hati nurani di sertai dengan kebersihan jiwa dan hati yang di
sertai dengan ibadah-ibadah yang sempurna, maka figur utama didalamnya adalah
Sufisme.[1]
Sufi adalah gelar bagi seseorang yang sudah
mengimplikasikan konsep ilmu dari tasawuf, tasawuf merupakan ilmu yang sangat
penting bagi seseorang yang mempunyai iman, ajran tasawuf sendiri pada dasarnya
di penuhi dengan amalam-amalan pembersih hati dan jiwa yang bertujuan untuk
mendekatkan diri kepada raja metafisik (Tuhan). Ajaran tasawuf yang di kaitkan
dengan amalam-amalam pada umumnya hanya di lakukan oleh orang yang memang pada
dirinya tumbuh benih-benih cinta, iman yang kuat kepada sang pencipta, selain itu tasawuf juga berbeda dengan
filsafat.[2]
Kehidupan manusia bukanlah hal yang mudah
semudah tuhan menciptakan alam, manusia hidup didunia harus mengikuti atur
gerak main dari kausalitas alam sendiri_kena pisau, luka, dan yang lainnya.
Begitu juga dalam ajaran tasawuf, tasawuf merupakan inti dari sumber kehidupan
beragama yang pada hasil akhirnya adalah mendekatkan diri kepada sang pencipta
dengan sedekat-dekatnya tanpa adanya pembatas. Ajaran tasawuf memerlukan anak tangga
yang sangat panjang untuk mencapai puncak utama dalam inti ajarannya. Salah
satu anak tangga yang berada di kawasan tasawuf adalah Tarekat.[3]
Tarekat merupakan salah satu anak tangga untuk
mencapai tujuan utama yaitu Tuhan, tarekatlah sebagai jalan tersebut.[4] Denagan
perkembangan yang sangat di minanti oleh para elit kerohanian.[5] Tarekat
juga bisa di artikan sebagai jalan atau maqamat (Tingkatan) kedekatan
diri kepada Tuhan.[6] Berbagai
macam tarekat yang telah hadir diantara realita kehidupan manusia sekarang yang
bertujuan utama adalah untuk orang yang beriman
mempunyai kedekatan yang sebenarnya kepada Allah swt. diantara tarekat tersebut adalah
Naqsyabandiyah, Sammmaniyah, Tijaniah. Apa sebenaranya yang berada di balik
ketiga Tarekat tersebut, siapa pendiri tarekat tersebut dan bagaimana cara
ketiga tarekat itu untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
B. Tarekat Naqsyabandiyah
a. Pendiri tarekat Naqsabandiyah
Pendiri tarekat Naqsyabandi[7]
seorang pemuka Tasawuf terkenal yaitu Muhammad bin Muhammad Baha al-Din al-Uwaisi
al-Bukhari Naqsyabandi[8]
(717 H/1318 M-791 H/1389M), di lahirkan dari sebuah desa yang beranama Qashrul
Arifah kurang lebih 4 mil dari kampung kelahiran Imam Bukhari yaitu Bukhara,
beliyau berasal dari keluargaa dan lingkungan yang sangat baik, beliyau juga
mendapatkan gelar Syah yang menunjukan bahwa beliyau adalah sosok yang ahli
dalam bidang spiritual. Setelah beliyau di lahirkan maka langsung di bawa oleh
ayahnya ke tempat Baba al-Samasi yang di
terima dengan gembira, di sanalah tempat menimba ilmu bagi beliyau, beiyau
belajar tasawuf kepada Baba al-Samasi ketika sudah berusia 18 tahun. Setelah
ilmu tasawufnya sudah mulai terasa, maka beliyau berlajar tarekat kepada
seorang quthb di Nasaf yaitu Amir Sayyid Kulal al-Bukhari (w.772/1371).[9]
Selain itu beliyau juga di puji ke ‘alimannya oleh salah seoarang Oreintalis
yaituSnouck Hurgronje.[10]
Dari kulal inilah Naqsyabandi belajar terakat
yang didirikannya, selain demikian Naqsyabandi juga mempunyai guru tarekat
selain kulal yaitu al-Dikkirani selama satu tahun. Beeliyau ua pernah bekerja
untuk Khalil sang penguasa Samarkand di perkirakan selama dua belas tahub
setelah itu beliyau peri ke Ziwartum di sanala beliyau mengembala binatang
ternak selama tujuh tahun dan tujuh tahun berikutnya beliyau ikut kerja dalam
perbaikan jalan, disinilah beliyau mengasah rasa kasih sayang kepada manusia dan
untuk memperkuat mistisnya[11]
dalam hal pengabdian.[12]
Naqsybandi mengumukakan kisahnya:
“ketika syaikh Muhammad al-Samasimeninggal
dunia, aku di bawa nenekku ke Samarkand,
di situ aku di temukannya dengan seseorang yang sangat alim untuk meminnta
restu semoga aku di doa’aknnnya. Keberkatan Alahamdulillah sdah kuperoleh,
kemmudian aku di bawa ke bukhara dan nenekku mengawinkanku dengan seorang
wanita, namun aku tetap bermukim di Qashrul ‘Arafah. Aku mendapat kabar bahwa
syaikh Muhammad Baba al-Samasi telah berpesan kepada Sayyid Kulal agar
mengajariku dan mendidikku dengan baik.
Sayyid kulal berjanji akan memenuhi amanah itu dengan menegaskan jika pesan itu
tidak di laksanakannya maka dia bukanlah laki-laki. Dan ternyata janjinya itu
terpenuhi”[13]
Naqsyabandi berhasil mencapai ilmu yang sangat
tinggi dengan bantuan dua guru tersebut hingga beliyau mewarisi tradisi
Khwajagan[14].
Beliyau sangat di hormati oleh para lapisan masyarakat dan bangsawan, tarekat
beliyau sangat populer di daerah Asia Tengah. Suatu hari beliyau di tanya:
kenapa anda tidak mempunyai budak
laki-laki ataupun budak perempuan? Jawab beliyau “rasa memiliki tidak
mungkin bersatu dengan sifat kewalian” selain itu beliyau juga sangat banyak memiliki murid, belyau
sangat memperhatikan moral dan spiritual para muridnya tersebut dan tidak suka
jika muridnya memiliki sifat yang bertentangan dengan hati nurani. Suatuhari
beliyau meminta ma’af atas nama muridnya karena muridnya menggosokan wajah
di dinding rumah orang tersebut.[15]
Sehubungan dengan jalan mistis dan spiritual
yang di tempuhnya, Baba mengatakan bahwa
ia berpegang teguh dengan jalan Nabi Muh̲ammad saw. dan para Sahabat,beliyau
juga mengatakan bahwa mencapai keTauhidan itu mudah, tapi mencapai Makrifat itu sulit karena
adanya pengetahun dan pengalaman spiritual.[16]
b. Penyebaran tarekat Naqsyabandi
Tarekat Naqsyabandi mempunyai pengaruh yang
sangatv kuat di mata muslim di seluruh wilayah, berdirinya pertama kali
Naqsyabandi di Asia Tenngah kemudian merambat
ke Turki, Suriyah, Afganistan, dan
India. Di Asia tengah bukan hanya di kota-kota yang berpenduduk
mayoritas, akan tetapi Naqsyabandi sampai ke wilayah-wilayah terpencil hingga
mempunyai Zawiyah (Pedepokan Sufi) dan
rumah peristirahatan Naqsabandi.[17]
Tarekat Naqsyabandi tersebar hingga keseluruh
Provensi yang berada di tanah Air, yakdi
sampai ke Jawa, Sulawesi Selatan,
Lombok, Madura, Kalimantan Selatan, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan
Barat, dan daerah-daerah lainnya. inilah satu-satunya yang terwakili hadir di
antara masyarakat muslim mayoritas. Penyebaarann Tarekat yang mudah di terima olh masyarakat awam pada umunya
menimbulkan adanya variasi lokal, walau demikian tarekkat Naqsyabandi tetap
hadir dengan nuansa aslinya.
c. Teknik dan Ritual Tarekat Naqsybandi: Ajaran Dasar
Tarekat Naqsyabandi sama sperti
tarekat-tarekat pada umumnnya mempunyai tempat peribadatan, latiahn spiritual
dan ritual-ritual tersendiri. Naqsyabandi adalah terekat yengterorgainisir yang tumbuh hampir
selama enam abad dan dalam geografis mempunyai titi penyebaran dua benua, dari
itulah wajar jika Naqsyabandi mmempunyai variasi yang berada di kawasan
tersebut dan tahun tersebut.[18]
Menurut Muhammad Amin al-Kurdi dalam karyanya
‘Tanwȋr al-qulȗb yang terdiri
dari 11 ajran dasar; 8 asas di rumuskan oleh ‘Abd. alKhaliq Ghujdwani
sedangkan 3 dasar yang lainya di rumuskan oleh Muh̲ammad Bahā al-Dȋn
Naqsyabandi. Ajaran dasar tersebut
adallah:[19]
1. Husy dar dam, “sadar sewaktu bernafas” atau bisa di katakan dengan latihan konsentrasi
dalam selalu mengingat allah tatkala angin terkeluar dari nafas. Keluar nafas
bukanlah keluar begitu saja, akan tetapi harsu di sertai dengan dzikir kepada
Allah. Dalam dasar ini, ketika seseorang lupa dengan Allah, maka secara
spontanitas dia akan jauh dari Alla, oleh karena itulah mengingat Allah di saat
bernafas yang di sertai dengan hembusan angin yang diiringi dengan dzikir maka,
akan selalu ingat dengan Allah.
2. Nazhar bar qadam, “menjaga langkah”
seorang murid keika menjalani sulukk maka, dia harus menjaga langkah dengan
cara menundukan kepalanya melihat kearah kaki, dan apabila duduk tidak
memandang kekiri dan kekanan, dengan alasan bahwa ketiak sesorang menatap
ukiran-ukiiran dunia maka dapat melalaikan dia kepada Allah swt. selain itu
juga agar tidak menggangu konsentrasi terhadap langkah spiritualnya.
3. Safar dan wathan, “melakukan perjalanannya di tanah kelahirannya” dengan
maksut berhijrah dari sifat yang tercela hingga ke sifat yang terpuji.
4. Kalwat dar anjuman, “sepi di tengah keramain” khalwat bisa di artikan dengan
menyendirinya orang yang bertapa, sementara anjuman dapat di artikan dengan
perkumppulan tertentu. Berkhalwat di bagi dalam dua bagian:
a. Khalwat lahir, yaitu seseorang yang sedang bersuluk di tempat-tempat sunyi dari bisingan-bisingan
manusia.
b. Khalwat batin, yaitu mata hati " menyaksikan kebesaran Allah disaat
bergaul dengan makhluk.[20]
5. Yād krad, “ingat atau menyebut” dalam konteks ini dzikir kepada Allah lah yang
menjadi sub inti, baik zikir ism al-dzāt (menyebut Allah) maupun zikir nafi
itsbat (menyebut la Ilāha ȋllā Allāh), bagi Naqsyabandi, zikir itu tidak
terpaku pada kelompok jama’ah ataupun sendirian, akan tetappi intinya adalah
terus-menerus untuk berzikir dan ingat kepada Allahh.
6. Bāz Gash, “kembali” atau “memperbaharui” hal ini di lakukan untuk tetap menjaga hati
dari hal yang menyimpang. Dan dalam konteks ini juga di lakukan untuk tetap
menjaga hati, memperharui, agar mendapatkan kelembutan tauhid iman kepada Allah
swt. Naqsyabandi juga mengajarkan sebuah doa di saat hendak memulai zikir (Ilāhi
anta maqsȗdȋ wa ridhaka mathlȗbȋ)
7. Nigāh Dasyt, “Waspada” yaitu para murid harus selelu waspada ketika melakukan zikir
tauhit agar selalu terfokus kepada Allah swt. dan harus sesuai dengan makna
sebenarnya dari kalimat tersebut. Sebuah motifaasii bagi kita dari Syaikhh Abȗ
Bakr al-Kattanȋ. “saya menjaga pintu hati selama 40 tahun. Tidak kubukakan
selain kepada Allah swt. sehingga jadilah hatiku tidak mengenal seorangpun
selain Allah swt. sebagian ulama tasawuf juga mengatakan: “Kujaga hatiku selama
sepuluh malam, maka, di jaganya aku selama dua puluh tahun”.
8. Yād Dasyt, “mengingat kembali” bisa di katakan
dengan Tawajjuh (menghadapkan diri kepada Allah swt) dalam bagian ini
seseorang harus mencapai maqam Fana.
Adapun tiga dasar yang lainnya dari prespektif
Syaikh Bahā al-Dȋn Naqsyabandi adalah sebagai berikut:
9. Wuquf zamani, “memeriksa penggunaan waktu” seseorang yang sedang bersuluk harus tetap
mengatur waktu bagi drinya, setiap saat harus mengukur appakan dirinya tetap
senantiasa ingat dengan Allah atau tidak.
10. Wuquf ‘adali, “memeriksa hitunbgan zikir” .
Pondasi Naqsyabandiah pada awalnya adalah
zikir, dari zikirlah tarekat ini berangkat untuk mendekatkan diri kepada Allah
hingga tidak ada jarak antaranya dan Allah swt. naqsyabandi mempunyai zikir
tertentu yang di silsilahkan oleh Abd al-Khalik kepada Baha al-Dȋn[22]
inilah zikir yang di sebut dengan zikir Khafi.
Selain itu Naqsyabandi membagi zikir denagn dua bahagian:
1. Zikir Ism-dzat, “mengingat nama yang hakiki dengan cara menyebut nama Allah secara terus
menerus.
2. Zikir Tauhid, “mengingat keesaan Allah swt. zikir ini diiringi bacaan perlahan dan
nafas yang diatur dalam kalimat lā ilāha illā allāh yang di sertai
dengan zauq melalui washil badan lahiriyah sendiri, pertama bunyi lā
di rasakan dari pusar terus merambat hingga ke ubun-ubun. Kedua, bunyi ilāha
turun ke kanan dan berhenti di hujung bahu kanan. Ketiga, Bunyi illā turun
dan terus ke bawah hingga ke jantung dan di bagian yjantung inilah kala Allāh
terakhir di ucapkan dengan zauq yang luar biasa hingga kekuatan supranatural
dari zikir tersebut terasa hingga badanpun terasa panas.[23]
Selain pada syarata-syarat di atas juga
terdapat beberapa syarat ketika mejalani terakat di antaranya adalah: pertama,
Puasa bicara, kedua,Puasa Melihat, ketiga,Puasa mendengar,
keempat, Puasa mencium, kelima, Puasa Cita-rasa.[24]
Selain dua zikir diatas, naqsyabandi juga
memiliki zikir yang merupakan zikir paling tinggi tingkatannya; dinamakan dengan zikir latha’if, zikir ini mengharuskan konsentrasi yang penuh
dengan kesadaran spiritual yang tinggi (kesadaran dalam konteks Zauq bi
allāh) hinga menimbulkan reaksi spontanitas pada jiwa, hilangya klesadaran
karena sudah tenggelam dalam alam spiritual ketuhanan, pandangan terasa gelap,
jiwa dan raga pindah ke suatu tempat yang mana di sana kita tidak dapat
megontrol badan, rasa hilang, yang hadir hanya katakjuban atas rasa spiritual
yang tinggi.[25]
Berikut adalah silsilah nama fdari
Guru-guru Tarekat, guru terakat amatlah penting, karena dia adalah seoarang
yang mengontrol muryd saat bertarekat.[26]
c. Silsilah guru-guru Naqsyabanndiyah
Nabi Muh̲ammad
saw.
Abu Bkr at-Shiddiq
Salman
al-Fārisi
\Qāsim bin
Muh̲ammad bin Abi Bakr al-Shiddiq
Ja’far
al-Shiddiq
Abu Yāzid
Thaifur al-bisthāmi
Abu ‘Ali
al-Farmadni
‘Abu Ya’qȗb
Yȗsuf al-Hamadāni
‘Abd. Al-Khāliq
al-Gujdawani
“Arif
al-Riwgari
Mah̲mud
Anjir Faghnawi
‘Azizan “Ali
ar-Ramitani
Muh̲ammad Bana
al-Samassi
Amir Sayyid
Kulal al-Bukhara
Muh̲ammad Bahā al-Din Naqsyabandi[27]
C. Tarekat Sammāniyah
a. Pendiri tarekat Sammāniyah
Tarekat Sammāniyah didirikan oleh Muh̲ammād
bin ‘Abd al-Kārȋm al-Madani al-Syāfi’ȋ al-Sammān[28]
(1130-1189/1718-1775) beliyau dilahirkan di kota Madinah dari suku
Quraisy. Di kalangan pengikutnya beliyau
lebih di kenal dengan sebuuah nama yang sangat populer yaitu Syaikh Sammān atau
Muh̲ammād Sammān. Belyau adalah sosokj yang sangat di horamati di mata
masyarakat, di karenakan mempunyai kelebiihan yang tidak dimiliki oleh orang
lain, beliyau adalah sosok seoarang guru yang mengajar di Sanjariyah, selain
itu di ceriatakan bahwa beliyau menghabiskan sisa hidupnya di kota Madinah dan
tinggal di rumah khalifah pertama yaitu Abu Bakr al-Shiddȋq. [29]
Syaikh Sammān tidak hanya ahli dalam bidang
ilmu tarekat, tetapi beliyau juga ahli
dalam ilmu-ilmu yang lain, dikerankan beliyau sangat banyak mempunyai guru.
Baik dlam bidang fāqih ataupun ilmu-ilmu yang lainnya, selain itu ada salah
satu guru yang inilah menjadi patokan beliyau dalah duinia tarekat, yaitu
Syaikh Khālwatiyah pendiri tarekat Khalwatiyah,[30]
setelah lama masa berlalu pada akhirnya Syaikh Samman juga membuka cabang dari
tarekat Khalwatiyah dengan nama al-Muh̲ammadiyah, namun, Syaikh Samman
tidak merobahnya sedikitpun.[31] Masa-masa ini Syaikh
Sammān masih sebagai pelajar, beliyau masih belajar berbagai macam ilmu,
khususnya dalam dunia Sufi, Tarekatlah yang menjadi tonggal utamanya, pada
waktu beliyau menyusun tarekat Khalwatiah, beliyau masih belajar berbagai macam
tarekat seperti;Naqsyabandiyah, Qadariyah, Syāaziliyah,[32]
Sykh Sammān merupakan sesorang yang sangat berbakat dan piyawai, ketika beliyau
belajar dalam tarekat Qadariyah beliyau di beri gelar dengan Muh̲ammad bin ‘Abd
al-Kārim Al-Qādiri Al-Sammān.[33]
Dari sinilah Syaikh Sammān mampu melahirkan
kembali konsep dan amaliyah yang pernah dipelajari oleh beliyau dari berbagai
macam tarekat semasa hidup beliyau. Penyaringan, dan pemilahanlah mitode yang
beliyau kerjakan dengan tambahn sedikit
variasi (Qashȋdah) agar lebih sempurana dan pada akhirnya beliyau mamu mendirikan
sebuah tarekat Sammāniyah. Pada masalah
meracik dalam sebuah tarekat itu bukanlah hal yang asing, karena pada mulanya
hal tersbut bersumber dari Nabi, disinilah para ulama-ulama tarekat
meperbaharui cara agarn para sufi yang masuk dalam tarekat tidak merasakan
kebiosanan dalam memulainya seperti Syakih Ahmad Khatib Sambas yang berasal
dari Kalimantan meracik tarekat dari berbagai macam aspek hingga menjadi nama
tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah.[34]
b. Cabang tarekat Sammāniyah
1. Sammāniyaah-Naqsyabandiyah
Penggabungan antara dua tarekat ini bukanlah
hal yang asing dan tabu dalam dunia spiritual, begitu juga dua tarekat ini.
Tarekat ini di gabungkan oleh: Abdul Qadim, walaupun adanya poergabungan antara
dua tarekat ini, tetap terakt Sammānlah yang paling berdampank khusunya dalam
bidang zikirNya.[35]
2. Khalwatuayh Sammān
Tidak jauh beda dengan tarekat Sammāniyah pada
mulanya. Terkat ini merupakan hanya cabang dari terakat Sammāniayah, dikatakan
bahwa pendirinyapun juga Syaikh Sammān sendiri.[36]
c. Ritual Tarekat Sammāniyah:Prosesn Menjadi Anggota dan pokok ajran
Sebagaimana pada tarekat-terakat yang lain,
dalam memasuki kunci hamba dengan Tuhannya, maka harus aada syarat-syarat
yangwajib di lakukan terlebih dahulu, dunia spiritul memang berbeda dengan
dunia material, tetapi dlam dunia material dalam konsp ini bisa di misalkan ke
rasional; misal: jika ada sesorang yang hendak menemui seorang bosnya, maka
apakan yang akan di lakuykan oleh seseorang tersebut, yang pastimnya adalah
kebersihan pakayan dan yang lainnya. bergitu juga dalam dunia spiritual yang
nisbahnya lebioh besar objek yang akan di temui. Ada beberapa kata kunci yang
dimiliki oleh Sammniyah agar ketika seseorang masuk kedalam Tarekatnya
mempunyai ketenangan jiwa spiritualnya. Sayratnya adalah:
1. Jadikan badan seperti mayat terhadap guru (Syikh).
2. Baiat (adanya perjanjian, Sumpah)
3. Membaca Manaqib Syaikh Sammān[37]
4. Ratib Sammān
5. Zikir
Sementara ketika sudah selesai melakukan
ritual-ritual tersebut, maka selanjutnya akan melaksanakan hal berikut dalam
pokok-pokok ajan Syaikh Sammān:
1. Tawassul
2. Wah̲dad al-Wujud
3. Nur Muh̲ammad
4. Insal Kamil
5. Syathāhat[38]
d. Silsilah Tarekat Sammāniyah
Allah swt.
Nabi Muh̲ammad
saw.
‘Amir al-Mukmin
‘Ali bin Abȋ Thalȋb
H̲asan al-Basrȋ
Quthb Al-Qawts
H̲abib al-‘Ajami
Quthb Daud
Al-Tai
Abȗ al-Mā’rȗf
al-kaarkhȋ
Khān Sirriȋ
Al-Saqathi
Sayyid
al-Thāifah Junayd Al-Baghdādȋ
‘Imādul al-Alwi
al-Dainȗrri
Muh̲ammad bin
Abdillah al-Bakri al-Shiddiki
Quthbb al-Dȋn
Muh̲ammad al-Tabrizi
Mullah Jamāl
al-Dȋn Ah̲mad Al-Tibrizi
Ibrāhim ‘Abd
Allah Muh̲ammad al-Syarwani
Quthb al-Zamani
Mulānā Affandi Umar al-Khalwatȋ
Muh̲ammad ‘Amir
Umm al-Khalwati
Ism al-Dȋin
al-Khalwati
Ayhr al-Dȋin
al-Madani
Muh̲ammad
al-Anja’i
Al-Syahir
al-majal al-Khalwati
Khayli Salmān
al-Aqra’i
Qahr al-Din
al-Qastamuni
Muhyi al-Dȋn
al-Qastamuni
Sayyid ‘Amru
al-Fuadi
Ismail
al-jayruni
‘Affandi
Al-Qurbasyi
Muh̲ammmad
Mustafa al-Qadi al-Darnawi
‘Abd al-Latif
al-Khalwati
Maulana Mustafa
al-Bakri
Muh̲ammad bin ‘Abd al-Karȋm Al-Sammān Al-Madanȋ
D. Terakat Tijāniyah
a. Pendiri tarekat Tijaniyah
Sebagaimana
pada terekat sebelumnya ada mempunyai data stuktur baik dari pendiri maupun dari silsilahnya, bergitu
juga tarekatTijāniyah ini. Pendiri
tarekat ini adalah Sayikh Ah̲mad bin Muh̲ammmad al-Tijāni
(1150-1737H/1737-1815M) beliyau di lahhirkan di ‘Ain al-Madi setelah beliyau
berusia 80 tahun maka beliiyau wafat di Fez, Maroko.[39]
Pandangan para Tijājinah ataupun dari sisi masyrakat yang kenal dengan beliyau,
beliyau adalah seorang Wali besar Allah (al-Quthb al-‘azham),[40]
di karekan beliyau mempunyai karamat
yang luar biasa.[41] Selain itu beliyau juga dikatakan sebagai
keturunan dari Rasulullah saw.[42]
Banyak
sekali pernyataan-pernyataan yang di utarakan oleh para wali Allah untuk membuktikan
bahwa Syaikh Ahmad ini benar seorang Wali Allah, di antaranya adalah wali
Syaikhh Abu al-‘Abbās Ah̲mad bin ‘Abdullah al-Hinȋ mengatakan “engkau adalah
pewaris ilmuku dan engakau adalah wali Quthb yang menyeluruh (Quthb al-Akwān).[43]
Syaikh Ah̲mad
bin Muh̲ammmad al-Tijāni melakukan perkunjungan-perkunjungan ke temappat
para wali-wali besar pada zamannya, salah satunya di tempat wali besar Abi
Samgun, beliyau menceritakan bahwa Ah̲mad bin Muh̲ammmad al-Tijāni pernaha ada
suatu hal yan terjadi pada beliyau khususnya dalam dunia spiritualnya
yaitu al-Fath Akbar (terbukanya
pintu martapabat tertinggi dalam
kewaliyan) beliiyauu bertemu dengan
Rasulullah[44]
dalam keadaan sadar, selain itu beliyau juga di ajarkan talqȋn oleh Rasulullah
(Pengajaran) yaitu:
1.
Istigfar 100 kali
2.
Shalāwat 100 kali
3.
Surah
al-Ikhlās
4.
Zikir (La ilāha illā Allah) 100 kali[45]
Ajaran
yang telah di berikan oleh Rasulullah secara langsung inilah yang menjadi dasar
dari ajaran Tarekat Tijāniyah, dengan berppondasikan seorang pemimpin yang
secara spiritual telah bertemu dengan Rasulullah maka, dengan pula tarekat ini
banyak yang berminat untuk memasukinya, ajaran yang telah di barikan kepada
Ah̲mad bin Muh̲ammmad al-Tijāni menjadikan derajat wirit ini di utamakan dari
wirid wali-wali yang lain Rasulullah bersabda;
“tak
ada karunia nbagi makhluk punn dari guru-guru tarekat atas kamu. Akulah
perantaramu an pembimbingmu dengan sebenarnya. Tinggalkanlah semua tarekat yang
pernah kau ambil, tekunilah tarekat ini
tanpa bersembunnyi dan menghindar dari orang lain, hingga kau mencapai derajat
yang telah di janjikan kepadamu, kau tetap berada di maqam-mu tanpa
mengalami kesuliitan dan kesempitan dan tanpa keseusahan dan kepayahan.
Tinnggalkanlah para wali yang lain”[46]
Tarekat
Tijaniyah bukanlah tarelat satu-satunya yang berdiri dari sitem barzakhi
(Bertemu Rasulullah) tetapi tarekat yag
lainnya juga berdiri atas asas seperti ini, kecuuali tarekat Qadariyāh di
karenakan terekat ini bersambung kepada Rasulullah melalui perantara sayyidina
Ali.[47]
perkembangan Tarekat Tijaniyah yang semakin hari semakin di minati oleh para
masyarakat baik itu di tempat
kelahirannya maupun di temapt pperkembangannya, tetapi, setelah sekian
lama Tarekat Tijaniyah berkembang munculah kontroversi antara Tarekat lain dengan
tarekat Tijaniyah yang berawal dari murid Tijani sendiri tentang kewalian Ah̲mad
bin Muh̲ammmad al-Tijāni bertemu dengan Rasulullah saw. selain itu ada sikaf
ekslusif yang mel;arang murid-muridnya untuk berziarah ke maqam para wali-wali.[48]
b. Amalam Tarekat Tijanyāh
1. Wirid Wajib
Wirid
wajib meruapakan wirid yang sangat di anjurkan oleh para murid dalam Tarekat
ini. Wajib secara individu dengan adanya ketentuan-ketentuan ini maka,
disinilah tata letak sah atau tidak sahnya wirid seorang murid dalam konsep Tijaniyāh
bentuk dan aturan dari wirid wajib ini terbbahagi menjadi tiga:
a. Wirid lāzimiah
Wirid
ini harus di kerjakan tiap hari (muali subuh hingga duha dan sore setelah solat
ashar) dan di lakukan secara individu dengan bacaan yang tidak keras.[49]
Wiridnya adalah;
1. Membaca hadaratb (tawasul)
kepada Rasulullah dan Al-Fatihah 1X
2.
Membaca hadaratb (tawasul) kepada Ah̲mad bin Muh̲ammmad al-Tijāni dan
Al-Fatihah 1X
3.
Membaca hadaratb (tawasul) kepada para silsilah Terakt Tijaniyāh dan
Al-Fatihah 1X
4.
Membaca Khutbah Muqaddimah
5.
Niat
6.
Membaca ta’audz 1x
7.
Membaca shalawat al-Fāatih li mā uhgliq 1x
8.
Membaca tasbȋh, salām, dan tahmȋd 1x
9.
Membaca istigfār 100x
10.
Membaca shalawāt 100x
11.
Membaca tasbȋh, salām, dan tah̲mȋd 100x
12.
Membaca tahlil 99x dan di lanjutkan dengan La
ilāha illa allah Muh̲ammad Rasulullāah salāmullah (di pannjangkan bacaanya)
13.
Membaca
ta’awuzd dan al-fatihāh 1x
14.
Membaca shalawat al-Fātih̲ li ma ughliq 1x
15.
Membaca ayat shalawat
16.
Do’a[50]
b. Wirid wazhifah
Wirid
ini juga tidak jauh beda dengan wirid sebelumnya bahwa di baca [pada wakti pagi
dan sore, maka jika seorang murid lalai
dalam mengerjakannya maka seorang murid tersebut wajib mengerjakannya di lain
waktu,[51] dengan
isi wiridnya sama dengan Lāzimȋyah.
c. Wirid hailalah
Wirid
yang di baca secara berkumpul.
2. Wirid ikhtiāriyah
Wirid
yang tidak ada hukum wajib dalam syarat pada tarekat ini, selain itu juga bukan
sebagai ukuran bahwa sah atau tidaknya seseorang untuk berTijani dalam dirinya.
Syaikh
|
Murid
|
Murid
|
Murid
|
Muqaddam
|
Ikhwān
|
Ikhwān
|
Ikhwān
|
Ikhwān
|
Murid
|
Murid
|
Khalifah
|
Kesimpulan
Dari
beberapa urain di atas mengenai Tarekat dapat di tarik kesimpulan ternyata
tarekat adalah jalan orang-orang sufi untuk mendekatkan dirikepada Allah swt.
dalam aspek spiritual yang berpondasikan amalan-amalan berupa wirid-wirid dan
zikir-zikir yang mempunyai silsilah dengan Rasulullah saw. bai dari tarekat
Naqsyabandiyah (Muhammad bin Muhammad Baha al-Din al-Uwaisi al-Bukhari
Naqsyabandi, 717 H/1318 M-791 H/1389M) atau Sammaniyāh (Muh̲ammād bin
‘Abd al-Kārȋm al-Madani al-Syāfi’ȋ al-Sammān, 1130-1189/1718-1775) dan
tarekat Tijaniyāh (Sayikh Ah̲mad bin Muh̲ammmad al-Tijāni, 1150-1737H/1737-1815M).
Tarekat
bukanlah hal yang asing dalam dunia sufi. Tujuan sufi adalah untuk dekat dengan
Allah swt. dengan itu pula jalan untuk mendekatkannya adalah dengan tarekat.
Ketika seseorang sedang memasuki tarekat maka hal yang paling utama untuk
mendapatkan hasil dari tarekat itu dengan menjaga adab dengan Syaikh (Guru),
patuh dengan apa yang di perintahkan oleh guru adalah hal yang paling utama di
saat menjalani tarekat. Selain itu di dalam tarekakat juga mempunyai struktur
atau syrat-syarat yang telah di berikan oleh Syaikh kepada muryd agar di
laksanakan dnegan sepatuh-patuhnya.
Memang
pada dasarnya pandangan oarang awam mengenai tarekat ini sedikit aneh, di
karekan ada sisi sufistik dan spiritual yang hanya mampu di rasakan oleh orang
yang mendapatkan hidayah dengan sebab ke seriyusannya menjalani hal tersebut,
oleh karena itulah inilah hakikat kehidupan yang mampu meluruskan kaki kita di
mana mata sudah tak mampu membuka, nafas sudah berhenti bertiup, amalaiyah kitalah
yang menjembatani hal-hal tersebut. Karena
amallah seseorang bisa di angkat derajatnya disisi Allah swt.
mudah-mudahan kita mampu mengamalkan apaapa yang sudah kita ketahui dengan sebaik
mungkin.
DAFATAR PUSTAKA
A. R.
Gibb et al, (ed), (1991), Shorter Encylopedia Of Islam, Leiden-New York:
E’.J. Brill.
Ali Harazim, (1948), Jawāh̲ir al-Masyarākat
ānȋ wa Bulȗgh al-āmani, Madinah: Maktabah al-‘Abd al-Gani.
Azyumardi Azra, (2003), jaringan Ulama Timur Tengah Kepulaun Nusantara
Abad XVII & XVIII, Akar Pembaruan Islam di Indonesia, Jakarta:
Prenada.
Carl W. Ernst, (2003), The Shambha Guideto
Sufiism, Terj: Arif Anwar, Ajaran
dan Amaiyah Tasawuf, Yogyakarta; Pustaka Sufi.
Hj.Sri Mulyani, (2004), Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat
Muktabarah di Indonesia, Jakarta: Prenada Media.
John L, Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia
Islam Modern, Bandung: Mizan.
K. Permadi, (1997), Pengantar Ilmu Taswuf,
Rineka Cipta.
K.A. Nizami, Sayyid Hossein Nasr (Ed), 1997, Ensiklopedi
Tematis Spiritualitas Islam: Manifestasi, Bandung: Mizan.
K.H.Badruzzaman, Risalālah Silk as- Sunni, Manuskrip,
garut: Pesantern Al-Falah, Biru.
M.Muhsin Jamil, (2005), Tarekekat dan
Dinamika Sosial Politik, Tafsir Sosial Sufi Nusantara, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Martin van Bruinessen, (1999), Kitap
Kuning, Pesantren, Tarekat: Tradisi Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan.
Martin Yan Bruinessen, (1999), Kitap Kuning, Pesantern dan Tarekat, Bandung:
Mizan.
Muh̲ammad al-‘Arabi at-Tijani, (1983), Bugyah a;-Mustafȋd: Syarah Munyah
al-Murid, Beirut: Dar al-Fikr.
Muhammad Amin Kurdi, Tanwir al-Qulub, Kairo.
Muh̲ammad bin ‘Abd Allah at-Tasfāwi, Al-Fath̲
ar-Rabbānȋ Fi Masyarakat Yahtaj ȋlah al-Murid at-Tajānȋ, Surabaya: Sa’id
Nabban.
Muh̲ammad Yusuf an-Nabhani, Hujat Allah
‘ala al-‘alamȋn, Beirut: Daru al-Fikir.
Murtadha Mutharri, (2002), Mengenal tasawuf, Jakarta: Pustaka
Zahra.
Rahmad Jalaluddin, (1999), Reformasin Sufistik, Bandung: Pustaka
Hidayah.
Ridha Ahida, (2009), Tasauf Kontemporer, Prespektif Fazlurragman, Yogyajarta:
Interpena.
Syed M.Zauqi Shah, Jalan Menuju Taswuf, Yogyakarta:
Sahara.
Yusuf Bin Ismail al-Nabhani, (1978), Jāmȋ’ Karāmati al-Awliyā, Beirut:
Maktabah al-Syabi’ah.
[2] Ridha Ahida, Tasauf Kontemporer, Prespektif Fazlurragman, (Yogyajarta:
Interpena, 2009),. Hlm. 25.
[5] M.Muhsin Jamil, Tarekekat dan Dinamika Sosial Politik, Tafsir Sosial
Sufi Nusantara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),. Hlm. 45.
[6] [6] M.Muhsin Jamil, Tarekekat dan Dinamika Sosial Politik, . . . . . .
Hlm. 47. Dan lihat juga: Murtadha Mutharri, Mengenal tasawuf, (Jakarta:
Pustaka Zahra, 2002),. Hlm. 18-20.
[7] Nama Naqsabandi sendir di ambil dar nama pendirinya Baha al-Din Naqsyabandi.
Dalam dunia tarekat telah di akui bahwa penndiri tarekat adalah tokoh-tokoh
yang mensistematisasikan ajran-ajaran-ajrann, mitode, dan amalam secara
ekssplesit tarekat tersebut.
Satuhal yang perlu di garis bawahi
bahwa, tokoh-tokoh tarekat tersebut bukan orang yang menciptkan tarekat
tersebut, melainkkan hanya mengolah ajaran-ajran yang telah di turunkan
kepadanya melalui ijazah yang sampai kepada Nabi.
[8] Naqsabandi secara Harfiyah berarti “Pelukis, Penyulam dan penghias” jika nenek moyang mereka seorang penyulam,
maka, nama itu merupakan nama dari profesi keluarga, jika tidak, kemungkinan
besar maksutnya adalah melukis nama Allah di dalah hati dengan seindah-indahnya
agara kekal abadi.
[9] Hj.Sri Mulyani, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di
Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004),. Hlm. 89.
[11] K.A. Nizami, Sayyid Hossein Nasr (Ed), Ensiklopedi Tematis Spiritualitas
Islam: Manifestasi, (Bandung: Mizan, 1997),. Hlm. 222.
[13] Yusuf Bin Ismail al-Nabhani, Jāmȋ’ Karāmati al-Awliyā,(Beirut:
Maktabah al-Syabi’ah, 1978),. Hlm. 240.
[14] Dibaca (Khojagan)
[26] M.Muhsin Jamil, Tarekekat dan Dinamika Sosial Politik, . . . . . .
Hlm. 49. Lihat Juga: Carl W. Ernst, The Shambha Guideto Sufiism,
Terj: Arif Anwar, Ajaran dan Amaiyah
Tasawuf, (Yogyakarta; Pustaka Sufi, 2003),. Hlm, 153-155.
[28] Beliyau adalah seorang seorang wali Qutub di zamannya, sering masyarakat
muslim membaca sebuh manaqin yang berisikan tentang beliyau. Beliyau adalah
seorang yang zuhud, wara, qana’ah dan sangat alim baik di bidang intelektual
maupun di bidang spiritual, lkhususnya dengan Allah swt.
Untuk lebih sempurna silahkan buka Kitab Manāqin
Muh̲ammad Sammān,atau Manaqib Syaikh Al-Walȋy Al-Syāhȋr Muh̲ammad
Sammmān.
[29] Untuk lebih jelas Lihat: Azyumardi Azra, jaringan Ulama Timur Tengah
Kepulaun Nusantara Abad XVII & XVIII, Akar Pembaruan
Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada, 200
[30] Untik lebih jelas Lihat: Martin van Bruinessen, Kitap Kuning, Pesantren,
Tarekat: Tradisi Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1999),. Hlm. 56.
[37] Suarat yang ketiga ini hanya muncul jauh sesudah pendiri tarekat (Syaikh
Sammān) pergi ke sisi Allah.
[39] Untuk lebih jelas Lihat: H. A. R. Gibb et al, (ed), Shorter Encylopedia
Of Islam, (Leiden-New York: E’.J. Brill, 1991),. Hlm. 592-594.
[40] Hj.Sri Mulyani, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat . . . . . . Hlm.
217-218.
[41]Orang-orang sufi mengatakan bahwa karamat adalah sesuatu yang luar biadsa
luput dari hukum kausalitas, derajat karamat hanya di dapat oleh seorang Wali
Allah saja. Lihat: Muh̲ammad Yusuf an-Nabhani, Hujat Allah ‘ala al-‘alamȋn, (Beirut:
Daru al-Fikir, tth),. Hlm. 10.
[42] Untuk lebih jelas Lihat: Muh̲ammad bin ‘Abd Allah at-Tasfāwi, Al-Fath̲
ar-Rabbānȋ Fi Masyarakat Yahtaj ȋlah al-Murid at-Tajānȋ, (Surabaya: Sa’id
Nabban, tth.),. 7. Dan lihat: Martin Yan
Bruinessen, Kitab Kuning, . . . . . . Hlm. 321-327.
[43] Untuk lebih jelas Lihat: Muh̲ammad
al-‘Arabi at-Tijani, Bugyah a;-Mustafȋd: Syarah Munyah al-Murid, (Beirut:
Dar al-Fikr, 1983),. Hlm. 158-174. Dan lihat: ‘Ali Harazim, Jawāh̲ir
al-Masyarākat ānȋ wa Bulȗgh al-āmani, (Madinah: Maktabah al-‘Abd al-Gani,
1948),. Hlm. 24-44.
[44] Dalam dunia tasawuf vbertemu dengan rasulullah walaupun neliyau sudah wafat
itu tidak mustahil.
[47] K.H.Badruzzaman, Risalālah Silk as- Sunni, Manuskrip, garut:
Pesantern Al-Falah, Biru, tth),. Hlm. 5.
This post have 0 komentar
:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100