Antropologi Agama:
Memandang Sudut Pandang SQ (Spiritual
Quontiet) Sebagai Pembentukan Karakter Muslim dari Kaca mata Neorologis,
Tasawuf dan Filsafat.
Takdir Ali Syahbana٭
A. Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk yang Allah ciptakan
paling sempurna di bandingkan dengan makhluk yang lain, baik dalam bentuuk fisik maupn dalam bentuk
intelektual, namun perbedaan yang sangat signifikan adalah tertumpu pada
intelektual (akal).[1] Dari akal sinilah manusia di bebani perintah dan di
hujani dengan peraturan , gara-gara faktor akal pulalah manusia di berikan
agama[2]
untuk menata struktur kehidupan agar tetap sebadan dengan inteletual manusai
sendiri. Kecerdasan intelektual, emosional, spiritual adalah inti dari manusia
sendiri.
Pada abad ke-Dua puluh permasalahan IQ (Intelligence
Quontient) sangatlah asik dan diminati untuk menjadi sudut pandang bagi
seorang ilmuan untuk mengetahun seberapa tinggi IQ seseorang, semakin tinggi IQ
semakin tinggi pula kecerdasanya.[3]
Kemudian pada tahun 1990-an seorang ahli dalam bidang kecerdasan mengemukakan
sebuah argumen kembali dengan memunnculkan gagasan baru yang disebut dengan EQ, EQ adalah
kecerdasan emosional para psikolog dan neorolog sepekat mengenai EQ yang
dikatakan sebgai kecerdasan emosional, antara kecerdasan intelektual dan
emosional sama pentingnya denegan kecerdasan dalam bidang emosional, pergerakan intelektual akibat
dorongan dari emosional manusia.[4]
Sementara itu akibat gigihnya para pemikir
yang ahli dalam bidangnya kembali mengemukakan bahwa ada lagi satu tingkatan
dalam hal kecerdasan yang sangat berpengarauh bagi manusia, bagi alam dan bagi
tuhan, munculnya pendapat baru
ini sekitar akhir pada abad ke-20,
selain cerdas dalam bidang intelektual maka harus juga cerdas dalam
bidang emosional yang mampu menumbuhkan rasa cinta, motivasi, semangat,
kegembiraan selain itu kecerdasan spiritual juga sangat penting untuk
menyeimbangi atau menyatabilkan antara intelektual baik emosional, empati agar
tetap lurus dengan kaidah kiblah sebagai seorang manusia.[5]
Antara IQ dan EQ setelah diamati dalam tulisan
Ippho Santoso[6]
ternya IQ dan EQ berbeda tempat dalam pembagian otak. IQ sangat berdomisili di bagaian
otak manuisa yang ada di sebelah kiri sementara EQ berdomensili di bagian kanan
otak manusia antara kiri dan kanan lebih dahsyat otak kanan, artinya bahwa EQ lebih
menonjolkan sesuatu yang lebih di bandingkan dengan IQ (Otak kiri) namun
seringkali kata Ippho manusia hanya menggunakan otak kiri jarang sekali manusia
maenggunakan otak kanan, penggunaan otak kanan hanya katika manusia duduk di TK
saja setelah naik ke tahap selanjutnya SD SMP SMA hingga ke-Univercity manusia
sudah mamatikan otak kananya, padahal kata Ippho otak kanan atau EQ-lah yang
sangat berpengaruh dalam kehidupan.[7]
Lantas apa pengertian dari ESQ sendiri dan bagaimana car aktifasi ESQ tersebut,
dan bagaimana sudut pandang Tasawuf mengenai ESQ, dan bagaimana juga pandangan
Filsafat menngenai ESQ?
B. Pengertian ESQ
Kecerdasan bagi manusia merupakan angan-angan yang
pasti ada pada diri per-individu manusia, kesemuanya merupakan hal yang memang
ada pada diri
tersebut, tetapi
ada atau tidak manusia yang mampu membudidayakan kecerdasan tersebut hingga menjadi sebuah
kecerdasan yang sangat penting bagi dunia ini. Dalam islam sendiri antara EQ (Emotional Quontiet) dan
ESQ (Spiritual Quontiet)[8]
sangat sekali berhubungan, baik di pandangn dari nalar maupun di pandang dari sisi normatifnya.
EQ dan ESQ bukanlah hal yang sangat asing dalam bidang normatif Islam, keduanya
berhubungan erat bagaikan prangko ketika disorot dari sisi rukun Iman dan rukun
Islam dan juga Ihsan.[9]
Kecerdasan ESQ adalah kecerdasan yang ada pada
tingkat penyempurna di bandingkan dengan IQ dan EQ, seseorang boleh cerdas kreatif dan sukses, namun dia tidak
akan merasakan ketenangan jiwa dan raga tanpa adanya kecerdasan dalam sub- ESQ.[10]
Kecerdasan ESQ adalah kecerdasan penyeimbang antara IQ dan EQ, karena di ESQ
ada sebuah kekuatan spiritual yang jarang sekali manusia punya, “punya sih
punya namun aktif atau tidaknya itu yang menjadi permasahalan” kekuatan ESQ inilah yang
berpungsi untuk memikirkan, menilai, membandingkan apa yang dilakukan ini
berguna untuk kehidupann sekarang dan juga kelak.[11]
ESQ adalah penggerak bagi IQ dan EQ, IQ dan EQ
boleh saja aktif dan teergolong dalam katagori tinggi namun nilai tinggi
tersebut tidaklah efektif tanpa adanya ESQ yang efektif pula. Kekuatan yang
komprohensiplah yang didapat jika seseorang mampu membudidayakan antara IQ danb EQ dan juga hal yang paling
penting adalah ESQ.[12]
Pemikiran yang lebih
tinggi, lebih luas hingga menjadikan batin tenang itu adalah tujuan dari ESQ.
Ary Ginanjar Agustian memberikan contoh yang sangat baik kepada kita pada
permasalahan ESQ ini, jika seseorang bekerja dengan ilmu atau pengethaun yang
dia miliki lantas dia terus bekerja dengan hal apa yang dia rasa itulah hal yang dia ahli dalam bidangnya, bekerja pagi hingga
malam, namun gajih yang lumayan pas-pasan (yah”
sedikitlah) namun dia tetap merasakan cukup, dia bekerja bukan karena upah, namun
karena Tuhan dan dia juga berharap apa yang dia kerjakan adalah hal yang berguna
bagi orang lain, dapat memberikan kenikmatan bagi orang lain, inilah bukti seseorang yang ESQ-nya
sangat cerdas.[13]
C. Aktifasi ESQ Sebagai Pembentukan Karakter Muslim
Sebuah langkah baru bagi yang baru saja
mengetahuinya termasuk
saya sebagai penulis
makalah ini juga sangat baru mengetahui hal ini. Sebelum masuk lebih luas
bagaimana aktifasi ESQ bagi kita, kita harus
bersyukur kembali kepada sangpencipta agama (Allah swt.) dan sang misionaris
islam (Rasulullah saw.) hingga kita semua mampu sujud di bawah kekuasaannya dan
mengenal langka yang sempurna dalam islam. ESQ bangkit dari Islam sendiri
pengggasan ESQ sendiri lahir dari Islam mulai dari rukun Islam, rukun Iman dan
Ihsan (165) dari sinilah ESQ terlahirkan karena ajaran Islam penuh dengan spiritual yang tinggi., hingga dari sinilah manusia mampu mendapatkan
kekuatan dan kekayaan dalam bidang ruh, fikiran, dan juga fisik kehidupan yang
berharga dan menghargai.[14]
Ada beberapa langkah aktifsi ESQ yang harus
diketahui agar kita mendapatkan hasil yang maksimal pada makalah ini
benar-benar berguna bagi kita semua;
1. Langkah pertama dalam hal menjadikan ESQ berharga dalam kehidupan kita adalah
mendengarkan suara hati,[15]
dari suara hati inilah kecerdasan SQ manusia akan terbangun, dan dari sini
pulalah kecerdasan ESQ akan mulai aktif, kalo kita hubungkan dengan agama kita
(Islam) maka suara hati itu bernilai satu, dan yang satu itu adalah Tuhan dan
bisa juga di katakan dengan yang satu itu adallag ilmu Ihsan, kita dengarkan
suar hati, maka kita akan mendengarkan pula suara Tuhan.[16]
Suara hati adalah jalan bagi manusia untuk memilih
sesuatu karena dia memang berasal dari Tuhan,[17]
akan tetapi ada beberapa faktor yang menjadi kendala bagi manusia untuk mencoba
menggunakan suara hati tersebut, Ary menginformasikan kepada kita ada 7
permasalahan yang kita harus jauhi dengan sungguh-sungguh jika kita hendak
mengaktifkan ESQ kita.[18]
AL-Gazali juga ikut serta menegaskan mengenai fungi hati dalam tubuh ini, hati
sangat berperan penting dalam tubuh, jika hati tersebut tidak berpungsi atau
ESQ pada diri tersebut lemah maka secara tidak sengaja badan juga ikut tidak
normal, maka akan memunculkan kegelisahan, galau. Al-gazali juga
menginforamsiakan hati bersih bagaikan seseorang yang sedang bercermin, cermin bagaikan
tubuh, jika orang yang bercermin cantik maka cantik, maka cerminpun akan
menunjukan hal yang sama dengan faktanya.[19]
Mari kita lihat perbedaan-perbedaan yang ada
antara hati yang sebadan dengan kenegatifan dibandingkan hati yang sebadan
dengan ke-fositifan:[21]
PRASANGKA
|
POSITIF
NEGATIF
|
DEFINSIF
TERTUTUP
MENAHAN
INFORMASI
NON
KOOPERATIF
|
SALING
PERCAYA
SALING
MENDUKUNG
KOOPERATIF
TERBUKA
|
2. Lantas pada tahap selanjutnya Ary mengiformasikan bagi kita bahwa aktifai
yang kedua dengan dengan cara membangkitkan emosi kita yang ada pada diri kita
secara Fitrah (Murni), di bagian yang kedua ini skemanya mengikuti alur
rukun Iman yang 6.[23]
3. Lantas pada bagian yang terakhir ini adalah bagian menuju ke-ESQ-Nya,
jikalah yang dua di atas memerlukan langakah yang berbau metafisik, maka
langkah ini menunjukan fisik, prilaku daya dan upaya, bagian ini mengikuti
skema yang ada pada bagian rukun Islam yang 5.[24]
Inilah yang merupakan pendapat yang baru diketahui
oleh penulis makalah ini jika kita mau mengaktisifai ESQ kita maka panggillah
165 dengan mengiplikasikannya.[25]
(1) Hati yangmerupakan Ihsan pada tujuan
manusia hidup yaitu Tuhan
(6) Prinsip Moral yang sebadan dengan Rukun
Iman
(5) langkah yang bagus tentunya sebadan dengan
rukun Islam.[26]
Dari urain di atas dapatlah kita tarik
kesimpulan bahwa; Islam adalah agama yang sangat mendukung sekali dengan
kecerdasan pengikutnya baik cerdas di bidang IQ, EQ maupun ESQ, oleh karena
itulah cara yang paling efektif untuk membuka tirai yang selama ini dianggap
tertutup (ESQ) sekarang mari kita buka kembali dengan meningkatkan kepribadian
kita, dengan membersihakn hati, karena suara hati kita sangatlah berpengaruh
bagi kita, selain itu mari kita implikasikan Rukun Iman dan Islam dalam agama
kita karena ternyata yang demikian adalah cara yang ampuh untuk membuka tirai
ESQ kita yang lama tertutup.[27]
D. Sorotan Tasawuf Tentang ESQ
Setelah penulis makalah mengemukakan beberapa
teory dari Ary Ginanjar, sekarang penulis makalah ingin mengemukakan beberapa
pangan ahli dalam spiritual untuk menempuh jalan yang paling mudah menghubungi
165 dari teori Ary Ginanjar.
Dunia Sufi atau dunia Tarekat sangat sekali
berhubungan dengan spiritual karena meraka juga bangkit dari hati yang bersih,
sedangkan hati yang bersih adalah jalan utama dalam teorinya Ari Ginanjar untuk
membuka kembali pintu ESQ yang tertutup.[28]
Para-para sufi selelu mencoba untuk melatih spiritualnya untuk mencapai
ketenangan jiwa.[29] Ajaran yang paling utama yang mampu membawa
manusia pindah dari alam sadar ke bawah alam sadar mereka seringkali
menggunakan teknik yang namanya Tarekat atau suluk, jalan inilah yang di tempuh
oleh meraka agar mendapatkan spiritual yang tinggi, berbagai macam tarekat dan
suluk dan zdikir-zdikir yang mereka lakukan hingga mampu tenggelam dan
merasakan manisnya dunia spiritual.
a. Sufi
Sufi atau dikenal dnegan seseorang yang memiliki ilmu Tasawuf adalah orang
yang berusaha membersihakan dirinya dari segala kotoran-kotoran yang mampu
menhijab (Mendindingi) dirinya dengan sang pencipta alam, oleh karena
itulahmereka selalu dan selalu untuk beribadah dan berzikir.[30]
b. Tarekat
Dalam dunia sufi tarekat bukanlah hal yang
asing di mata mereka, karena pengikut dari ajaran tasawuf pasti mengkuti
yang namanya tarekat, tarekat adalah satu jalan untuk membersihkan diri hingga
dekat kepada Allah dengan jalan-jalan yang telah di tentukan oleh sang gurunya,
berupa zdikir, wirid, doa dan yang lainnya, yangpastinya kesemuanya agar jiwa
dan hati bersih, dan pada akhirnya suka beribadah dengan Allah dan yang pasti
lagi ini melebihi dari teorinya Ary Ginanjar.[31]
E. Sorotan Filsafat tentang ESQ
ESQ yang ada pada diri manusia sebenarnya bisa di sorot dari berbagai macam
ilmubyang memang ada hubungannya pada intisari ESQ itu sendiri, jika di bagian
terdahulu ESQ penulis mengatakan bahwa ESQ bukan hanya ada dalam teorinya Ary
Ginanjar, namun ESQ sebenarnya ada sejak pemikiran tentang tersebut ditemukan,
ESDQ adalah kecerdasan secara spiritual menggunakan suara hati yang
berlandaskan dengan Tauhid ketuhanan.[32]
Tidak-kalah ketinggalan bidang keilmuan yang mampu menarik simpai dunia yaitu
Filsafat.
Filsafat juga membahas mengenai ESQ namun dalam pembahasaan yang berbeda,
jika para ahli Otak mengatakan bahwa ESQ itu adalah kecerdasan dalam bidang
spiritual, maka dalam dunia filsafat ESQ adalah Irfani.[33]
Irfani adalah konsep spiritual yang ada dalam dasar hati manusia (Intuisi) dari
intuisi inilah pemikiran yang akurat diperoleh baik itu secara kasyf
(Pemberian Tuhan sama dengan pengertian Laduni) atau kasby (Pengetahaun
yang diperoleh akibat belajar setara dengan kausalitas).
Sebagai sebuah ilmu, Irfan memiliki dua
aspek, yakni aspek praktis dan aspek teoritis. Aspek praktisnya adalah bagian
yang menjelaskan hubungan dan pertanggung jawaban manusia terhadap dirinya,
dunia, dan Tuhan. Sebagai ilmu praktis, bagian ini menyerupai etika. Bagian
praktis ini disebut Sayr wa Suluk
(perjalanan
rohani). Bagian ini menjelaskan bagaimana seseorang penempuh rohani (Salik) yang ingin
mencapai tujan puncak kemanusiaan, yakni Tauhid, harus
mengawali perjalanan, menempuh tahapan-tahapan (Maqam) perjalanannya
secara berurutan, dan keadaan jiwa (hal) yang bakal dialaminya sepanjang
perjalanannya tersebut. Jenis pengetahuan al-Dzauqîyah (berdasarkan
perasaan) atau Irfan (berdasarkan kearifan) ini bertentangan dengan
pengetahuan Rasional, namun dalam sebuah istilah Filsafat,
ia adalah pengetahuan jenis khusus yang diproyeksikan unstuk sampai kepada
penyingkapan suatu jenis pengetahuan-pengetahuan yang maha tinggi atau
merasakan pengetahuan tersebut tertanam dalam jiwa.[34]
Dari urain di atas dapata kita tarik kesimpulan sementara bahwa; dalam
dunia pengetahaun yang di tangani oleh ahli otak, maka pengetahun yang
tertinggi atau kecerdasan yang akurat adalah ESQ, dalam pandagan Tasawuf ESQ
adalah kedekatan diri manusia dengan sang pencipta,baik melalui jalan tarekat,
uzlah atau yang lain sebagainya, tidak jauh berbeda dengan pandangan filsafat
bahwa ESQ atau keceerrdasan spiritual adalah pengetahun atau kecerdasan yang
sebenarnya, Intuisi adalah alur kecerdasan yang melebihi dengan Bayani (IQ),
tetapi Irfani (intusi) berpangkat ESQ yang sempurna, kebenaran suara hati
adalah tanggga utama untuk menyempurnakan sosok tubuh yang bernama manusia.
F. Kesimpulan
Dari urain di atas dapat kita tarik kesimpulan
ternyata ESQ adalah kecerdasan spiritual yang berpungsi sebagai penyeimbang
antara IQ dan EQ, namun ESQ amat berpungsi di bandingkan IQ dan EQ, Ary
Ginanjar menginformasikan kepada kita
bahwa aktifasi ESQ itu mudah hanya dengan penngimplikasian tauhid (Ihsan) dan
rukun Iman serta Rukun Islam dalam aspek kehidupan individual manusia.
ESQ bukan hanya di ada dalam sorot pandangan
ahli di bidangnya saja namun aaada beberapa ilmu dalam Islam yang mempunyai
devisi benang merah dengan ESQ, tepatnya sebut saja ajaran Sufi baik dalam
tarekanya dan yang lainnya, selain itu ada jugasebuah ilmu yang memang pada
awalnya berasal dari Yunani namun itu
hanya pada penamaannya saja, sebut saja Filsafat ‘Irfani yang memfokuskan diri
dengan God (Tuhan) disinilah titik temu antara ESQ psikolog dengan
Tasawuf dan juga Filsafat.
Bukan hanya SQ saja yang berpotensi dalam
kehidupan manusia, tapi IQ dan EQ juga berpotensi dengan bagus dalam kehidupan
manusia, alangkah lebih sempurnanya tubuh manusia ini jika IQ dan EQ dan juga
ESQ di kolerasikan ketiganya, disinilah titik temu akhir impian manusia,
kecerdasan yang luar bisa. Kesmunya teerdapat dalam peraturan Islam sendiri,
inilah agama yang benar yang poeraturannya sangat berguna untuk kehidupan
manusa.
DAFTAR PUSTAKA
Bamar, Khalili, (1990), Ajran-ajaran Tarekat, Surabaya, CV. Bintang
Remaja.
Brar, M. Harun, (2007), sistematika Al-Qur’an dan Penjelasannya,
Banjarmasin: PT. Garfika Wangi Kalimantan.
Dapertemen pendidikan national, (2002), Kamus Besar Bahsa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka.
Al-Ghazali, Ihyā ‘Ulumȗ Al-dȋn, tt. Daru Ihyā Al-Kukub
Al-‘arabiyyata, Al-Juzu al-Awwal.
ginanjar Agustian, Ary, (2001), ESQ, Emotional Spiritual Quontient,
Jakarta: Arga Publishing.
________, (2004), Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, Sebuah Inner
Journy Melalui AL-Ihsan, Jakarta: Penerbit Arga.
Hady, Samsul M, (2007), Islam Spiritual, Cetak Biru Keserasian
Eksistensi, Malang: UIN-Malang Press.
Ibrahim, Umar, (1994), Thariqh ‘alawiyyah, Napak tilas dan Studi Kritis
atas Sosok dan Pemikiran Allamah Sayyid ‘Abdullāah Al-H̲addād Tokoh Sufi Abad
ke-17, Bandung: Mizan Media Utama.
Ilyas, Yunahar, (2006), Kuliah Akhlak Yogyakarta: PT LPPI.
Al-Jabiri, (1993), Bunyah al-Aql al-Arabi,
Beirut, al-Markaz al-Tsaqafi al-Arabi.
Jumantoro, Totok, Samsul Munir Amin, (2005), Kamus Ilmu Tasawuf,
Jakarta: Amzah.
Kartawira, Rajendra, (2004), 12 Langkah Membentuk Manusia Cerdas, Jakarta:
Penerbit Hikmah
Al-Mayli, Muhsin, (1996), Pergulatan Mencari Islam: Perjalanan
Religius Roger Garaudi, ter. Rifyal Ka’bah, Jakarta: Paramadina.
Meir, Fritz, (2004), Sufisme Merambah ke-Dunia Mistik Islam, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Mubaraq, Zulfi, (2010), Sosiologi Agama, Malang: UIN-MALIKI Press.
Mustofa, A. (2010), Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia.
Nasution, Harun, (1979), Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Salati, Suriyansyah,(2009), Hakikat IQ, EQ, dan SQ Dalam Prespektif
Pendidikan Agma Islam, Banjarmasin: Antasari Press.
Santoso, Ippho, (2012), 13 Wasiat Terlarang!, Dahsyatnya Otak Kanan,
jakarta: PT. Elex Media Kompatindo.
Hj.Srimulyani, (2004), mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Mukatbarah
di Indonesia, Jakarta: Prenada
Media.
Supriyadi, Dedy, Mustofa Hasan, (2012), Filsafat Agama, Bandung:
Pustaka Setia.
Tamrin, Dahlan, (2010), Tasawuf Irfani, Tutup Nasut Buka Lahut, Malang:
UIN-Maliki Press.
Zohar, Danah dan Lan Marshall, (2002), SQ, Memanfaatkan Kecerdasan
Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan, Bandung:
Mizan.
.
[1] Untuk lebih jelas mengenai permasalahan perbedaan manusia dengan makhluk
ciptaan Tuhan yang lain, mari kita tengok beberapa cuplikan ayat Al-qur’an yang
menyinggung pada kasus ini. Lihat: QS, 3: 164. QS, 4: 165. QS, 7: 52. QS, 7:
179. QS, 13: 37. QS, 17: 15. QS, 17: 70. QS, 25: 41-42. QS, 64: 2-3. QS, 95:
4-6. QS, 98: 6-8. Kesemua ayat inilah manusia di tuding sebagai makhluk yang
mempunyai beban dasar sebagai makhluk yang sempurna yang mampu memeikirkan baik
dan buruk, sekarang dan masa depan, dari ayat-ayat di atas pulalah manusa di
jelsakan bahwa kecerdasan yang manusia
miliki itu adalah butuh kinerja yang maksimal, bukan hanya menunngu
hidayah dari Tuhan tapi juga harus berusaha mencari ilmu. Lihat: M. Brar Harun,
sistematika Al-Qur’an dan Penjelasannya, (Banjarmasin: PT. Garfika Wangi
Kalimantan, 2007), hlm. 10-15.
[2] Agama dalam bahasa Sanskrit, dalam abjat hurupnya ‘A’ maka di
artikan dengan tidak sedagkan pada gama di artikan dengan pergi
(tidak pergi) atau dapat juga diartikan dengan hal yang tidak pergi dari
kehidupan yang diwarisi oleh turun-temurun oleh manusia. Lihat: Harun Nasution, Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1979), hlm. 9.
Lihat juga: Dedy Supriyadi, Mustofa Hasan, Filsafat Agama, (Bandung:
Pustaka Setia, 2012), hlm. 10. Kemudian pengertian kata agama ini sedikit
berbeda jika di tinjau dalam bahasa Sansekerta di mulai dari huruf A di
artikan dengan tidak dan di
lanjutkan dnegan kalimat gama yang berarti kacau di gabungkan
muncullah defenisi kahir yaitu tidak kacau, agama adalah peraruran
yangmengatur manusia agar tidak mengalami kekacaun yang menggelincir dari hatii
nurani manusia sendiri. Lihat: Zulfi Mubaraq, Sosiologi Agama, (Malang:
UIN-MALIKI Press, 2010), hlm. 2. Bahran Noor Haira mengetakan bahwaPeraturan
yang ada dalam agama khususnya Islam satupun ajarannya tidak ada yang
bertentangan dengan hati nurani.
[3] Danah Zohar dan Lan Marshall, SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam
Berpikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung:
Mizan, 2002), hlm. 3.
[6] Ipho Santoso adalah seorang pakar otak kanan beliyau lahir pada 30
Desember 1977 di Pekanbaru, beliyau adalah seoarang pembicara dari Indonesia
yang di adalakn di Singapura dan beliyau juga mendpatkan MURI Award dengan
karyanya 13 Wasiat Terlarang, beliyau juga sukses di beberapa bidang usaha (Enterpreneur).
Beliyau menulis 5 buku yang sangat bermafaat bagi pembacanya, di antaranya
adalah; 10 jurus terlarang, 13 wasiat terlarang, marketing is bullsshit,
percepatan rizki dalam 40 hari dengan otak kanan, 7 keajaiban rezki; rizki
bertambah, nasib berubah dalam 99 hari denganotak kanan. Lihat; Ippho
Santoso, 13 Wasiat Terlarang!, Dahsyatnya Otak Kanan, (jakarta: PT. Elex
Media Kompatindo, 2012), cet-ke- 20. hlm. 246-248.
[7] Ippho Santoso, 13 Wasiat Terlarang!, Dahsyatnya Otak Kanan, hlm.
XIX-XXXVIII. Ippho sendiri juga membariakan 13 wasiatnya untuk kita agar
otak kanan kita aktif kembali setelah
lama fakum dalam ke-non-aktifan, untuk lebih jelsanya silahkan lihat, hlm . . .
, 1- 247.
[8] Kata spiritual berasal dari kaliimat spirit yang berertikan dengan;
semangat, jiwa, sukma dan roh, lebih jelas silahkan lihat: Dapertemen
pendidikan national, Kamus Besar Bahsa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), hlm. 1087.
[9] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient, (Jakarta:
Arga Publishing, 2001), hlm.XV.
[11] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm.
13. Samsul Hadi menegaskan bahwa; ssuatu yang ada di alam bawah sadar yang
tidak kasyaf dnegan mata yang mempunyai kekuatan aneh, lagi hanya bebrapa
individu saja yang mampu merasakan kekuatan spiritual tersebut, jika sesorang
mampu menembut keuatan spiritaul tersebut maka kita hubungkan kembali dengan
infonya Ary Gibnanjar bahwa orang itulah cerdas ESQnya, semakin cerdas ESQ
seseorang tersebut semakin kuat pulalah imlu spiritualnya. Lihat: M. Samsul Hady, Islam Spiritual, Cetak
Biru Keserasian Eksistensi, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), hlm. 94-95.
[13] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm.
12. Selain itu Hadist dari Rasulullah-pun juga ikut andil membadani pada contoh
ini, “Bukankah orang sebaik-baik kamu adalah orang yang bekerja untuk
dunianya saja tanpa akhiratnya, dan tidak pula orang yang bekerja untuk
akhhiratnya saja dan melupakan urusan dunisanya, dan sesungguhnya orang-orang
sebaik kamu adalah orang yang belerja untuk akhirat dan juga menyeimbanginya
untuk urusan duniamu” Lihat hlm. 13. Selain demikian SuriyanSyah Salati juga menginformasikan bagi
ita bahwa kecerdasan ESQ adalah kecerdasan yang mampu menyeimbangi kedamain
tubuh dalam jiwa, mencari makna kehidupan yang sebenarnya, menjadikan motivasi
yang besar dalam kehidupan, nilai, makna arti sebuah kehidupan, dan tujuan
kehidupan. Lihat: H. Suriyansyah Salati, Hakikat IQ, EQ, dan SQ Dalam
Prespektif Pendidikan Agma Islam, (Banjarmasin: Antasari Press, 2009),
hlm.28.
[15] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: PT LPPI,2006), hlm. 4.
[16] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm.
26. Lihat juga: QS. 22-24. Dan QS. 7; 172. QS, 50; 16.
[18] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm.
48.
[19] Al-Ghazali, Ihyā ‘Ulumȗ Al-dȋn, (tt. Daru Ihyā Al-Kukub
Al-‘arabiyyata), Al-Juzu al-Awwal, hlm.12. dalam informasi lain di katakan
bahwa hati itu ada tiga macam, hati yang berpenyakit, keras dan yang terakhir
adalah hati yang tunduk untuk lebih jelas, Lihat: Rajendra Kartawira, 12
Langkah Membentuk Manusia Cerdas, (Jakarta: Penerbit Hikmah, 2004), hlm.
32-35.
[20] Untuk lebih jelasnya silahkan lihat: Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional
Spiritual Quontient . . . , hlm. 48-81.
[22] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm.
53. Dan lihat: QS, 10; 36.
[25] Kuliyah kuhsus dari Dra. Hj. Nurul Djazimah, M.ag Tanggal 04/03/2013.
Lihat: Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm.
29.
[27] Antara kecerdasan otak dan hati sangatlah berpotensi bagi kehidupan,
jangan Cuma otak yang digunakan untuk bekerja, namun hati haruslah diikut
sertakan dalam hal apapun, otak berpikir hati yang memberi petunjuk, Lihat:
Rajendra Kartawira, 12 Langkah Membentuk Manusia Cerdas . . . , hlm.
155-158.
[29] Untuk lebih jelas mengenai history sufi untuk mendapatkan kecerdasan dalam
spiritual maka lihat: Fritz Meir, Sufisme Merambah ke-Dunia Mistik Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 23. 1-105.
[30] Untuk lebih luas lag pemahaman mengenai Tasawuf atau sufi silahkan
lihat: A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 201-206.
Dalam dunia tasawuf inilah terdapat beberapa maqm atau tingkatan untuk
mengetahui apakah dia benar-benar menjalankan akan apa yan telah di perintahkan
oleh sang gurunya, apa yang telah di perintahkanoleh sang guru itu semunya
bertujuan untuk emningkatkan kekuatan spiritual seorang muridnya, jiak emmang
spiritaulnya kuat, maka ESQ yang dia miliki kuat juga. Lihat , H. Dahlan Tamrin, Tasawuf Irfani,
Tutup Nasut Buka Lahut, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 3-116.
[31] Untuk lebih jelas lihat: A. Mustofa, hlm. 280-285. Lihat juga:Khalili
Al-Bamar, Ajran-ajaran Tarekat, (Surabaya, CV. Bintang Remaja, 1990),
hlm. 17-217. Dalam dunia tarekat sangat
banyak cara-cara mereka untuk emndekatkan diri dan membersihkan hati dan yang
paling penting badalah meningkatkan kecerdasan spiritual, jika ada perbedaan di
antara snagn guru maka mereka menamakannya dengan nama sang guru, ada yang
menamakannya dengan tarekat “Alawiyyah yang di dirikan oleh Imam ‘Alawȋ bin
‘Ubaidillah. Lebih jelas lihat: Umar Ibrahim, Thariqh ‘alawiyyah, Napak
tilas dan Studi Kritis atas Sosok dan Pemikiran Allamah Sayyid ‘Abdullāah
Al-H̲addād Tokoh Sufi Abad ke-17, (Bandung: Mizan Media Utama, 1994), hlm.
10-201. Selain itu adalagi tarekat-tareklat yang lain seperti Qādiriyah,
Syāzaliyah, Naqsabandiyah, Khalwatiyah, Syattāriyyah, Sammāniyah, Tijāniyah,
Qadariyāah wa Naqsabandiyah, Chistiyah, Maulawiyah, Ni’matullāhȋ, Sanusiyah.
Untuk lebih sempurna silahkan lihat: Hj. Srimulyani, mengenal dan Memahami
Tarekat-Tarekat Mukatbarah di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004) cet-ke- 2, hlm. 26-375.
[32] Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, Sebuah
Inner Journy Melalui AL-Ihsan, (Jakarta: Penerbit Arga, 2004), cet-ke, 6,
hlm. 217.219.
[33] Irfan
semakna dengan Ma’rifat yang berasal dari bahasa Arab yakni ‘arafa
yang berarti pengetahuan.[33] Akan
tetapi Irfan berbeda dengan ilmu, yang berkaitan dengan rasional yang
dibuktikan melewati research tetapi berkaitan dengan pengetahuan yang
diperoleh langsung dari atau melewati pengalaman (Experience).Disebutkan juga bahwa Irfani ini erat dengan Konsepsi Tasawuf. Lihat: Al-Jabiri,Bunyah
al-Aql al-Arabi, (Beirut, al-Markaz al-Tsaqafi al-Arabi, 1993), hal.251. Secara terminologis, Irfan dapat diartikan sebagai ekspresi
atas pengetahuan yang diperoleh melalui kedekatannya kepada Tuhan setelah
adanya olah ruhani (Riyâdlah) atas dasar cinta kepada Tuhan. Ilmu
(pengetahuan) yang kemudian menjadikan Irfan lebih dikenal dengan Terminologi
Mistis yang secara khusus berarti Ma’rifat dalam pengertian
pengetahuan Tuhan: Lihat: Totok Jumantoro, Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf,
(Jakarta: Amzah, 20005), hal.97.
[34] Muhsin
Al-Mayli, Pergulatan Mencari Islam: Perjalanan Religius Roger Garaudi,
ter. Rifyal Ka’bah, (Jakarta: Paramadina,1996), Cet ke1, hlm.71.
This post have 0 komentar
:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100