Memandang Sudut Pandang SQ (Spiritual Quontiet) Sebagai Pembentukan Karakter Muslim dari Kaca mata Neorologis, Tasawuf dan Filsafat.

author photo March 15, 2013

Antropologi Agama:
Memandang Sudut Pandang SQ (Spiritual Quontiet) Sebagai Pembentukan Karakter Muslim dari Kaca mata Neorologis, Tasawuf dan Filsafat.
Takdir Ali Syahbana٭
A.     Pendahuluan

Manusia merupakan makhluk yang Allah ciptakan paling sempurna di bandingkan dengan makhluk yang lain, baik  dalam bentuuk fisik maupn dalam bentuk intelektual, namun perbedaan yang sangat signifikan adalah tertumpu pada intelektual (akal).[1] Dari akal sinilah manusia di bebani perintah dan di hujani dengan peraturan , gara-gara faktor akal pulalah manusia di berikan agama[2] untuk menata struktur kehidupan agar tetap sebadan dengan inteletual manusai sendiri. Kecerdasan intelektual, emosional, spiritual adalah inti dari manusia sendiri.
Pada abad ke-Dua puluh permasalahan IQ (Intelligence Quontient) sangatlah asik dan diminati untuk menjadi sudut pandang bagi seorang ilmuan untuk mengetahun seberapa tinggi IQ seseorang, semakin tinggi IQ semakin tinggi pula kecerdasanya.[3] Kemudian pada tahun 1990-an seorang ahli dalam bidang kecerdasan mengemukakan sebuah argumen kembali dengan memunnculkan gagasan baru yang disebut dengan EQ, EQ adalah kecerdasan emosional para psikolog dan neorolog sepekat mengenai EQ yang dikatakan sebgai kecerdasan emosional, antara kecerdasan intelektual dan emosional sama pentingnya denegan kecerdasan dalam bidang emosional, pergerakan intelektual akibat dorongan dari emosional manusia.[4]
Sementara itu akibat gigihnya para pemikir yang ahli dalam bidangnya kembali mengemukakan bahwa ada lagi satu tingkatan dalam hal kecerdasan yang sangat berpengarauh bagi manusia, bagi alam dan bagi tuhan, munculnya pendapat baru ini sekitar akhir pada abad ke-20,  selain cerdas dalam bidang intelektual maka harus juga cerdas dalam bidang emosional yang mampu menumbuhkan rasa cinta, motivasi, semangat, kegembiraan selain itu kecerdasan spiritual juga sangat penting untuk menyeimbangi atau menyatabilkan antara intelektual baik emosional, empati agar tetap lurus dengan kaidah kiblah sebagai seorang manusia.[5]
Antara IQ dan EQ setelah diamati dalam tulisan Ippho Santoso[6] ternya IQ dan EQ berbeda tempat dalam pembagian otak. IQ sangat berdomisili di bagaian otak manuisa yang ada di sebelah kiri sementara EQ berdomensili di bagian kanan otak manusia antara kiri dan kanan lebih dahsyat otak kanan, artinya bahwa EQ lebih menonjolkan sesuatu yang lebih di bandingkan dengan IQ (Otak kiri) namun seringkali kata Ippho manusia hanya menggunakan otak kiri jarang sekali manusia maenggunakan otak kanan, penggunaan otak kanan hanya katika manusia duduk di TK saja setelah naik ke tahap selanjutnya SD SMP SMA hingga ke-Univercity manusia sudah mamatikan otak kananya, padahal kata Ippho otak kanan atau EQ-lah yang sangat berpengaruh dalam kehidupan.[7] Lantas apa pengertian dari ESQ sendiri dan bagaimana car aktifasi ESQ tersebut, dan bagaimana sudut pandang Tasawuf mengenai ESQ, dan bagaimana juga pandangan Filsafat menngenai ESQ?
B.     Pengertian ESQ
Kecerdasan bagi manusia merupakan angan-angan yang pasti ada pada diri per-individu manusia, kesemuanya merupakan hal yang memang ada pada diri tersebut, tetapi ada atau tidak manusia yang mampu membudidayakan kecerdasan tersebut hingga menjadi sebuah kecerdasan yang sangat penting bagi dunia ini. Dalam islam sendiri antara EQ (Emotional Quontiet) dan ESQ (Spiritual Quontiet)[8] sangat sekali berhubungan, baik di pandangn dari nalar maupun di pandang dari sisi normatifnya. EQ dan ESQ bukanlah hal yang sangat asing dalam bidang normatif Islam, keduanya berhubungan erat bagaikan prangko ketika disorot dari sisi rukun Iman dan rukun Islam dan juga Ihsan.[9]
Kecerdasan ESQ adalah kecerdasan yang ada pada tingkat penyempurna di bandingkan dengan IQ dan EQ, seseorang boleh  cerdas kreatif dan sukses, namun dia tidak akan merasakan ketenangan jiwa dan raga tanpa adanya kecerdasan dalam sub- ESQ.[10] Kecerdasan ESQ adalah kecerdasan penyeimbang antara IQ dan EQ, karena di ESQ ada sebuah kekuatan spiritual yang jarang sekali manusia punya, “punya sih punya namun aktif atau tidaknya itu yang menjadi permasahalan” kekuatan ESQ inilah yang berpungsi untuk memikirkan, menilai, membandingkan apa yang dilakukan ini berguna untuk kehidupann sekarang dan juga kelak.[11]
ESQ adalah penggerak bagi IQ dan EQ, IQ dan EQ boleh saja aktif dan teergolong dalam katagori tinggi namun nilai tinggi tersebut tidaklah efektif tanpa adanya ESQ yang efektif pula. Kekuatan yang komprohensiplah yang didapat jika seseorang mampu membudidayakan antara IQ danb EQ dan juga hal yang paling penting adalah ESQ.[12] Pemikiran yang lebih tinggi, lebih luas hingga menjadikan batin tenang itu adalah tujuan dari ESQ. Ary Ginanjar Agustian memberikan contoh yang sangat baik kepada kita pada permasalahan ESQ ini, jika seseorang bekerja dengan ilmu atau pengethaun yang dia miliki lantas dia terus bekerja dengan hal apa yang dia rasa itulah hal yang  dia ahli dalam bidangnya, bekerja pagi hingga malam, namun gajih yang lumayan pas-pasan (yah” sedikitlah) namun dia tetap merasakan cukup, dia bekerja bukan karena upah, namun karena Tuhan dan dia juga berharap apa yang dia kerjakan adalah hal yang berguna bagi orang lain, dapat memberikan kenikmatan bagi orang lain, inilah bukti seseorang yang ESQ-nya sangat cerdas.[13]
C.     Aktifasi ESQ Sebagai Pembentukan Karakter Muslim
Sebuah langkah baru bagi yang baru saja mengetahuinya termasuk saya sebagai penulis makalah ini juga sangat baru mengetahui hal ini. Sebelum masuk lebih luas bagaimana aktifasi ESQ bagi kita, kita harus bersyukur kembali kepada sangpencipta agama (Allah swt.) dan sang misionaris islam (Rasulullah saw.) hingga kita semua mampu sujud di bawah kekuasaannya dan mengenal langka yang sempurna dalam islam. ESQ bangkit dari Islam sendiri pengggasan ESQ sendiri lahir dari Islam mulai dari rukun Islam, rukun Iman dan Ihsan (165) dari sinilah ESQ terlahirkan karena ajaran Islam penuh dengan spiritual yang tinggi., hingga dari sinilah manusia mampu mendapatkan kekuatan dan kekayaan dalam bidang ruh, fikiran, dan juga fisik kehidupan yang berharga dan menghargai.[14]
Ada beberapa langkah aktifsi ESQ yang harus diketahui agar kita mendapatkan hasil yang maksimal pada makalah ini benar-benar berguna bagi kita semua;
1.      Langkah pertama dalam hal menjadikan ESQ berharga dalam kehidupan kita adalah mendengarkan suara hati,[15] dari suara hati inilah kecerdasan SQ manusia akan terbangun, dan dari sini pulalah kecerdasan ESQ akan mulai aktif, kalo kita hubungkan dengan agama kita (Islam) maka suara hati itu bernilai satu, dan yang satu itu adalah Tuhan dan bisa juga di katakan dengan yang satu itu adallag ilmu Ihsan, kita dengarkan suar hati, maka kita akan mendengarkan pula suara Tuhan.[16]
Suara hati adalah jalan bagi manusia untuk memilih sesuatu karena dia memang berasal dari Tuhan,[17] akan tetapi ada beberapa faktor yang menjadi kendala bagi manusia untuk mencoba menggunakan suara hati tersebut, Ary menginformasikan kepada kita ada 7 permasalahan yang kita harus jauhi dengan sungguh-sungguh jika kita hendak mengaktifkan ESQ kita.[18] AL-Gazali juga ikut serta menegaskan mengenai fungi hati dalam tubuh ini, hati sangat berperan penting dalam tubuh, jika hati tersebut tidak berpungsi atau ESQ pada diri tersebut lemah maka secara tidak sengaja badan juga ikut tidak normal, maka akan memunculkan kegelisahan, galau. Al-gazali juga menginforamsiakan hati bersih bagaikan seseorang yang sedang bercermin, cermin bagaikan tubuh, jika orang yang bercermin cantik maka cantik, maka cerminpun akan menunjukan hal yang sama dengan faktanya.[19]
Mari kita lihat perbedaan-perbedaan yang ada antara hati yang sebadan dengan kenegatifan dibandingkan hati yang sebadan dengan ke-fositifan:[21]
PRASANGKA
   POSITIF

  NEGATIF
DEFINSIF
TERTUTUP
MENAHAN INFORMASI
NON KOOPERATIF
SALING PERCAYA
SALING MENDUKUNG
KOOPERATIF
TERBUKA

 










2.      Lantas pada tahap selanjutnya Ary mengiformasikan bagi kita bahwa aktifai yang kedua dengan dengan cara membangkitkan emosi kita yang ada pada diri kita secara Fitrah (Murni), di bagian yang kedua ini skemanya mengikuti alur rukun Iman yang 6.[23]
3.      Lantas pada bagian yang terakhir ini adalah bagian menuju ke-ESQ-Nya, jikalah yang dua di atas memerlukan langakah yang berbau metafisik, maka langkah ini menunjukan fisik, prilaku daya dan upaya, bagian ini mengikuti skema yang ada pada bagian rukun Islam yang 5.[24]
Inilah yang merupakan pendapat yang baru diketahui oleh penulis makalah ini jika kita mau mengaktisifai ESQ kita maka panggillah 165 dengan mengiplikasikannya.[25]
(1) Hati yangmerupakan Ihsan pada tujuan manusia hidup yaitu Tuhan
(6) Prinsip Moral yang sebadan dengan Rukun Iman
(5) langkah yang bagus tentunya sebadan dengan rukun Islam.[26]
Dari urain di atas dapatlah kita tarik kesimpulan bahwa; Islam adalah agama yang sangat mendukung sekali dengan kecerdasan pengikutnya baik cerdas di bidang IQ, EQ maupun ESQ, oleh karena itulah cara yang paling efektif untuk membuka tirai yang selama ini dianggap tertutup (ESQ) sekarang mari kita buka kembali dengan meningkatkan kepribadian kita, dengan membersihakn hati, karena suara hati kita sangatlah berpengaruh bagi kita, selain itu mari kita implikasikan Rukun Iman dan Islam dalam agama kita karena ternyata yang demikian adalah cara yang ampuh untuk membuka tirai ESQ kita yang lama tertutup.[27]
D.     Sorotan Tasawuf Tentang ESQ
Setelah penulis makalah mengemukakan beberapa teory dari Ary Ginanjar, sekarang penulis makalah ingin mengemukakan beberapa pangan ahli dalam spiritual untuk menempuh jalan yang paling mudah menghubungi 165 dari teori Ary Ginanjar.
Dunia Sufi atau dunia Tarekat sangat sekali berhubungan dengan spiritual karena meraka juga bangkit dari hati yang bersih, sedangkan hati yang bersih adalah jalan utama dalam teorinya Ari Ginanjar untuk membuka kembali pintu ESQ yang tertutup.[28] Para-para sufi selelu mencoba untuk melatih spiritualnya untuk mencapai ketenangan jiwa.[29]  Ajaran yang paling utama yang mampu membawa manusia pindah dari alam sadar ke bawah alam sadar mereka seringkali menggunakan teknik yang namanya Tarekat atau suluk, jalan inilah yang di tempuh oleh meraka agar mendapatkan spiritual yang tinggi, berbagai macam tarekat dan suluk dan zdikir-zdikir yang mereka lakukan hingga mampu tenggelam dan merasakan manisnya dunia spiritual.
a.       Sufi
Sufi atau dikenal dnegan seseorang yang memiliki ilmu Tasawuf adalah orang yang berusaha membersihakan dirinya dari segala kotoran-kotoran yang mampu menhijab (Mendindingi) dirinya dengan sang pencipta alam, oleh karena itulahmereka selalu dan selalu untuk beribadah dan berzikir.[30]
b.      Tarekat
Dalam dunia sufi tarekat bukanlah hal yang  asing di mata mereka, karena pengikut dari ajaran tasawuf pasti mengkuti yang namanya tarekat, tarekat adalah satu jalan untuk membersihkan diri hingga dekat kepada Allah dengan jalan-jalan yang telah di tentukan oleh sang gurunya, berupa zdikir, wirid, doa dan yang lainnya, yangpastinya kesemuanya agar jiwa dan hati bersih, dan pada akhirnya suka beribadah dengan Allah dan yang pasti lagi ini melebihi dari teorinya Ary Ginanjar.[31]
E.      Sorotan Filsafat tentang ESQ
ESQ yang ada pada diri manusia sebenarnya bisa di sorot dari berbagai macam ilmubyang memang ada hubungannya pada intisari ESQ itu sendiri, jika di bagian terdahulu ESQ penulis mengatakan bahwa ESQ bukan hanya ada dalam teorinya Ary Ginanjar, namun ESQ sebenarnya ada sejak pemikiran tentang tersebut ditemukan, ESDQ adalah kecerdasan secara spiritual menggunakan suara hati yang berlandaskan dengan Tauhid ketuhanan.[32] Tidak-kalah ketinggalan bidang keilmuan yang mampu menarik simpai dunia yaitu Filsafat.
Filsafat juga membahas mengenai ESQ namun dalam pembahasaan yang berbeda, jika para ahli Otak mengatakan bahwa ESQ itu adalah kecerdasan dalam bidang spiritual, maka dalam dunia filsafat ESQ adalah Irfani.[33] Irfani adalah konsep spiritual yang ada dalam dasar hati manusia (Intuisi) dari intuisi inilah pemikiran yang akurat diperoleh baik itu secara kasyf (Pemberian Tuhan sama dengan pengertian Laduni) atau kasby (Pengetahaun yang diperoleh akibat belajar setara dengan kausalitas).
Sebagai sebuah ilmu, Irfan memiliki dua aspek, yakni aspek praktis dan aspek teoritis. Aspek praktisnya adalah bagian yang menjelaskan hubungan dan pertanggung jawaban manusia terhadap dirinya, dunia, dan Tuhan. Sebagai ilmu praktis, bagian ini menyerupai etika. Bagian praktis ini disebut Sayr wa Suluk (perjalanan rohani). Bagian ini menjelaskan bagaimana seseorang penempuh rohani (Salik) yang ingin mencapai tujan puncak kemanusiaan, yakni Tauhid, harus mengawali perjalanan, menempuh tahapan-tahapan (Maqam) perjalanannya secara berurutan, dan keadaan jiwa (hal) yang bakal dialaminya sepanjang perjalanannya tersebut. Jenis pengetahuan al-Dzauqîyah (berdasarkan perasaan) atau Irfan (berdasarkan kearifan) ini bertentangan dengan pengetahuan Rasional, namun dalam sebuah istilah Filsafat, ia adalah pengetahuan jenis khusus yang diproyeksikan unstuk sampai kepada penyingkapan suatu jenis pengetahuan-pengetahuan yang maha tinggi atau merasakan pengetahuan tersebut tertanam dalam jiwa.[34]
Dari urain di atas dapata kita tarik kesimpulan sementara bahwa; dalam dunia pengetahaun yang di tangani oleh ahli otak, maka pengetahun yang tertinggi atau kecerdasan yang akurat adalah ESQ, dalam pandagan Tasawuf ESQ adalah kedekatan diri manusia dengan sang pencipta,baik melalui jalan tarekat, uzlah atau yang lain sebagainya, tidak jauh berbeda dengan pandangan filsafat bahwa ESQ atau keceerrdasan spiritual adalah pengetahun atau kecerdasan yang sebenarnya, Intuisi adalah alur kecerdasan yang melebihi dengan Bayani (IQ), tetapi Irfani (intusi) berpangkat ESQ yang sempurna, kebenaran suara hati adalah tanggga utama untuk menyempurnakan sosok tubuh yang bernama manusia.

F.      Kesimpulan
Dari urain di atas dapat kita tarik kesimpulan ternyata ESQ adalah kecerdasan spiritual yang berpungsi sebagai penyeimbang antara IQ dan EQ, namun ESQ amat berpungsi di bandingkan IQ dan EQ, Ary Ginanjar menginformasikan  kepada kita bahwa aktifasi ESQ itu mudah hanya dengan penngimplikasian tauhid (Ihsan) dan rukun Iman serta Rukun Islam dalam aspek kehidupan individual manusia.
ESQ bukan hanya di ada dalam sorot pandangan ahli di bidangnya saja namun aaada beberapa ilmu dalam Islam yang mempunyai devisi benang merah dengan ESQ, tepatnya sebut saja ajaran Sufi baik dalam tarekanya dan yang lainnya, selain itu ada jugasebuah ilmu yang memang pada awalnya berasal  dari Yunani namun itu hanya pada penamaannya saja, sebut saja Filsafat ‘Irfani yang memfokuskan diri dengan God (Tuhan) disinilah titik temu antara ESQ psikolog dengan Tasawuf dan juga Filsafat.
Bukan hanya SQ saja yang berpotensi dalam kehidupan manusia, tapi IQ dan EQ juga berpotensi dengan bagus dalam kehidupan manusia, alangkah lebih sempurnanya tubuh manusia ini jika IQ dan EQ dan juga ESQ di kolerasikan ketiganya, disinilah titik temu akhir impian manusia, kecerdasan yang luar bisa. Kesmunya teerdapat dalam peraturan Islam sendiri, inilah agama yang benar yang poeraturannya sangat berguna untuk kehidupan manusa.

DAFTAR PUSTAKA

Bamar, Khalili, (1990), Ajran-ajaran Tarekat, Surabaya, CV. Bintang Remaja.
Brar, M. Harun, (2007), sistematika Al-Qur’an dan Penjelasannya, Banjarmasin: PT. Garfika Wangi Kalimantan.
Dapertemen pendidikan national, (2002), Kamus Besar Bahsa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Al-Ghazali, Ihyā ‘Ulumȗ Al-dȋn, tt. Daru Ihyā Al-Kukub Al-‘arabiyyata, Al-Juzu al-Awwal.
ginanjar Agustian, Ary, (2001), ESQ, Emotional Spiritual Quontient, Jakarta: Arga Publishing.
________, (2004), Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, Sebuah Inner Journy Melalui AL-Ihsan, Jakarta: Penerbit Arga.
Hady, Samsul M, (2007), Islam Spiritual, Cetak Biru Keserasian Eksistensi, Malang: UIN-Malang Press.
Ibrahim, Umar, (1994), Thariqh ‘alawiyyah, Napak tilas dan Studi Kritis atas Sosok dan Pemikiran Allamah Sayyid ‘Abdullāah Al-H̲addād Tokoh Sufi Abad ke-17, Bandung: Mizan Media Utama.
Ilyas, Yunahar, (2006), Kuliah Akhlak Yogyakarta: PT LPPI.
Al-Jabiri, (1993), Bunyah al-Aql al-Arabi, Beirut, al-Markaz al-Tsaqafi al-Arabi.
Jumantoro, Totok, Samsul Munir Amin, (2005), Kamus Ilmu Tasawuf, Jakarta: Amzah.
Kartawira, Rajendra, (2004), 12 Langkah Membentuk Manusia Cerdas, Jakarta: Penerbit Hikmah
Al-Mayli, Muhsin, (1996),  Pergulatan Mencari Islam: Perjalanan Religius Roger Garaudi, ter. Rifyal Ka’bah, Jakarta: Paramadina.
Meir, Fritz, (2004), Sufisme Merambah ke-Dunia Mistik Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mubaraq, Zulfi, (2010), Sosiologi Agama, Malang: UIN-MALIKI Press.
Mustofa, A.  (2010),  Akhlak Tasawuf,  Bandung: Pustaka Setia.
Nasution, Harun, (1979), Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Salati, Suriyansyah,(2009), Hakikat IQ, EQ, dan SQ Dalam Prespektif Pendidikan Agma Islam, Banjarmasin: Antasari Press.
Santoso, Ippho, (2012), 13 Wasiat Terlarang!, Dahsyatnya Otak Kanan, jakarta: PT. Elex Media Kompatindo.
Hj.Srimulyani, (2004), mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Mukatbarah di Indonesia, Jakarta:  Prenada Media.
Supriyadi, Dedy, Mustofa Hasan, (2012), Filsafat Agama, Bandung: Pustaka Setia.
Tamrin, Dahlan, (2010), Tasawuf Irfani, Tutup Nasut Buka Lahut, Malang: UIN-Maliki Press.
Zohar, Danah dan Lan Marshall, (2002), SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan, Bandung: Mizan.
.








[1] Untuk lebih jelas mengenai permasalahan perbedaan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain, mari kita tengok beberapa cuplikan ayat Al-qur’an yang menyinggung pada kasus ini. Lihat: QS, 3: 164. QS, 4: 165. QS, 7: 52. QS, 7: 179. QS, 13: 37. QS, 17: 15. QS, 17: 70. QS, 25: 41-42. QS, 64: 2-3. QS, 95: 4-6. QS, 98: 6-8. Kesemua ayat inilah manusia di tuding sebagai makhluk yang mempunyai beban dasar sebagai makhluk yang sempurna yang mampu memeikirkan baik dan buruk, sekarang dan masa depan, dari ayat-ayat di atas pulalah manusa di jelsakan bahwa kecerdasan yang manusia  miliki itu adalah butuh kinerja yang maksimal, bukan hanya menunngu hidayah dari Tuhan tapi juga harus berusaha mencari ilmu. Lihat: M. Brar Harun, sistematika Al-Qur’an dan Penjelasannya, (Banjarmasin: PT. Garfika Wangi Kalimantan, 2007), hlm. 10-15.
[2] Agama dalam bahasa Sanskrit, dalam abjat hurupnya ‘A’ maka di artikan dengan tidak sedagkan pada gama di artikan dengan pergi (tidak pergi) atau dapat juga diartikan dengan hal yang tidak pergi dari kehidupan yang diwarisi oleh turun-temurun oleh manusia. Lihat:  Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1979), hlm. 9. Lihat juga: Dedy Supriyadi, Mustofa Hasan, Filsafat Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 10. Kemudian pengertian kata agama ini sedikit berbeda jika di tinjau dalam bahasa Sansekerta di mulai dari huruf A di artikan dengan tidak  dan di lanjutkan dnegan kalimat gama yang berarti kacau di gabungkan muncullah defenisi kahir yaitu tidak kacau, agama adalah peraruran yangmengatur manusia agar tidak mengalami kekacaun yang menggelincir dari hatii nurani manusia sendiri. Lihat: Zulfi Mubaraq, Sosiologi Agama, (Malang: UIN-MALIKI Press, 2010), hlm. 2. Bahran Noor Haira mengetakan bahwaPeraturan yang ada dalam agama khususnya Islam satupun ajarannya tidak ada yang bertentangan dengan hati nurani.
[3] Danah Zohar dan Lan Marshall, SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3.
[4] Danah Zohar dan Lan Marshall . . . , hlm. 3.
[5] Danah Zohar dan Lan Marshall, hlm . . . , 3-4.
[6] Ipho Santoso adalah seorang pakar otak kanan beliyau lahir pada 30 Desember 1977 di Pekanbaru, beliyau adalah seoarang pembicara dari Indonesia yang di adalakn di Singapura dan beliyau juga mendpatkan MURI Award dengan karyanya 13 Wasiat Terlarang, beliyau juga sukses di beberapa bidang usaha (Enterpreneur). Beliyau menulis 5 buku yang sangat bermafaat bagi pembacanya, di antaranya adalah; 10 jurus terlarang, 13 wasiat terlarang, marketing is bullsshit, percepatan rizki dalam 40 hari dengan otak kanan, 7 keajaiban rezki; rizki bertambah, nasib berubah dalam 99 hari denganotak kanan. Lihat; Ippho Santoso, 13 Wasiat Terlarang!, Dahsyatnya Otak Kanan, (jakarta: PT. Elex Media Kompatindo, 2012), cet-ke- 20. hlm. 246-248.
[7] Ippho Santoso, 13 Wasiat Terlarang!, Dahsyatnya Otak Kanan, hlm. XIX-XXXVIII. Ippho sendiri juga membariakan 13 wasiatnya untuk kita agar otak  kanan kita aktif kembali setelah lama fakum dalam ke-non-aktifan, untuk lebih jelsanya silahkan lihat, hlm . . . , 1- 247.
[8] Kata spiritual berasal dari kaliimat spirit yang berertikan dengan; semangat, jiwa, sukma dan roh, lebih jelas silahkan lihat: Dapertemen pendidikan national, Kamus Besar Bahsa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 1087.
[9] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient, (Jakarta: Arga Publishing, 2001), hlm.XV.
[10] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm. Xvii.
[11] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm. 13. Samsul Hadi menegaskan bahwa; ssuatu yang ada di alam bawah sadar yang tidak kasyaf dnegan mata yang mempunyai kekuatan aneh, lagi hanya bebrapa individu saja yang mampu merasakan kekuatan spiritual tersebut, jika sesorang mampu menembut keuatan spiritaul tersebut maka kita hubungkan kembali dengan infonya Ary Gibnanjar bahwa orang itulah cerdas ESQnya, semakin cerdas ESQ seseorang tersebut semakin kuat pulalah imlu spiritualnya. Lihat:  M. Samsul Hady, Islam Spiritual, Cetak Biru Keserasian Eksistensi, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), hlm.  94-95.
[12] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm. 13.
[13] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm. 12. Selain itu Hadist dari Rasulullah-pun juga ikut andil membadani pada contoh ini, “Bukankah orang sebaik-baik kamu adalah orang yang bekerja untuk dunianya saja tanpa akhiratnya, dan tidak pula orang yang bekerja untuk akhhiratnya saja dan melupakan urusan dunisanya, dan sesungguhnya orang-orang sebaik kamu adalah orang yang belerja untuk akhirat dan juga menyeimbanginya untuk urusan duniamu” Lihat hlm. 13. Selain demikian  SuriyanSyah Salati juga menginformasikan bagi ita bahwa kecerdasan ESQ adalah kecerdasan yang mampu menyeimbangi kedamain tubuh dalam jiwa, mencari makna kehidupan yang sebenarnya, menjadikan motivasi yang besar dalam kehidupan, nilai, makna arti sebuah kehidupan, dan tujuan kehidupan. Lihat: H. Suriyansyah Salati, Hakikat IQ, EQ, dan SQ Dalam Prespektif Pendidikan Agma Islam, (Banjarmasin: Antasari Press, 2009), hlm.28.

[14] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm. 25.
[15] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: PT LPPI,2006), hlm.  4.
[16] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm. 26. Lihat juga: QS. 22-24. Dan QS. 7; 172. QS, 50; 16.
[17] QS. 91; 8-10.
[18] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm. 48.
[19] Al-Ghazali, Ihyā ‘Ulumȗ Al-dȋn, (tt. Daru Ihyā Al-Kukub Al-‘arabiyyata), Al-Juzu al-Awwal, hlm.12. dalam informasi lain di katakan bahwa hati itu ada tiga macam, hati yang berpenyakit, keras dan yang terakhir adalah hati yang tunduk untuk lebih jelas, Lihat: Rajendra Kartawira, 12 Langkah Membentuk Manusia Cerdas, (Jakarta: Penerbit Hikmah, 2004), hlm. 32-35.
[20] Untuk lebih jelasnya silahkan lihat: Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm. 48-81.
[21] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm. 53.
[22] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm. 53. Dan lihat: QS, 10; 36.
[23] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm. 26.
[24] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm. 26.
[25] Kuliyah kuhsus dari Dra. Hj. Nurul Djazimah, M.ag Tanggal 04/03/2013. Lihat: Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm. 29.
[26] QS. 39; 55.
[27] Antara kecerdasan otak dan hati sangatlah berpotensi bagi kehidupan, jangan Cuma otak yang digunakan untuk bekerja, namun hati haruslah diikut sertakan dalam hal apapun, otak berpikir hati yang memberi petunjuk, Lihat: Rajendra Kartawira, 12 Langkah Membentuk Manusia Cerdas . . . , hlm. 155-158.
[28] Ary ginanjar Agustian. ESQ, Emotional Spiritual Quontient . . . , hlm. 26.
[29] Untuk lebih jelas mengenai history sufi untuk mendapatkan kecerdasan dalam spiritual maka lihat: Fritz Meir, Sufisme Merambah ke-Dunia Mistik Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 23. 1-105.
[30] Untuk lebih luas lag pemahaman mengenai Tasawuf atau sufi silahkan lihat:  A. Mustofa, Akhlak Tasawuf,  (bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm.  201-206.  Dalam dunia tasawuf inilah terdapat beberapa maqm atau tingkatan untuk mengetahui apakah dia benar-benar menjalankan akan apa yan telah di perintahkan oleh sang gurunya, apa yang telah di perintahkanoleh sang guru itu semunya bertujuan untuk emningkatkan kekuatan spiritual seorang muridnya, jiak emmang spiritaulnya kuat, maka ESQ yang dia miliki kuat juga.  Lihat , H. Dahlan Tamrin, Tasawuf Irfani, Tutup Nasut Buka Lahut, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 3-116.
[31] Untuk lebih jelas lihat: A. Mustofa, hlm. 280-285. Lihat juga:Khalili Al-Bamar, Ajran-ajaran Tarekat, (Surabaya, CV. Bintang Remaja, 1990), hlm.  17-217. Dalam dunia tarekat sangat banyak cara-cara mereka untuk emndekatkan diri dan membersihkan hati dan yang paling penting badalah meningkatkan kecerdasan spiritual, jika ada perbedaan di antara snagn guru maka mereka menamakannya dengan nama sang guru, ada yang menamakannya dengan tarekat “Alawiyyah yang di dirikan oleh Imam ‘Alawȋ bin ‘Ubaidillah. Lebih jelas lihat: Umar Ibrahim, Thariqh ‘alawiyyah, Napak tilas dan Studi Kritis atas Sosok dan Pemikiran Allamah Sayyid ‘Abdullāah Al-H̲addād Tokoh Sufi Abad ke-17, (Bandung: Mizan Media Utama, 1994), hlm. 10-201. Selain itu adalagi tarekat-tareklat yang lain seperti Qādiriyah, Syāzaliyah, Naqsabandiyah, Khalwatiyah, Syattāriyyah, Sammāniyah, Tijāniyah, Qadariyāah wa Naqsabandiyah, Chistiyah, Maulawiyah, Ni’matullāhȋ, Sanusiyah. Untuk lebih sempurna silahkan lihat: Hj. Srimulyani, mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Mukatbarah di Indonesia, (Jakarta:  Prenada Media, 2004) cet-ke- 2, hlm. 26-375.
[32] Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, Sebuah Inner Journy Melalui AL-Ihsan, (Jakarta: Penerbit Arga, 2004), cet-ke, 6, hlm. 217.219.
[33] Irfan semakna dengan Ma’rifat yang berasal dari bahasa Arab yakni ‘arafa yang berarti pengetahuan.[33] Akan tetapi Irfan berbeda dengan ilmu, yang berkaitan dengan rasional yang dibuktikan melewati research tetapi berkaitan dengan pengetahuan yang diperoleh langsung dari atau melewati pengalaman (Experience).Disebutkan juga bahwa Irfani ini erat dengan Konsepsi Tasawuf. Lihat: Al-Jabiri,Bunyah al-Aql al-Arabi, (Beirut, al-Markaz al-Tsaqafi al-Arabi, 1993), hal.251. Secara terminologis, Irfan dapat diartikan sebagai ekspresi atas pengetahuan yang diperoleh melalui kedekatannya kepada Tuhan setelah adanya olah ruhani (Riyâdlah) atas dasar cinta kepada Tuhan. Ilmu (pengetahuan) yang kemudian menjadikan Irfan lebih dikenal dengan Terminologi Mistis yang secara khusus berarti Ma’rifat dalam pengertian pengetahuan Tuhan: Lihat: Totok Jumantoro, Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 20005), hal.97.

[34] Muhsin Al-Mayli, Pergulatan Mencari Islam: Perjalanan Religius Roger Garaudi, ter. Rifyal Ka’bah, (Jakarta: Paramadina,1996), Cet ke1, hlm.71.

This post have 0 komentar


:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100

Next article Next Post
Previous article Previous Post