I. Pendahuluan
Psikologi
adalah ilmu yang muncul pada abad ke 19
tepatnya pada tahun 1879 saat pendiri psikologi ilmiah Wilhelm wundt
(1832-1920) mendirikan laboratorium psikologi resmi pertama di kota Leipzig,
Jerman. pendirian laboratorium ini adalah serangkaian usaha dari Wundt setelah
penerbitan buku pegangan umum pertama tentang psikologi.
Setelah
itu muncullah beraneka aliran pemikiran psikologi, seperti psikologi
psikoanalisis yang dikembangkan freud, Behaviorisme ala J.B Watson dan Abraham
maslow yang mempelopori pengembangan psikologi Humanistik.
teori
komperhensif tentang tingkah laku dan motivasi yang diajukan oleh Dr. Abraham
Maslow ini telah menantang keseluruhan bangunan intelektual barat yang selama
beberapa decade bersandar pada kokohnya teori Sigmund freud dengan
psikoanalisisnya dan J.B Watson dengan behaviorismenya. Maslow menawarkan
pandangan yang lebih positif tentang manusia dan kemampuannya serta pentingnya
menemukan, mengembangkan, menggali serta menyalurkan kodrat manusia yang lebih
luhur.
ditemukannya
kebutuhan- kebutuhan dasar yang dimiliki oleh seluruh ummat manusia melahirkan
optimisme yang lebih besar untuk menciptakan harmoni antar manusia. ia
menemukan bahwa konsep seperti kebebasan, cinta, keadilan dan keindahan adalah
universal.
II.
Psikologi Humanistik
a.
Sejarah Psikologi Humanistik
Abraham Maslow adalah sesorang yang gemar mempelajari Psikologi,
khususnya psikologi behaviorisme, dan baginya itu adalah sebuah kegembiran
besar saat itu, namun saat ia menikah dan dikarunia seorang anak, ia mengubah
total pandangannya tentang teori psikologi, khususnya psikologi behaviorisme.
“Anak kami yang pertama telah mengubah diri saya sebagai seorang psikolog,
pengalaman itu telah membuat behaviorisme yang selama ini saya gandrungi tampak
begitu bodoh sehingga menjadikan saya muak, tidak masuk akal.dan saya terkesima
oleh sejenis perasaan tak terkendali, saya ingin menegaskan bahwa seorang yang
mempunyai anak sendiri tidak mungkin menjadi seorang behaviorisme” tukasnya.
Tanggal 7 desember 1941 menjadi hari bersejarah yang mengubah arah
kehidupan Maslow.bertentangan dengan suasana zaman yang tengah dilanda
peperangan dunia ke II Maslow justru mengabdikan seluruh sisa hidupnya untuk
menemukan teori menyeluruh tentang tingkah laku manusia yang akan bermanfaat
bagi kepentingan dunia. yaitu sebuah psikologi bagi kehidupan yang damai. “
saya ingin membuktikan bahwa manusia mampu melakukan sesuatu yang lebih mulia
daripada perang, purbasangka, dan kebencian” katanya.
karya maslow bukanlah sebuah penolakan mentah atas karya freud atau
Watson. melainkan lebih pada upaya penelaahan segi yang bermanfaat, bermakna,
dan dapat diterapkan bagi kemanusiaan dari dua psikologi tersebut, ia membuat
sintesis atas semua sudut pandang dari kedua psikologi tersebut.
Buku kedua maslow yang menarik perhatian dunia. psikologiberjudul
Mitivation and personality kemudian berkembang dengan cepat dan mulai segera
diterapkan dalam pendidikan, industri, agama, organisasi dan manajemen.
1.
Pendekatan Psikologi dalam Mazhab Ketiga (Humanistik)
Studi
tentang orang-orang yang sakit mental memang bernilai, tetapi tidak cukup.
Studi tentang binatangpun berharga pula, namun juga tidak cukp. Sedangkan studi
tentang rata-rata orang tidak akan dengan sendirinya memecahkan persoalan.
Untuk memahami gejala sakit mental kita perlu memahami kesehatan mental secara
menyeluruh.
Maslow
bertekad memperkenalkan bidang pengetahuan baru dan penting ini dalam psikologi
dan psikiatri. Ia telah tyerbenam dalam gagasan bahwa orang akan dapat belajar
banyak tentang manusia diberbagai kemampuannya dengan mempelajari orang-orang
yang sehat dan matang secara luar biasa.
Segolongan
manusia yang menurut Maslow “Pucuk yang tumbuh mekar”. Penjelasan lebih rinci
tentang pendekatan ini akan diuraikan dalam pembahasan di bawah berikut.
Pada
pendapat Maslow sebuah teori yang menyeluruh tentang tingkah laku manusia harus
mencakup literminan-literminan internal atau intrinnsik tingkah laku maupun
diterminan-diterminan ekstrensik atau eksternal dan enviromentalnya Freud
terlalu terpukau pada yang pertama. Sedangkan kaum Behavioris pada yang kedua.
Kedua pandangan itu perlu digabungkan. Studi objektif tentang tingkah laku
manusia tidaklah bcukup untuk memperoleh pengertian yang menyeluruh, maka segi-segi subjektifnyapun perlu
dipertimbangkan. Kita harus mempertimbangkan persaan, keinginan, harapan,
aspirasi-aspirasi seseorang agar dapat memahami tingkah lakunya.
Dokter
Maslow menyebut Kriteria sebagai berikut. Seorang bilmuan harus memiliki rasa
aman, percaya diri dan berjiwa sehat, agar memiliki persepsi yang baik tentang
realitas yang sedang diselidikinya. Sebagaimana ditunjukkan oleh Maslow,
ilmuan-ilmuan besar yang paling berhasil biasanya memiliki minat yang luas,
beberapa contoh yang terkemuka ialah: Aristoteles, Einstien, Leonardo Da Vinci
dan Thomas Jefferson.[1]
Menurut Maslow jika filsafat tentang manusia yaitu tentang
kodratnya, tujuan-tujuannya, kemampuannya, dan pemenuhannya berubah, maka
segala sesuatu pun berubah.bukan hanya filsafat politik, ekonomi, etika,
nilai-nilai hubungan intra personal maupun filsafat sejarah itu sendiri,
melainkan juga filsafat pendidikan, yaitu teori tentang cara membantu manusia
menjadi manusiawi sesuai dengan kemampuannya.
Ia menemukan banyak psikolog maupun psikiater yang kerap kali
menyimpang dari teori yang telah popular demi keberhasilan mereka dalam
menanganni pasien. tugas kita adalah mengintegrasikan aneka versi kebenaran ini
menjadi satu kebenaran sejati yang pantas kita setiai.
Meskipun ia mengakui kegunaan teori psikoanalisis ala freud, namun
ia sangat keberatan atas sikap freud yang memusatkan diri pada orang yang
mengalami gangguan neurotis dan psikotis. serta anggapan yang menyatakan bahwa
semua bentuk tingkah laku adalah hasil belajar, bukan sesuatu yang kodrati pada
manusia.
Dipihak lain kaum behaviorisme cenderung rata-rata orang seumumnya.
dengan mengagungkan metode-metode statis, mereka juga banyak mendasarkan
penelitian mereka pada studi tentang binatang.
Konsep maslow tentang manusia ini sama sekali tidak mengesampingkan
kemungkinan terjadinya perbedaan-perbedaan genetik yang dibawa sejak lahir,
namun konsepsi itu sekaligus juga mengakui adanya kemampuan-kemampuan yang
bersifat umum pada seluruh manusia. maslow yakin bahwa kebanyakan orang mampu
untuk bersikap kreatif, spontan, peenuh perhatian pada orang lain, penuh rasa
ingin tahu, kemampuan untuk berkembang secara terus menerus, kemampuan
mencintai dan dicintai serta kemampuan lain yang dicirikan orang yang mampu
mengaktualisasikan diri. jika tingkah lakunya membaik, mulailah ia
mengembangkan kemampuan sejatinya serta menuju hidup yang lebih sehat dan wajar
sebagai manusia. Freud, kata maslow, mengajarkan kepada kita bahwa pengalaman
masa lampau hadir dimasa kini dalam diri tiap orang, Namun berkat teori
pengembangan diri, dan teori aktualisasi diri kita tahu bahwa masa depan juga
hadir dalam diri sang pribadi kini.yang berwujud cita-cita, harapan, kewajiban,
tugas, rencana, tujuan, kemampuan yang belum terealisasikan, nasib, takdir, dan
sebagainya.
Psikologi Humanistik memandang manusia sebagai kesatuan yang utuh
antara raga, jiwa, dan spiritual. Menurut Humanistik susunan struktur psikis
manusia terdiri dari dimensi somatic
(raga), psikis (kejiwaan), dan neotik (kerohanian), atau disebut juga dengan
dimensi spiritual.
Dimensi spiritual ini diyakini sebagai inti kemanusiaan dan
merupakan sumber makna hidup dan potensi berbagai kemampuan dan sifat luhur
menusia yang luar biasa yang sejauh ini masih terabaikan dalam kajian
psikologi.
Menurut Humanistik didalam jiwa manusia terdapat pikiran, perasaan dan kehendak dan ketiga aspek inilah
yang melahirkan karakter jiwa manusia berupa gagasan, kreatifitas, nilai-nilai
hidup, pengalaman transedental, rasa malu, kesadaran diri, tanggungjawab, hati
nurani, makna hidup, cinta, semangat, humor, rasa seni, dan lain-lain. Disisi
lain ketiga aspek ini juga melahirkan kemauan dan kebebasan, dan potensi untuk
memecahkan persoalan hidupnya. Dan yang tak kalah pentingnya adalah munculnya keyakinan akan nilai-nilai
dan prinsip-prinsip moral yang berlaku umum dan untuk seluruh ummat manusia.[2]
Komponen-komponen jiwa yang berisikan pikiran, perasaan, kemauan,
dan nilai-nilau kemanusia tersebut membentuk rangkaian kebutuhan jiwa yang
tersusun secara bertingkat. Dari kebutuha dasar sampai kepada kebutuhan
utama.Kebutuhan-kebutuhan bertingkat inilah selanjutnya yang menguasai seluruh
kehidupan jiwa manusia.Apa saja yang terjadi dengan manusia semuanya ada
hubungannya dengan kebutuhan bertingkat tersebut yang mana kebutuhan tersebut
terdiri atas
1.
Physiological
needs atau kebutuhan dasar psikologis,
yaitu kebutuhan-kebutuhan dasar yang paling
mendesak pemuasannya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan
biologis dan kelangsungan hidup manusia, seperti makan, air, istirahat,dan
seks.
2.
Safety
needs atau kebutuhan ketentraman,
kepastian, dan ketetapan keadaan lingkungan, seperti keamanan, kenyamanan dan
ketentraman.
3.
Belongingness
and love needs atau kebutuhan
ikatan emosional dengan individu seperti cinta, kasih sayang, dan pertemanan.
4.
Esteem
needs atau kebutuhan akan rasa harga diri
mencakup kompetensi, percaya diri, kekuatan pribadi, kemandirian, prestasi,
penghargaan atas segala yang dilakukan.
5.
Self
actualization needs atau kebutuhan
akan aktualisasi diri, yaitu hasrat individu untuk menjadi seseorang yang
sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya.[3]
Psikologi Humanistik dapat diharapkan mempunyai asal filosofis
dalam humanism, dan untuk beberapa hal memang demikian. Bagaimanapun, humanism
cenderung sebagai sikap daripada sebagai filsafat yang muncul selama Renaisans
yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi percetakan dan seni,
atau “humanitas”. Humanisme, disamping
mengakui dimensi-dimensi tragis dari eksistensi manusia, menegaskan kemampuan
manusia melampaui dirinya untuk mentrandensikan kenyataan duniawi dan
merealisasikan sifat alaminya. Humanisme mendukung pendidikan, dan perkembangan kesadaran dan
potensi manusia, tema-tema yang merefleksikan psikologi humanistik, bersamaan
dengan karakteristik lain yang memperhatikan nilai-nilai manusia dan pribadi,
pertanggung jawaban dan pengalaman unik individu.[4]
III.
Penutup
Humanistic memandang bahwa manusia adalah makhluk unik khas,
istimewa yang berbeda dengan binatang. Ia memiliki karakteristik kemanusiaan
seperti gagasan-gagasan, kreativitas, nilai-nilai, kesadaran diri, tanggung
jawab, hati nurani, makna hidup, rasa malu, rasa cinta, semangat, humor, rasa
seni, dll.
Manusia
sebagai makhluk unik juga memiliki kemauan, kebebasan, dan potensi untuk
memecahkan persoalan hidupnya.
Daftar Pustaka
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami. 2004, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar
Graham, Helen, Psikologi Humanistik. 2005, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar
Goble, Frank, Mazhan
Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. 1987, Yogyakarta, Kanisius
[1]Frank G. Goble, Mazhab Ketiga
Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), hal
40-41.
[2]Dr. Baharuddin, Paradigma
Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal 294.
[3]Dr. Baharuddin, Paradigma
Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal 303-304.
[4]Helen Graham, Psikologi
Humanistik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal 113-114.
This post have 0 komentar
:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100