psikologi humamistik

author photo May 14, 2012

I.       Pendahuluan
Psikologi adalah ilmu  yang muncul pada abad ke 19 tepatnya pada tahun 1879 saat pendiri psikologi ilmiah Wilhelm wundt (1832-1920) mendirikan laboratorium psikologi resmi pertama di kota Leipzig, Jerman. pendirian laboratorium ini adalah serangkaian usaha dari Wundt setelah penerbitan buku pegangan umum pertama tentang psikologi.
Setelah itu muncullah beraneka aliran pemikiran psikologi, seperti psikologi psikoanalisis yang dikembangkan freud, Behaviorisme ala J.B Watson dan Abraham maslow yang mempelopori pengembangan psikologi Humanistik.
teori komperhensif tentang tingkah laku dan motivasi yang diajukan oleh Dr. Abraham Maslow ini telah menantang keseluruhan bangunan intelektual barat yang selama beberapa decade bersandar pada kokohnya teori Sigmund freud dengan psikoanalisisnya dan J.B Watson dengan behaviorismenya. Maslow menawarkan pandangan yang lebih positif tentang manusia dan kemampuannya serta pentingnya menemukan, mengembangkan, menggali serta menyalurkan kodrat manusia yang lebih luhur.
ditemukannya kebutuhan- kebutuhan dasar yang dimiliki oleh seluruh ummat manusia melahirkan optimisme yang lebih besar untuk menciptakan harmoni antar manusia. ia menemukan bahwa konsep seperti kebebasan, cinta, keadilan dan keindahan adalah universal.

II.     Psikologi Humanistik
a.      Sejarah Psikologi Humanistik
Abraham Maslow adalah sesorang yang gemar mempelajari Psikologi, khususnya psikologi behaviorisme, dan baginya itu adalah sebuah kegembiran besar saat itu, namun saat ia menikah dan dikarunia seorang anak, ia mengubah total pandangannya tentang teori psikologi, khususnya psikologi behaviorisme. “Anak kami yang pertama telah mengubah diri saya sebagai seorang psikolog, pengalaman itu telah membuat behaviorisme yang selama ini saya gandrungi tampak begitu bodoh sehingga menjadikan saya muak, tidak masuk akal.dan saya terkesima oleh sejenis perasaan tak terkendali, saya ingin menegaskan bahwa seorang yang mempunyai anak sendiri tidak mungkin menjadi seorang behaviorisme” tukasnya.
Tanggal 7 desember 1941 menjadi hari bersejarah yang mengubah arah kehidupan Maslow.bertentangan dengan suasana zaman yang tengah dilanda peperangan dunia ke II Maslow justru mengabdikan seluruh sisa hidupnya untuk menemukan teori menyeluruh tentang tingkah laku manusia yang akan bermanfaat bagi kepentingan dunia. yaitu sebuah psikologi bagi kehidupan yang damai. “ saya ingin membuktikan bahwa manusia mampu melakukan sesuatu yang lebih mulia daripada perang, purbasangka, dan kebencian” katanya.
karya maslow bukanlah sebuah penolakan mentah atas karya freud atau Watson. melainkan lebih pada upaya penelaahan segi yang bermanfaat, bermakna, dan dapat diterapkan bagi kemanusiaan dari dua psikologi tersebut, ia membuat sintesis atas semua sudut pandang dari kedua psikologi tersebut.
Buku kedua maslow yang menarik perhatian dunia. psikologiberjudul Mitivation and personality kemudian berkembang dengan cepat dan mulai segera diterapkan dalam pendidikan, industri, agama, organisasi dan manajemen.

1.      Pendekatan Psikologi dalam Mazhab Ketiga (Humanistik)
Studi tentang orang-orang yang sakit mental memang bernilai, tetapi tidak cukup. Studi tentang binatangpun berharga pula, namun juga tidak cukp. Sedangkan studi tentang rata-rata orang tidak akan dengan sendirinya memecahkan persoalan. Untuk memahami gejala sakit mental kita perlu memahami kesehatan mental secara menyeluruh.
Maslow bertekad memperkenalkan bidang pengetahuan baru dan penting ini dalam psikologi dan psikiatri. Ia telah tyerbenam dalam gagasan bahwa orang akan dapat belajar banyak tentang manusia diberbagai kemampuannya dengan mempelajari orang-orang yang sehat dan matang secara luar biasa.
Segolongan manusia yang menurut Maslow “Pucuk yang tumbuh mekar”. Penjelasan lebih rinci tentang pendekatan ini akan diuraikan dalam pembahasan di bawah berikut.
Pada pendapat Maslow sebuah teori yang menyeluruh tentang tingkah laku manusia harus mencakup literminan-literminan internal atau intrinnsik tingkah laku maupun diterminan-diterminan ekstrensik atau eksternal dan enviromentalnya Freud terlalu terpukau pada yang pertama. Sedangkan kaum Behavioris pada yang kedua. Kedua pandangan itu perlu digabungkan. Studi objektif tentang tingkah laku manusia tidaklah bcukup untuk memperoleh pengertian yang menyeluruh,  maka segi-segi subjektifnyapun perlu dipertimbangkan. Kita harus mempertimbangkan persaan, keinginan, harapan, aspirasi-aspirasi seseorang agar dapat memahami tingkah lakunya.
Dokter Maslow menyebut Kriteria sebagai berikut. Seorang bilmuan harus memiliki rasa aman, percaya diri dan berjiwa sehat, agar memiliki persepsi yang baik tentang realitas yang sedang diselidikinya. Sebagaimana ditunjukkan oleh Maslow, ilmuan-ilmuan besar yang paling berhasil biasanya memiliki minat yang luas, beberapa contoh yang terkemuka ialah: Aristoteles, Einstien, Leonardo Da Vinci dan Thomas Jefferson.[1]
Menurut Maslow jika filsafat tentang manusia yaitu tentang kodratnya, tujuan-tujuannya, kemampuannya, dan pemenuhannya berubah, maka segala sesuatu pun berubah.bukan hanya filsafat politik, ekonomi, etika, nilai-nilai hubungan intra personal maupun filsafat sejarah itu sendiri, melainkan juga filsafat pendidikan, yaitu teori tentang cara membantu manusia menjadi manusiawi sesuai dengan kemampuannya.
Ia menemukan banyak psikolog maupun psikiater yang kerap kali menyimpang dari teori yang telah popular demi keberhasilan mereka dalam menanganni pasien. tugas kita adalah mengintegrasikan aneka versi kebenaran ini menjadi satu kebenaran sejati yang pantas kita setiai.
Meskipun ia mengakui kegunaan teori psikoanalisis ala freud, namun ia sangat keberatan atas sikap freud yang memusatkan diri pada orang yang mengalami gangguan neurotis dan psikotis. serta anggapan yang menyatakan bahwa semua bentuk tingkah laku adalah hasil belajar, bukan sesuatu yang kodrati pada manusia.
Dipihak lain kaum behaviorisme cenderung rata-rata orang seumumnya. dengan mengagungkan metode-metode statis, mereka juga banyak mendasarkan penelitian mereka pada studi tentang binatang.
Konsep maslow tentang manusia ini sama sekali tidak mengesampingkan kemungkinan terjadinya perbedaan-perbedaan genetik yang dibawa sejak lahir, namun konsepsi itu sekaligus juga mengakui adanya kemampuan-kemampuan yang bersifat umum pada seluruh manusia. maslow yakin bahwa kebanyakan orang mampu untuk bersikap kreatif, spontan, peenuh perhatian pada orang lain, penuh rasa ingin tahu, kemampuan untuk berkembang secara terus menerus, kemampuan mencintai dan dicintai serta kemampuan lain yang dicirikan orang yang mampu mengaktualisasikan diri. jika tingkah lakunya membaik, mulailah ia mengembangkan kemampuan sejatinya serta menuju hidup yang lebih sehat dan wajar sebagai manusia. Freud, kata maslow, mengajarkan kepada kita bahwa pengalaman masa lampau hadir dimasa kini dalam diri tiap orang, Namun berkat teori pengembangan diri, dan teori aktualisasi diri kita tahu bahwa masa depan juga hadir dalam diri sang pribadi kini.yang berwujud cita-cita, harapan, kewajiban, tugas, rencana, tujuan, kemampuan yang belum terealisasikan, nasib, takdir, dan sebagainya.
Psikologi Humanistik memandang manusia sebagai kesatuan yang utuh antara raga, jiwa, dan spiritual. Menurut Humanistik susunan struktur psikis manusia terdiri dari  dimensi somatic (raga), psikis (kejiwaan), dan neotik (kerohanian), atau disebut juga dengan dimensi spiritual.
Dimensi spiritual ini diyakini sebagai inti kemanusiaan dan merupakan sumber makna hidup dan potensi berbagai kemampuan dan sifat luhur menusia yang luar biasa yang sejauh ini masih terabaikan dalam kajian psikologi.
Menurut Humanistik didalam jiwa manusia terdapat pikiran, perasaan dan kehendak dan ketiga aspek inilah yang melahirkan karakter jiwa manusia berupa gagasan, kreatifitas, nilai-nilai hidup, pengalaman transedental, rasa malu, kesadaran diri, tanggungjawab, hati nurani, makna hidup, cinta, semangat, humor, rasa seni, dan lain-lain. Disisi lain ketiga aspek ini juga melahirkan kemauan dan kebebasan, dan potensi untuk memecahkan persoalan hidupnya. Dan yang tak kalah pentingnya  adalah munculnya keyakinan akan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang berlaku umum dan untuk seluruh ummat manusia.[2]
Komponen-komponen jiwa yang berisikan pikiran, perasaan, kemauan, dan nilai-nilau kemanusia  tersebut  membentuk rangkaian kebutuhan jiwa yang tersusun secara bertingkat. Dari kebutuha dasar sampai kepada kebutuhan utama.Kebutuhan-kebutuhan bertingkat inilah selanjutnya yang menguasai seluruh kehidupan jiwa manusia.Apa saja yang terjadi dengan manusia semuanya ada hubungannya dengan kebutuhan bertingkat tersebut yang mana kebutuhan tersebut terdiri atas
1.      Physiological needs atau kebutuhan dasar psikologis, yaitu kebutuhan-kebutuhan dasar yang paling  mendesak pemuasannya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup manusia, seperti makan, air, istirahat,dan seks.
2.      Safety needs atau kebutuhan ketentraman, kepastian, dan ketetapan keadaan lingkungan, seperti keamanan, kenyamanan dan ketentraman.
3.      Belongingness and love needs atau kebutuhan ikatan emosional dengan individu seperti cinta, kasih sayang, dan pertemanan.
4.      Esteem needs atau kebutuhan akan rasa harga diri mencakup kompetensi, percaya diri, kekuatan pribadi, kemandirian, prestasi, penghargaan atas segala yang dilakukan.
5.      Self actualization needs atau kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu hasrat individu untuk menjadi seseorang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya.[3]
Psikologi Humanistik dapat diharapkan mempunyai asal filosofis dalam humanism, dan untuk beberapa hal memang demikian. Bagaimanapun, humanism cenderung sebagai sikap daripada sebagai filsafat yang muncul selama Renaisans yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi percetakan dan seni, atau  “humanitas”. Humanisme, disamping mengakui dimensi-dimensi tragis dari eksistensi manusia, menegaskan kemampuan manusia melampaui dirinya untuk mentrandensikan kenyataan duniawi dan merealisasikan sifat alaminya. Humanisme mendukung  pendidikan, dan perkembangan kesadaran dan potensi manusia, tema-tema yang merefleksikan psikologi humanistik, bersamaan dengan karakteristik lain yang memperhatikan nilai-nilai manusia dan pribadi, pertanggung jawaban dan pengalaman unik individu.[4]
III.             Penutup
Humanistic memandang bahwa manusia adalah makhluk unik khas, istimewa yang berbeda dengan binatang. Ia memiliki karakteristik kemanusiaan seperti gagasan-gagasan, kreativitas, nilai-nilai, kesadaran diri, tanggung jawab, hati nurani, makna hidup, rasa malu, rasa cinta, semangat, humor, rasa seni, dll.
Manusia sebagai makhluk unik juga memiliki kemauan, kebebasan, dan potensi untuk memecahkan persoalan hidupnya.




Daftar Pustaka
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami. 2004, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Graham, Helen, Psikologi Humanistik. 2005, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Goble, Frank, Mazhan Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. 1987, Yogyakarta, Kanisius




[1]Frank G. Goble, Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), hal 40-41.
[2]Dr. Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal 294.
[3]Dr. Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal 303-304.
[4]Helen Graham, Psikologi Humanistik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal 113-114.

This post have 0 komentar


:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100

Next article Next Post
Previous article Previous Post