A.
ِPendahuluan
Sistem-sistem kekerabatan merupakan bagian dari unsur-unsur kebudayaan dan
pokok-pokok dalam masyarakat yang
disebut
dengan Etnografi. Etnografi adalah bagian dari deskriftif dari
antropologi yang didalamnya terdapat
beberapa pokok-pokok yang di uraikan dari beberapa unsur kebudayaan yang biasa di bahas dalam
etnografi dan kesenian, sistem teknologi nasional, sistem mata pencarian
tradisional, sistem-sistem kekerabatan dan lain-lain.
Dalam teori orang barat,
yang
nantinya kita akan memulai mempersoalkan beberapa hal dalam masyarakat. Mula-mula masyarakat belum ada keluarga apalagi
kekerabatan, karena mereka hanya berkelompok-kelompok seperti hewan yang hidup
berkelompok. Lalu kepada keluarga yang diluar dari keluaga inti tersebut,
seperti perilaku seseorang terhadap keluarga intinya dan sebagainya.
Banyak hal yang perlu dipelajari dalam meneliti sistem-sistem kekerabatan, mulai dari
definisi sistem-sistem kekerabatannya, pengertiannya, ruang lingkupnya, persoalan-persoalan
pemikiran tentang asal mulanya, serta perkembangan keluarga inti dan luar inti. Berikut
akan kita bahas dan memecahkan persoalan-pesoalan yang tersebut diatas yang
terkait dalam hal sistem-sietem kekerabatan.
B. Pengertian
tentang kekerabatan (kekeluargaan)
Kekerabatan atau kekeluargaan merupakan hubungan antara manusia
yang memiliki asal usul silsilah yang sama, baik melalui keturunan biologis
sosial maupun budaya. Dalam bahasa Indonesia ada istilah sanaksaudara, kaum
kerabat, ipar-bisan, yang dapat diartikan dengan kata family. Kata family
berasal dari bahasa Belanda dan Inggris yang sudah umum dipakai dalam bahasa
Indoneisa sehingga dapatlah dikatakan ia telah diindonesianisasi.
Dalam antropologi
sistem kekerabatan termasuk keturunan dan pernikahan (melalui hubungan darah
atau dengan melalui hubungan status perkawinan). Pengertian bahwa seseorang
dinyatakan sebagai kerabat bila ia memiliki pertalian atau ikatan darah dengan
seseorang lainnya, contoh kongkrit dari hubungan darah ialah kakak-adik
sekandung.[1]
Hubungan melalui
perkawinan adalah bila seseorang menikah dengan saudaranya, maka ia menjadi
kerabat akan seseorang yang dikawini oleh saudaranya itu, contoh kongkrit dari
hubungan perkawinan ialah adik ipar atau kakak ipar bibi, dari adik ibu.
Manusia melalui pernikahan umum disebut sebagai “hubungan
dekat” ketimbang keturunan (juga disebut konsunguitas), meskipun kedua hal itu
bisa tumpang tindih dalam pernikahan diantara orang yang satu moyang.
Hubungan kekerabatan adalah salah satu prinsip mendasar untuk mengelompokkan
tiap orang ke dalam kelompok sosial, peran katagori dan silsilah, hubungan
kekeluargaan dapat dihadirkan secara nyata(ibu saudara kakek) atau secara
abstrak menurut tingkatan kekerabatan sebuah hubungan dapat memiliki syarat
relatif (misyalnya: ayah adalah seorang yang memilki anak).[2]
Dalam kekerabatan ada yang namanya ikatan antara anggota
keluarga yaitu terdiri atas:
1)
Ikatan antara pasangan yang kawin yaitu laki-istri
2)
Ikatan antara pasangan yang kawin dan anak-anaknya yaitu
hubungan orangtua anak
3)
Ikatan antara anak-anak dari pasangan yang kawin, yaitu
hubungan saudara
Ikatan ini sebagian besar ditentukan oleh kebudayaan
masing-masing, sekalipun di dalamnya ada faktor interaksi psikologi tertentu.
Dalam hal hal ini Lowie mangatakan:
“Kekerabatan dianggap berbeda oleh masyarakat yang
berbeda pala, hubungan biologi yang hanya bertugas sebagai titik tolak dalam
perkembangan gagasan-gagasan sosial dari kekerabatan masyarakat dapat
mengabaikan atau mematasi ikatan darah yang alami, ia dapat menciptakan secara
bikinan ikatan kekerabatan, dan juga dapat memperluas ikatan alami sampai
kebatas yang tidak berjangka”
C.Pemikiran tentang asal mula dan
perkembangan keluarga
Teori tentang evolusi keluarga manusia Masalah asal-mula dan perkembangan keluarga dalam
masyarakat telah lama menjadi perhatian perhatian para ahli antropologi yang
dalam penelitiannya membandingkan sekawanan hewan yang hidup berkelompok dengan
manusia, dengan menganalisa hubungan anak terhadap ayahnya.
Menurut para ahli antropolohi abad ke-19, seperti
misyalnya J. Lobbock, J.J Bechofen, J.F. McLennan, G.A. Welken, dan lain-lain,[3]
pada tingkat pertama dalam proses perkembangan masyarakat dan kebudayaannya,
manusia mula-mula hidup mirip sekawanan hewan berkelompok dan pria dan wanita
hidup bebas tanpa ikatan.
Kelompok keluarga
inti sebagai masyarakat belum ada. Lama-lama manusia sadar akan hubungan ibu
dan anak-anaknya, yang menjadi satu kelompok keluarga inti, pada tingkat
pertama ini anak-anak hanya mengenal ibunya tidak mengenal ayahnya , maka dari
itu disini ibu yang menjadi kepala rumah tangga. Kelompok keluarga yang mulai
meluas kerena garis keturunan diperhitungkan melalui garis ibu, dengan ini
telah mencapai tingkat kedua dalam proses perkembangan dan kebudayaan manusia,
yang disebut oleh wilken dengan matriarkhat.
Tingkat ketiga
terjadi karena pria tidak puas dengan keadaan lalu mengambil istri dari
kelompok lain dan dibawa kedalam kelompok mereka sendiri, dari keturunan yang
lahir itu tetap tinggal dikelompok si pria, sehingga lambat laun timbullah kelompok
keluarga dengan ayah sebagai kepala, yang disebut patriarkhan.
Tingkat keempat ialah di mana terjadi waktu kerena
berbagai sebab, perkawinan diluar kelompok menjadi perkawinan di dalam
batas-batas kelompok.[4]
Perkawinan dalam batas kelompok menyebabkan bahwa anak-anak dengan leluasa
dapat berhubungan antara kerabat ayah maupun ibu, sehingga patriarkhan makin
lama makin hilang dan berubah menjadi susunan kekerabatan.
D. Rumah Tangga Dan Keluarga Inti
Sebelum mengenal yang namanya kelurga inti, terlebih dahulu menelaah tentang tingkatan manusia sepanjang
hidup yang dalam antropologi disebut dengan tingkat-tingkat daur hidup. Tingkatan
daur hidup ialah, masa bayi, masa penyapihan, masa kanak-kanak, masa remaja,
masa puber, masa sesudah menikah, masa kehamilan, masa lanjut usia dan
lain-lain. Pada masa peralihan antara satu tingkat kehidupan ketingkat
berikutnya, biasanya diadakan upacara, dan sifatnya universal.
misyalnya;
perkawinan, peralihan dari tingkat hidup remaja ketingkat hidup berkeluarga,
yaitu perkawinan, dengan perkawinan masyarakat itu dapat memenuhi akan
kebutuhan seorang teman hidup, harta dan gengsi tetapi juga untuk memelihara
hubungan baik dengan kelompok-kelompok kerabat tertentu.
Keluarga
sebagai akibat dari perkawinan, akan terjadi suatu kesatuan sosial yang disebut
rumah tangga, yaitu yang mengurus perekonomian rumah tangga. Yang dinamakan
rumah tangga biasanya terdiri dari keluarga inti, tetapi mungkin juga terdiri
dua sampai tiga keluarga inti, karena rumah tangga itu dapat diperbesar oleh
populasi per generasi maupun secara menyisi dengan menambahkan
keluarga-keluarga inti lainnya.
Untuk mengetahui itu semua diambil sebagai contoh
ialah, masalah perumahan yang sering
kali menyebabkan keluarga muda terpaksa menumpang di rumah orang tua mereka.
Selama mereka belum mengurus ekonomi rumah tangga mereka sendiri, dan masih
turut makan dari dapur orang tua, maka keluarga muda itu belum dikatakan
membentuk rumah tangga.
Sebaliknya, kalau mereka sudah mengurus ekonomi rumah
tangganya sendiri, walaupun mereka masih tinggal di rumah orang tua, maka
mereka dapat dikatakan membentuk suatu rumah tangga. Dapur memang merupakan
lambang dari suatu rumah tangga, misalnya di Bali istilah untuk rumah tangga
dikenal dengan sebutan kuren yang berarti dapur.
Untuk menghitung jumlah rumah tangga biasanya seorang
peneliti menghitung jumlah dapur bukan jumlah bangunan, atau keluarga inti yang
ada. Di desa-desa orang iban di Kalimantan Barat, misalnya, satu rumah panjang
yang dibangun di tepi sungai, dihuni oleh seluruh anggota keluarga luas
(kadang-kadang bahkan lebih dari satu keluarga luas).
Untuk menghitung
jumlah keluarga inti dalam rumah panjang tersebut kita tinggal menghitung
jumlah dapur yang ada.
Keluarga inti. Sebagai
akibat dari perkawinan, akan juga terjadi suatu kelompok kekerabatan yang di
sebut keluarga inti.[5] Yang
termasuk dalam keluarga inti ialah suami, istri dan anak-anak mereka yang belum
menikah. Bentuk keluarga semacam ini disebut keluarga conjugal. Keluarga
inti ini merupakan sistem kerjasama antar laki-isteri dan keturunan, dan
merupakan pendidikan yang penting dalam sosialisasi anak-anak yang dibesarkan.
Bentuk keluarga inti seperti ini adalah bentuk yang
sederhana dan berdasarkan monogami yaitu antara seorang laki-laki dan wanita.
Keluarga inti yang lebih kompleks adalah apabila dalam keluarga terdapat lebih
dari seorang suami atau isteri. Keluarga inti seperti ini adalah keluarga yang
berdasarkan poligami.
Secara khusus,
keluarga inti dengan seorang suami tetapi lebih dari seorang isteri disebut
keluarga inti berdasarkan poligini, sedangkan keluarga inti dengan seorang
suami lebih tetapi lebih dari seorang suami disebut keluarga inti berdasarkan
poliandri.
Harus diingat bahwa pengertian rumah tangga dan keluarga
inti, harus dipisahkan secara tajam, yakni rumah tangga lebih besar dari
keluarga inti, ditambah dengan orang-orang yang menumpang, pembantu-ptembantu
rumah tangga, pelayan atau budak-budak, atau bahkan terdiri dari dua atau tiga
keluarga inti.
Keluarga inti diseluruh dunia memiliki dua fungsi pokok
yaitu:
1)
Dimana warganya dapat memperoleh dan mengharapkan bantuan
serta perlindungan dari sesama warga keluarga inti.
2)
Keluarga inti merupakan kelompok di mana warganya diasuh
dan memperoleh pendidikan awalnya ketika mereka belum mandiri.
E. Kelompok-Kelompok
Kekerabatan.
Bentuk-bentuk
keluarga inti adalah kesatuan yang dalam antropologi disebut kingroup, atau kelompok kekerabatan. Selain keluarga inti masih banyak bentuk kelompok
yang kekerabatan yang lain, sebelum mempelajari berbagai bentuk kelompok
kekerabatan, perhatikankan dulu apa yang dimaksud dengan group atau “kelompok”. Suatu kelompok adalah kesatuan individu yang
diikat oleh sekurang-kurangnya 6 unsur, yaitu:
1.
Sistem norma-norma yang mengatur
tingkah-laku warga kelompok,
2.
Rasa kepribadian
kelompok yang disadari semua warganya,
3.
Interaksi yang
intensif antarwarga kelompok,
4.
System hak dan
kewajiban yang mengatur interaksi antawarga kelompok,
5.
Pemimpin yang
mengatur kegiatan-kegiatan kelompok dan
6.
Sistem hak dan kewajiban terhadap harta
produktif, harta konsumtif, atau harta pusaka tertentu.
Dengan
demikian hubungan kekerabatan merupakan unsur pengikat bagi suatu kelompok
kekerabatan. Tidak semua kelompok memiliki ke-6 unsur tersebut di atas, kerena
selain wujudnya berbeda-beda, ada pula yang berbeda nilainya. Demikian juga
nilai dari kelompok-kelompok kekerabatan berbeda-beda, kerena tidak adanya 2
dari 6 unsur tersebut G.P. Murdock membedakan antara 3 kategori kelompok
kekerabatan berdasarkan
fungsi-fungsinya, yaitu;
v Kelompok
kekerabatan berkorporasi, yang sifatnya eksklusif dan biasanya memiliki ke-6
unsur tersebut, jumlah kelompok ini biasanya terbatas.
v Kelompok
kekerabatan kadangkala, yang seringkali tidak memiliki semua unsure tersebut
yang 6. Kelompok jenis ini biasanya terdiri dari banyak anggota, sehingga
interaksi yang terus-menerus dan
intensif tidak mungkin lagi, tetapi hanya berkumpul kadang-kadang saja.
v Kelompok
kekerabatan menurut adat, ini biasanya ttidak memiliki unsur-unsur 4,5,dan 6
dan kadang-kadang bahkan unsur 3. Kelompok-kelompok ini bentuknya sudah
demikian besar, sehingga warganya tidak saling mengenal. Mereka umumnya
hanyamengetahui keberadaan warga kelompok berdasarkan tanda-tanda yang
ditentukan adat.
Selain
keluarga inti yang ada dalam hampir semua masyarakat didunia, ada beberapa
bentuk kelompok kekerabatan yang sifatnya tidak universal, yakni kelompok kekerabatan
dengan seorang tokoh atau
keluarga yang masih hidup sebagai pusat perhitungan (sering
disebut (ego-ori-ented kingruops), yang termasuk golongan
pertama ini ialah kindred dan keluarga luas.
Kelompok yang
kedua ialah kekerabatan berdasarkan hubungan kekerabatan (disebut ancestor-oriented kingroups), dan yang termasuk kelompok
kedua ini adalah keluarga ambelineal kecil, keluarga ambelineal besar, klen
kecil, klen besar, tfatri dan paroh masyarakat.
Pengartian dari itu semua akan dijelasan satu persatu
walaupun tidak detail.
·
Kindred. Dalam masyarakat di dunia, seserang serig
bergaul saling bantu-membantu, dan melakukan aktivitas barsama dengan
saudara-saudaranya, yakni untuk menghadiri pertemuan-pertemuan, atau
upacara-upacara yang di adakan pada tingkat-tingkat sekitar life-cycle,
misyalnya pada hari ulang tahun, atau kamatian.
·
Keluarga luas. Kelompok kekerabatan ini terdiri dari
lebih keluarga inti, tetapi semuanya merupakan suatu kesatuan sosial yang amat
erat, dan biasanya hidup/ tinggal barsama dalam satu rumah.
·
Keluarga ambelineal kecil. Kelompok kekerabatan ini
terjadi ketika suatu keluarga luas yang utrolokal mendapat suatu kepribadian
yang disadari oleh warganya, contohnyatimbulnya pelukis etnografi yang baik,
terbukti ada banyak di dunia.
·
Keluarga ambelineal besar, adalah kelompok kekerabatan
yang terdiri dari beberapa angkatan yang diturunkan oleh nenek moyang yang
tidak saling mengenal, jumlah mereka beratus-ratus.
·
Klen kecil ialah suatu kelompok kekerabatan yang terdiri
dari segabungan keluarga luas yang merasakan diri berasal dari seorang moyang,
dan terikat melalui garis keturunan yang satu baik laki-laki atau wanitanya.
·
Klen besar. Kelompok kekerabatan ini ialah merupakan
suatu kelompok yang terdiri dari semua nenek moyang yang diperhitungkan melalui
garis keturunan sejenis.
·
Fatri adalah kelompok kekerabatan yang sifatnya lokal dan
merupakan gabungan dari kelompok-kelompok klen setempat.
·
Paroh masyarakat
dalah kelompok kekerabatan gabungan klen seperti fatri, tetapi yang selalu
merupakan separoh dari suatu masyarakat.
Tabel
Variasi
Kelompok-Kelompok Kekerabatan Yang Mungkin Ada Dalam Masyarakat
Jenis kelompok
kekerabatan
|
Wujud
|
Variasi
karena Orientasi
|
Variasi
karena adat menetap nikah
|
Variasi
karena prinsip keturunan
|
Keluarga inti
Keluarga luas
Klen kecil
Klen besar
Fratri
Paroh masyarakat
|
Kecil, warga
biasanya tinggal bersama dalam satu rumah tangga
Idem
Warga masih saling
kenal, tinggal sendiri-sendiri, berkumpul kadang-kadang
Jumlah warga banyak
tidak saling kenal, tinggal terpencar
Warga sangat
banyak, tidak saling kenal, tinggal terpencar, dan sebagian kadang-kadang
berkumpul pada upacara fratri
Warga sangat banyak, tidak
saling kenal, tinggal terpencar, dan sebagian kadang-kadang berkumpul pada
upacara paroh masyarakat yang penting[6]
|
conjugal
collateral
nenek-moyang
(lineal)
idem
idem
idem
|
-
utrolokal
uxorilokal
virilokal
-
-
-
-
|
-
-
-
patrilineal
matrilineal bilineal idem
idem
idem
idem
|
F. Kesimpulan
Kekerabatan atau kekeluargaan adalah hubungan anatara
silsilah yang sama, baik keturunan biologis maupun budaya, melalui hubungan darah atau
perkawinan. Menurut teori orang barat, asal mula keluarga itu mereka bandingkan dengan sekawanan hewan yang hidup berkelompok, dengan menganalisa,
salah satunya hubungan seorang
anak terhadap ayahnya.
Pada akhirnya manusia sadar akan hubungan antara ibu dan anaknya, sampai kepada tingkat di mana anak-anak
mengenal dan dapat berhubungan dengan kerabat ibu maupun ayah.
Rumah tangga suatu kesatuan sosial dari hubungan perkawinan, Keluarga inti ialah
terdiri dari suami, istri, anak-anak mereka yang belum menikah. Keluarga inti
memiliki dua fungsi pokok yaitu:
1. Di mana warganya
dapat memperoleh dan mengharapkan bantuan serta perlindungan dengan keluarga inti
lainnya
2. Di man warganya
diasuh dan memperoleh pendidikan awalnya ketika mereka belum mandiri
Pengertian Rumah tangga dan keluarga inti harus kita
pisahkan secara tajam, yakni apabila
ramah tangga maka ia lebih besar dari keluarga inti, ditambah lagi dengan
orang-orang yang menumpang dengan keluarga itu, juga pembantu-pembantu rumah
tangga, pelayan dan sebagainya.
Kelompok-kelompok kekerabatan yang mungkin ada dalam
masyarakat ialah keluarga inti, keluarga luas, kindred, keluarga ambilineal
kecil, keluarga ambilineal besar, klen kecil, klen besar, fatri dan paroh
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
A. Havilan, William. Antropologi-jilid II. Jakarta:
PT. Gelora Aksara Pratama, 1985.
Gazalba,
Sidi. Kebudajaan Sebagai Ilmu, Kehidupan Sosial Kebudajaan: Bersahaja-Peralihan-
Moderen Islam, Jakarta: Pustaka Antara, 1967.
J.
Goode, William. Sosiologi Keluarga. Jakarta: BUMI AKSARA, 1991.
Koentjaraningrat.
Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta: Dian Rakyat, 1992.
Koentjaraningrat.
Pengantar Antropologi II. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2005.
File:///F:/ Kekerabatan_Sosial Koreain My World S ‘Blog. htm. Rabu 09, November,2011.
Http
: // id. Wikipedia. Org/wiki/hubungan_kekerabatan.selasa,01,November,2011.
This post have 0 komentar
:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100