sistem kekerabatan

author photo May 14, 2012



A.     ِPendahuluan
Sistem-sistem kekerabatan merupakan bagian dari unsur-unsur kebudayaan dan pokok-pokok dalam masyarakat yang disebut dengan Etnografi. Etnografi adalah bagian dari deskriftif dari antropologi yang didalamnya terdapat beberapa pokok-pokok yang di uraikan dari beberapa unsur kebudayaan yang biasa di bahas dalam etnografi dan kesenian, sistem teknologi nasional, sistem mata pencarian tradisional, sistem-sistem kekerabatan dan lain-lain.
Dalam teori orang barat, yang nantinya kita akan memulai mempersoalkan beberapa hal dalam masyarakat. Mula-mula masyarakat belum ada keluarga apalagi kekerabatan, karena mereka hanya berkelompok-kelompok seperti hewan yang hidup berkelompok. Lalu kepada keluarga yang diluar dari keluaga inti tersebut, seperti perilaku seseorang terhadap keluarga intinya dan sebagainya.
Banyak hal yang perlu dipelajari dalam meneliti sistem-sistem kekerabatan, mulai dari definisi sistem-sistem kekerabatannya, pengertiannya, ruang lingkupnya, persoalan-persoalan pemikiran tentang asal mulanya, serta perkembangan keluarga inti dan luar inti. Berikut akan kita bahas dan memecahkan persoalan-pesoalan yang tersebut diatas yang terkait dalam hal sistem-sietem kekerabatan.









B. Pengertian tentang kekerabatan (kekeluargaan)
Kekerabatan atau kekeluargaan merupakan hubungan antara manusia yang memiliki asal usul silsilah yang sama, baik melalui keturunan biologis sosial maupun budaya. Dalam bahasa Indonesia ada istilah sanaksaudara, kaum kerabat, ipar-bisan, yang dapat diartikan dengan kata family. Kata family berasal dari bahasa Belanda dan Inggris yang sudah umum dipakai dalam bahasa Indoneisa sehingga dapatlah dikatakan ia telah diindonesianisasi.
 Dalam antropologi sistem kekerabatan termasuk keturunan dan pernikahan (melalui hubungan darah atau dengan melalui hubungan status perkawinan). Pengertian bahwa seseorang dinyatakan sebagai kerabat bila ia memiliki pertalian atau ikatan darah dengan seseorang lainnya, contoh kongkrit dari hubungan darah ialah kakak-adik sekandung.[1]
 Hubungan melalui perkawinan adalah bila seseorang menikah dengan saudaranya, maka ia menjadi kerabat akan seseorang yang dikawini oleh saudaranya itu, contoh kongkrit dari hubungan perkawinan ialah adik ipar atau kakak ipar  bibi, dari adik ibu.
Manusia melalui pernikahan umum disebut sebagai “hubungan dekat” ketimbang keturunan (juga disebut konsunguitas), meskipun kedua hal itu bisa tumpang tindih dalam pernikahan diantara orang yang satu moyang.
Hubungan kekerabatan adalah salah  satu prinsip mendasar untuk mengelompokkan tiap orang ke dalam kelompok sosial, peran katagori dan silsilah, hubungan kekeluargaan dapat dihadirkan secara nyata(ibu saudara kakek) atau secara abstrak menurut tingkatan kekerabatan sebuah hubungan dapat memiliki syarat relatif (misyalnya: ayah adalah seorang yang memilki anak).[2]
Dalam kekerabatan ada yang namanya ikatan antara anggota keluarga yaitu terdiri atas:
1)      Ikatan antara pasangan yang kawin yaitu laki-istri
2)      Ikatan antara pasangan yang kawin dan anak-anaknya yaitu hubungan orangtua anak
3)      Ikatan antara anak-anak dari pasangan yang kawin, yaitu hubungan saudara
Ikatan ini sebagian besar ditentukan oleh kebudayaan masing-masing, sekalipun di dalamnya ada faktor interaksi psikologi tertentu. Dalam hal hal ini Lowie mangatakan:
“Kekerabatan dianggap berbeda oleh masyarakat yang berbeda pala, hubungan biologi yang hanya bertugas sebagai titik tolak dalam perkembangan gagasan-gagasan sosial dari kekerabatan masyarakat dapat mengabaikan atau mematasi ikatan darah yang alami, ia dapat menciptakan secara bikinan ikatan kekerabatan, dan juga dapat memperluas ikatan alami sampai kebatas yang tidak berjangka”
C.Pemikiran tentang asal mula  dan perkembangan keluarga
Teori  tentang  evolusi keluarga manusia Masalah asal-mula dan perkembangan keluarga dalam masyarakat telah lama menjadi perhatian perhatian para ahli antropologi yang dalam penelitiannya membandingkan sekawanan hewan yang hidup berkelompok dengan manusia, dengan menganalisa hubungan anak terhadap ayahnya.
Menurut para ahli antropolohi abad ke-19, seperti misyalnya J. Lobbock, J.J Bechofen, J.F. McLennan, G.A. Welken, dan lain-lain,[3] pada tingkat pertama dalam proses perkembangan masyarakat dan kebudayaannya, manusia mula-mula hidup mirip sekawanan hewan berkelompok dan pria dan wanita hidup bebas tanpa ikatan.
 Kelompok keluarga inti sebagai masyarakat belum ada. Lama-lama manusia sadar akan hubungan ibu dan anak-anaknya, yang menjadi satu kelompok keluarga inti, pada tingkat pertama ini anak-anak hanya mengenal ibunya tidak mengenal ayahnya , maka dari itu disini ibu yang menjadi kepala rumah tangga. Kelompok keluarga yang mulai meluas kerena garis keturunan diperhitungkan melalui garis ibu, dengan ini telah mencapai tingkat kedua dalam proses perkembangan dan kebudayaan manusia, yang disebut oleh wilken dengan matriarkhat.
 Tingkat ketiga terjadi karena pria tidak puas dengan keadaan lalu mengambil istri dari kelompok lain dan dibawa kedalam kelompok mereka sendiri, dari keturunan yang lahir itu tetap tinggal dikelompok si pria, sehingga lambat laun timbullah kelompok keluarga dengan ayah sebagai kepala, yang disebut patriarkhan.
Tingkat keempat ialah di mana terjadi waktu kerena berbagai sebab, perkawinan diluar kelompok menjadi perkawinan di dalam batas-batas kelompok.[4] Perkawinan dalam batas kelompok menyebabkan bahwa anak-anak dengan leluasa dapat berhubungan antara kerabat ayah maupun ibu, sehingga patriarkhan makin lama makin hilang dan berubah menjadi susunan kekerabatan.
D. Rumah Tangga Dan Keluarga Inti
Sebelum mengenal yang namanya  kelurga inti, terlebih dahulu  menelaah tentang tingkatan manusia sepanjang hidup yang dalam antropologi disebut dengan tingkat-tingkat daur hidup. Tingkatan daur hidup ialah, masa bayi, masa penyapihan, masa kanak-kanak, masa remaja, masa puber, masa sesudah menikah, masa kehamilan, masa lanjut usia dan lain-lain. Pada masa peralihan antara satu tingkat kehidupan ketingkat berikutnya, biasanya diadakan upacara, dan sifatnya universal.
 misyalnya; perkawinan, peralihan dari tingkat hidup remaja ketingkat hidup berkeluarga, yaitu perkawinan, dengan perkawinan masyarakat itu dapat memenuhi akan kebutuhan seorang teman hidup, harta dan gengsi tetapi juga untuk memelihara hubungan baik dengan kelompok-kelompok kerabat tertentu.  
Keluarga sebagai akibat dari perkawinan, akan terjadi suatu kesatuan sosial yang disebut rumah tangga, yaitu yang mengurus perekonomian rumah tangga. Yang dinamakan rumah tangga biasanya terdiri dari keluarga inti, tetapi mungkin juga terdiri dua sampai tiga keluarga inti, karena rumah tangga itu dapat diperbesar oleh populasi per generasi maupun secara menyisi dengan menambahkan keluarga-keluarga inti lainnya.
Untuk mengetahui itu semua diambil sebagai contoh ialah,  masalah perumahan yang sering kali menyebabkan keluarga muda terpaksa menumpang di rumah orang tua mereka. Selama mereka belum mengurus ekonomi rumah tangga mereka sendiri, dan masih turut makan dari dapur orang tua, maka keluarga muda itu belum dikatakan membentuk rumah tangga.
Sebaliknya, kalau mereka sudah mengurus ekonomi rumah tangganya sendiri, walaupun mereka masih tinggal di rumah orang tua, maka mereka dapat dikatakan membentuk suatu rumah tangga. Dapur memang merupakan lambang dari suatu rumah tangga, misalnya di Bali istilah untuk rumah tangga dikenal dengan sebutan kuren yang berarti dapur.
Untuk menghitung jumlah rumah tangga biasanya seorang peneliti menghitung jumlah dapur bukan jumlah bangunan, atau keluarga inti yang ada. Di desa-desa orang iban di Kalimantan Barat, misalnya, satu rumah panjang yang dibangun di tepi sungai, dihuni oleh seluruh anggota keluarga luas (kadang-kadang bahkan lebih dari satu keluarga luas).
 Untuk menghitung jumlah keluarga inti dalam rumah panjang tersebut kita tinggal menghitung jumlah dapur yang ada.
Keluarga inti. Sebagai akibat dari perkawinan, akan juga terjadi suatu kelompok kekerabatan yang di sebut keluarga inti.[5] Yang termasuk dalam keluarga inti ialah suami, istri dan anak-anak mereka yang belum menikah. Bentuk keluarga semacam ini disebut keluarga conjugal. Keluarga inti ini merupakan sistem kerjasama antar laki-isteri dan keturunan, dan merupakan pendidikan yang penting dalam sosialisasi anak-anak yang dibesarkan.
Bentuk keluarga inti seperti ini adalah bentuk yang sederhana dan berdasarkan monogami yaitu antara seorang laki-laki dan wanita. Keluarga inti yang lebih kompleks adalah apabila dalam keluarga terdapat lebih dari seorang suami atau isteri. Keluarga inti seperti ini adalah keluarga yang berdasarkan poligami.
 Secara khusus, keluarga inti dengan seorang suami tetapi lebih dari seorang isteri disebut keluarga inti berdasarkan poligini, sedangkan keluarga inti dengan seorang suami lebih tetapi lebih dari seorang suami disebut keluarga inti berdasarkan poliandri.
Harus diingat bahwa pengertian rumah tangga dan keluarga inti, harus dipisahkan secara tajam, yakni rumah tangga lebih besar dari keluarga inti, ditambah dengan orang-orang yang menumpang, pembantu-ptembantu rumah tangga, pelayan atau budak-budak, atau bahkan terdiri dari dua atau tiga keluarga inti.
Keluarga inti diseluruh dunia memiliki dua fungsi pokok yaitu:
1)        Dimana warganya dapat memperoleh dan mengharapkan bantuan serta perlindungan dari sesama warga keluarga inti.
2)        Keluarga inti merupakan kelompok di mana warganya diasuh dan memperoleh pendidikan awalnya ketika mereka belum mandiri.
E. Kelompok-Kelompok Kekerabatan.
Bentuk-bentuk keluarga inti adalah kesatuan yang dalam antropologi disebut kingroup, atau kelompok kekerabatan. Selain  keluarga inti masih banyak bentuk kelompok yang kekerabatan yang lain, sebelum mempelajari berbagai bentuk kelompok kekerabatan, perhatikankan dulu apa yang dimaksud dengan group atau “kelompok”. Suatu kelompok adalah kesatuan individu yang diikat oleh sekurang-kurangnya 6 unsur, yaitu:
1.         Sistem norma-norma yang mengatur tingkah-laku warga kelompok,
2.         Rasa kepribadian kelompok yang disadari semua warganya,
3.         Interaksi yang intensif antarwarga kelompok,
4.         System hak dan kewajiban yang mengatur interaksi antawarga kelompok,
5.         Pemimpin yang mengatur kegiatan-kegiatan kelompok dan
6.         Sistem hak dan kewajiban terhadap harta produktif, harta konsumtif, atau harta pusaka tertentu.
Dengan demikian hubungan kekerabatan merupakan unsur pengikat bagi suatu kelompok kekerabatan. Tidak semua kelompok memiliki ke-6 unsur tersebut di atas, kerena selain wujudnya berbeda-beda, ada pula yang berbeda nilainya. Demikian juga nilai dari kelompok-kelompok kekerabatan berbeda-beda, kerena tidak adanya 2 dari 6 unsur tersebut G.P. Murdock membedakan antara 3 kategori kelompok kekerabatan  berdasarkan fungsi-fungsinya, yaitu;
v  Kelompok kekerabatan berkorporasi, yang sifatnya eksklusif dan biasanya memiliki ke-6 unsur tersebut, jumlah kelompok ini biasanya terbatas.
v  Kelompok kekerabatan kadangkala, yang seringkali tidak memiliki semua unsure tersebut yang 6. Kelompok jenis ini biasanya terdiri dari banyak anggota, sehingga interaksi yang terus-menerus   dan intensif tidak mungkin lagi, tetapi hanya berkumpul kadang-kadang saja.
v  Kelompok kekerabatan menurut adat, ini biasanya ttidak memiliki unsur-unsur 4,5,dan 6 dan kadang-kadang bahkan unsur 3. Kelompok-kelompok ini bentuknya sudah demikian besar, sehingga warganya tidak saling mengenal. Mereka umumnya hanyamengetahui keberadaan warga kelompok berdasarkan tanda-tanda yang ditentukan adat.
Selain keluarga inti yang ada dalam hampir semua masyarakat didunia, ada beberapa bentuk kelompok kekerabatan yang sifatnya tidak universal, yakni kelompok kekerabatan dengan seorang tokoh atau keluarga yang masih hidup sebagai pusat perhitungan (sering disebut (ego-ori-ented kingruops), yang termasuk golongan pertama ini ialah kindred dan keluarga luas.
 Kelompok yang kedua ialah kekerabatan berdasarkan hubungan kekerabatan (disebut ancestor-oriented kingroups), dan yang termasuk kelompok kedua ini adalah keluarga ambelineal kecil, keluarga ambelineal besar, klen kecil, klen besar, tfatri dan paroh masyarakat.
Pengartian dari itu semua akan dijelasan satu persatu walaupun tidak detail.
·         Kindred. Dalam masyarakat di dunia, seserang serig bergaul saling bantu-membantu, dan melakukan aktivitas barsama dengan saudara-saudaranya, yakni untuk menghadiri pertemuan-pertemuan, atau upacara-upacara yang di adakan pada tingkat-tingkat sekitar life-cycle, misyalnya pada hari ulang tahun, atau kamatian.
·         Keluarga luas. Kelompok kekerabatan ini terdiri dari lebih keluarga inti, tetapi semuanya merupakan suatu kesatuan sosial yang amat erat, dan biasanya hidup/ tinggal barsama dalam satu rumah.
·         Keluarga ambelineal kecil. Kelompok kekerabatan ini terjadi ketika suatu keluarga luas yang utrolokal mendapat suatu kepribadian yang disadari oleh warganya, contohnyatimbulnya pelukis etnografi yang baik, terbukti ada banyak di dunia.
·         Keluarga ambelineal besar, adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari beberapa angkatan yang diturunkan oleh nenek moyang yang tidak saling mengenal, jumlah mereka beratus-ratus.
·         Klen kecil ialah suatu kelompok kekerabatan yang terdiri dari segabungan keluarga luas yang merasakan diri berasal dari seorang moyang, dan terikat melalui garis keturunan yang satu baik laki-laki atau wanitanya.
·         Klen besar. Kelompok kekerabatan ini ialah merupakan suatu kelompok yang terdiri dari semua nenek moyang yang diperhitungkan melalui garis keturunan sejenis.
·         Fatri adalah kelompok kekerabatan yang sifatnya lokal dan merupakan gabungan dari kelompok-kelompok klen setempat.
·          Paroh masyarakat dalah kelompok kekerabatan gabungan klen seperti fatri, tetapi yang selalu merupakan separoh dari suatu masyarakat.




Tabel
Variasi Kelompok-Kelompok Kekerabatan Yang Mungkin Ada Dalam Masyarakat
Jenis kelompok kekerabatan
Wujud
Variasi karena Orientasi
Variasi karena adat menetap nikah
Variasi karena prinsip keturunan
Keluarga inti

Keluarga luas


Klen kecil



Klen besar

Fratri



Paroh masyarakat
Kecil, warga biasanya tinggal bersama dalam satu rumah tangga
Idem


Warga masih saling kenal, tinggal sendiri-sendiri, berkumpul kadang-kadang

Jumlah warga banyak tidak saling kenal, tinggal terpencar
Warga sangat banyak, tidak saling kenal, tinggal terpencar, dan sebagian kadang-kadang berkumpul pada upacara fratri
Warga sangat banyak, tidak saling kenal, tinggal terpencar, dan sebagian kadang-kadang berkumpul pada upacara paroh  masyarakat yang  penting[6]
conjugal

collateral


nenek-moyang (lineal)

idem

idem



idem
-

utrolokal
uxorilokal
virilokal
-



-

-



-
-

-
-

patrilineal matrilineal bilineal idem
idem

idem



idem




F. Kesimpulan
Kekerabatan atau kekeluargaan adalah hubungan anatara silsilah yang sama, baik keturunan biologis maupun budaya, melalui hubungan darah atau perkawinan. Menurut teori orang barat, asal mula keluarga itu mereka bandingkan dengan sekawanan hewan yang hidup berkelompok, dengan menganalisa, salah satunya hubungan seorang anak terhadap ayahnya.
Pada akhirnya manusia sadar akan hubungan antara ibu dan anaknya, sampai kepada tingkat di mana anak-anak mengenal dan dapat berhubungan dengan kerabat ibu maupun ayah.
Rumah tangga suatu kesatuan sosial dari hubungan perkawinan, Keluarga inti ialah terdiri dari suami, istri, anak-anak mereka yang belum menikah. Keluarga inti memiliki dua fungsi pokok yaitu:
1.      Di mana warganya dapat memperoleh dan mengharapkan bantuan serta perlindungan dengan keluarga inti lainnya
2.      Di man warganya diasuh dan memperoleh pendidikan awalnya ketika mereka belum mandiri
Pengertian Rumah tangga dan keluarga inti harus kita pisahkan  secara tajam, yakni apabila ramah tangga maka ia lebih besar dari keluarga inti, ditambah lagi dengan orang-orang yang menumpang dengan keluarga itu, juga pembantu-pembantu rumah tangga, pelayan dan sebagainya.
Kelompok-kelompok kekerabatan yang mungkin ada dalam masyarakat ialah keluarga inti, keluarga luas, kindred, keluarga ambilineal kecil, keluarga ambilineal besar, klen kecil, klen besar, fatri dan paroh masyarakat.

             







DAFTAR PUSTAKA


A. Havilan, William. Antropologi-jilid II. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1985.
Gazalba, Sidi. Kebudajaan Sebagai Ilmu, Kehidupan Sosial Kebudajaan: Bersahaja-Peralihan- Moderen Islam, Jakarta: Pustaka Antara, 1967.
J. Goode, William. Sosiologi Keluarga. Jakarta: BUMI AKSARA, 1991.
Koentjaraningrat. Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta: Dian Rakyat, 1992.
Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi II. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2005.
File:///F:/ Kekerabatan_Sosial Koreain My World S ‘Blog. htm. Rabu 09, November,2011.
Http : // id. Wikipedia. Org/wiki/hubungan_kekerabatan.selasa,01,November,2011.


[1] File : /// F:/  Kekerabatan_Sosial Koreain My World S Blog. htm, rabu, 09 November, 2011.
                 [2]Http://id. Wikipedia. Org/wiki/Hubungan_Kekerabatan,selasa,01 November ,2011.
          [3] Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi-jilid II. (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2005), 85.
        [4] Ibid., 86.
[5] Koentjaraningrat. (Beberapa Pokok Antropologi sosial, Dian Rakyat Jakarta, 1992).109.
                [6] Koentjaraningrat, op.cit., 127.

This post have 0 komentar


:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100

Next article Next Post
Previous article Previous Post