kufur menurut al_qur'an dan al-hadist

author photo May 14, 2012

KUFUR MENURUT AL-QUR`AN, HADIST DAN ALIRAN-ALIRAN KALAM

A.       Pendahuluan
Kata-kata kufur terdengar begitu mengerikan. Masyarakat pada umumnya mengartikan kufur ialah orang yang tidak beragama islam.
Secara garis besar kufur termasuk dari tema khusus dalam pembahasan kalam. Para Mutakallim berbeda-beda dalam merumuskan makna kufur itu sendiri.
. Sebanarnya bagaimana kufur itu? Dan seperti apa Al-Quran, Hadist dan Mutakalimin mendifinisikan kufur?


B.     Pengertian kufur

Secara etomologi kufur berasal dari kata kafara-yakfuru-kufran yaitu menutupi[1]. Secara istilah (termonologi) kufur ialah kebalikan dari iman yakni tidak meyakini Allah dan rasulnya dengan hati, lisan, dan perbuatan.
Dalam istilah Tawhid kufur dikelompokkan menjadi dua bagian : ada kufur besar dan ada juga kufur kecil.
Kufur besar ialah yang kekufuran yang bisa mengeluarkan seseorang dari agama islam.[2] Seperti berubahnya keyakinan seseorang terhadap Allah, atau ia mendustakan Allah atau pun rasulnya, menyekutukan Allah.
Sedangkan kufur kecil atau bisa pula disebut kufur amali ialah kekufuran yang tidak sampai mengeluarkan seseorang dari agama islam. Sebagaimana dosa-dosa yang di dalam al-Qur’an dan hadist disebut sebagai dosa kufur akan tetapi tidak mencapai maqam kufur besar.[3]


C.    Kufur menurut al-Qur`an dan hadist

Di dalam al-Qur`an, kufur mempunyai banyak istilah dan kategori. Beberapa diantaranya ada yng disebut dengan kufr al-inkar, kufr al-juhud, kufur an-nifaq, kufr as-syirk, kufr an-ni’mat dan kufr al-irtidad.[4]
Yang dimaksud kufr al-inkar ialah kekufuran yang disebabkan dia tidak mempercayai keberadaan tuhan, orang-orang ini beranggapan alam ini berjalan dengan alamiah. Mereka hanya mempercayai hal-hal yang bersifat material dan alamiah.  Mereka biasa pula disebut kaum eties. Kufr al-Inkar ini ada digambarkan dalam al-Qur`an pada surah al-Jatsiyah ayat 24 :
(#qä9$s%ur $tB }Ïd žwÎ) $uZè?$uŠym $u÷R9$# ßNqßJtR $uøtwUur $tBur !$uZä3Î=ökç žwÎ) ã÷d¤$!$# 4 $tBur Mçlm; y7Ï9ºxÎ/ ô`ÏB AOù=Ïæ ( ÷bÎ) öLèe žwÎ) tbqZÝàtƒ ÇËÍÈ
24.  Dan mereka berkata: "Kehidupan Ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.
Kufr ini dikategorikan sebagai kufur besar.[5]
Kemudian kufr al-Juhud. Al-Juhud berasal dari kata jahada-yajhadu-jahudan aw juhudan (  (جحودا yang bisa bermakna kafara, kadzdzaba; yakni kufur,mengingkari atau mendustakan[6]. Dalam al-Qur`an surat an-Naml ayat 13-14 Allah berfirman:
$¬Hs>sù öNåkøEuä!%y` $oYçG»tƒ#uä ZouŽÅÇö7ãB (#qä9$s% #x»yd ֍ósÅ ÑúüÎ7B ÇÊÌÈ (#rßysy_ur $pkÍ5 !$yg÷FoYs)øoKó$#ur öNåkߦàÿRr& $VJù=àß #vqè=ãæur 4 öÝàR$$sù y#øx. tb%x. èpt7É)»tã tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÊÍÈ
13.  Maka tatkala mukjizat-mukjizat kami yang jelas itu sampai kepada mereka, berkatalah mereka: "Ini adalah sihir yang nyata".
14.  Dan mereka mengingkarinya Karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.
Dan surah al-Baqarah ayat 146:
tûïÏ%©!$# ãNßg»uZ÷s?#uä |=»tGÅ3ø9$# ¼çmtRqèù̍÷ètƒ $yJx. tbqèù̍÷ètƒ öNèduä!$oYö/r& ( ¨bÎ)ur $Z)ƒÌsù öNßg÷ZÏiB tbqßJçGõ3us9 ¨,ysø9$# öNèdur tbqßJn=ôètƒ ÇÊÍÏÈ
146.  Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang Telah kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri[97]. dan Sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka Mengetahui.

[97]  mengenal Muhammad s.a.w. yaitu mengenal sifat-sifatnya sebagai yang tersebut dalam Taurat dan Injil.

Melalui beberapa ayat di atas definisi kufr al-Juhud ialah tahu akan kebenaran ajaran tuhan, akan tetapi enggan meyakini dan mempercayainya. Salah satu contoh yang sangat lumrah untuk mengambarkan kufr al-Juhud ini ialah Fir’aun dan kaum yang mengikutinya. Kufur ini pun dikategorikan salah satu dari kufur besar.[7]
Selanjutnya Kufr an-Nifaq, seseorang yang dikategorikan sebagai kufr an-Nifaq ini ialah seseorang yang islam secara lahiriyah saja dan melakukan ibadah hanya dikarenakan ria ataupun sombong. Ia mengaku mu`min di hadapan orang-orang mu`min lainnya. Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 8-10:[8]
z`ÏBur Ĩ$¨Y9$# `tB ãAqà)tƒ $¨YtB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$$Î/ur ̍ÅzFy$# $tBur Nèd tûüÏYÏB÷sßJÎ/ ÇÑÈ šcqããÏ»sƒä ©!$# tûïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä $tBur šcqããyøƒs HwÎ) öNßg|¡àÿRr& $tBur tbráãèô±o ÇÒÈ Îû NÎgÎ/qè=è% ÖÚz£D ãNèdyŠ#tsù ª!$# $ZÊttB ( óOßgs9ur ë>#xtã 7OŠÏ9r& $yJÎ/ (#qçR%x. tbqç/Éõ3tƒ ÇÊÉÈ
8.  Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian[22]," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
9.  Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
10.  Dalam hati mereka ada penyakit[23], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.

[22]  Hari kemudian ialah: mulai dari waktu mahluk dikumpulkan di padang mahsyar sampai waktu yang tak ada batasnya.
[23]  yakni keyakinan mereka terdahap kebenaran nabi Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap nabi s.a.w., agama dan orang-orang Islam.

Kufr as-Syirk, yang dinamakan kufr as-syirik ialah  orang yang beranggapan tuhan itu tidak satu melainkan mempunyai sekutu atau melakukan pengharapan dengan selain pada-Nya. Akan tetapi pada dasarnya syirik terbagi dua, ada syirik besar dan ada juga syirik kecil.[9]

Syirik besar ialah menyukutukan Allah. Sebagai mana dalam al-Qur`an :

116. Mereka (orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya.
Syirik besar inilah yang menurut sebagian ulama dikategorikan sebagai kufur. Sedangkan syirik kecil ialah seperti riya. Kenapa riya? Karena melakukan ibadah bukan karena Allah melainkan karena yang lain yang berhubungan dengan duniyawi. Bersumpah selain dengan nama Allah-pun dikategorikan sebagai syirik kecil sebagai mana hadis nabi :
من حَلَفَ بِغَيْرِ اللّهِ فَقَدْ اَشْرَكَ
Barang siapa bersumpah dengan selain Allah, maka dia telah syirik”(HR Abu Muslim).[10]
Kufr an-ni’mah,  yang termasuk kategori ini ialah mepergunakan nikmat yang Allah berikan kepada hal-hal yang diridhainya, tidak mensyukuri nik mat yang telah Allah karuniakan kepadanya atau bahkan merasa bahwa hasil yang ia dapat hasil dari usahanya sendiri.
Mengenai ini Rasulullah bersabda :
 مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيْلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيْرَ وَمَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللهَ، وَالتَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللهِ شُكْرٌ وَتَرْكُهُ كُفْرٌ وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ.

“Barangsiapa tidak mensyukuri yang sedikit maka dia tidak akan mensyukuri atas yangg banyak dan barangsiapa yang tidak berterima kasih kepada manusia maka dia tidak bersyukur kepada Allah. Menceritakan sebuah ni’mat kepada orang lain termasuk dari syukur dan meninggalkan adalah kufur bersatu adl rahmat dan bercerai-berai adalah azab.”( Atsar marfu’ yang ditakhrij oleh Ibnu Qayyim dalam Madarijus Salikin)[11].

Penggambaran kufur ini dapat kita simak bersama dalam surah Yunus ayat 23 :
!$£Jn=sù öNßg8pgUr& #sŒÎ) öNèd tbqäóö7tƒ Îû ÇÚöF{$# ÎŽötóÎ/ Èd,ysø9$# 3 $pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $yJ¯RÎ) öNä3ãŠøót/ #n?tã Nä3Å¡àÿRr& ( yì»tG¨B Ío4quysø9$# $u÷R9$# ( ¢OèO $uZøs9Î) öNä3ãèÅ_ótB Nä3ã¤Îm7t^ãZsù $yJÎ/ óOçFZä. šcqè=yJ÷ès? ÇËÌÈ
23.  Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, Kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu kami kabarkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.
Kemudian dalam dalam surah Yunus ayat 12 ada  pula dijelaskan :          

#sŒÎ)ur ¡§tB z`»|¡RM}$# ŽØ9$# $tR%tæyŠ ÿ¾ÏmÎ7/YyfÏ9 ÷rr& #´Ïã$s% ÷rr& $VJͬ!$s% $£Jn=sù $uZøÿt±x. çm÷Ztã ¼çn§ŽàÑ §tB br(Ÿ2 óO©9 !$oYããôtƒ 4n<Î) 9hŽàÑ ¼çm¡¡¨B 4 y7Ï9ºxx. z`Îiƒã tûüÏùÎŽô£ßJù=Ï9 $tB (#qçR%x. šcqè=yJ÷ètƒ ÇÊËÈ
12.  Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada kami untuk (menghilangkan) bahaya yang Telah menimpanya. begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.

Kemudian kufr al-Irtidad ialah seorang muslim yang keluar dari keislamannya. Tren sekarang penyebabnya ialah karena menikah ldengan agama lain, sehingga rela melepaskan keislamannya.
Dari beberapa definisi diatas, tentunya kita pasti bisa melehat mana yang dikategorikan kafir besar dan mana yang dikategorikan kafir kecil.[12]

D.    Kufur menurut Mutakallimin

Para mutakalim berbeda pendapat dalam perumusan mengenai kufur ini.
1.      Paradigma Khawarij
Khawarij ialah kelompok yang keluar dari golongan Ali pada peristiwa tahkim. Pandangan teologis mereka –khususnya yang berkaitan dengan iman dan kufur- lebih terlihat mementingkan politisi ketimbang ilmiah-teoritis. Hal ini dapat dibuktikan, karena khawarij mula-mula mempermasalahkan persoalan teologi seputar masalah Ali dan Muawiyah melakukan tahkim kepada manusia. Yang mereka permasalahkan ialah ”Apakah Ali dan pendukungnya adalah kafir atau masih mu`min?” “Apakah Mu’awiyah dan pendukungnya telah kafir atau tetap mu`min?” jawaban dari pertanyaan pertanyaan inilah yang menjadi dasar pijakan pemahaman teologi mereka.
 Mereka beranggapan Ali dan Mu’awiyah beserta pendukungnya telah melakukan dosa besar karena melakukan tahkim terhadap manusia. Menurut mereka (kecuali khawarij Najdah) pelaku dosa besar adalah kafir dan akan disiksa di neraka selama-lamanya.
Khawarij Azariqah malah mengunakan istilah yang lebih ‘mengerikan’, mereka beranggapan setiap orang yang tidak ikut bergabung pada mereka adala musyrik. Dan pelaku dosa besar telah menjadi kafir milah (agama) yaitu telah keluar dari agama islam, dan akan kekal di neraka bersama orang-orang kafir lainnya.[13]
2.      Paradigma Mu’tazilah
Permasalahan yang muncul dikalangan mu’tazilah yang sekaligus mengawali kemunculan aliran ini ialah mengenai status pelaku dosa besar, apakah masih beriman atau telah kafir.
Sebagai mana disebutkan sebelumnya bahwa khawarij menempatkan pelaku dosa besar sebagai kafir. Sedangkan mu’tazilah tidak menempatkan pelaku dosa besar tetap mu`min atau telah kafir. Akan tetapi diantara keduanya, atau biasa mereka menyebutnya dengan istilah “Manzilah baina manzilatain”.
3.      Paradigma Asy’ariyyah
Pada mulanya pendiri aliran asy’ariyyah Al- Asy’ari penganut ajaran mu’tazilah. Ia keluar dari aliran mu’tazilah disebabkan kekhawatiran terhadap mu’tazilah yang terlalu mengedepankan akal pikiran.
Asy’ariyyah yang mengambil jalan tengah antara mu’tazilah (yang rasional) dan golongan ahli hadist anthropomorphist (yang tekstual) [14]mengonsepkan kufur adalah kebalikan dari iman. Berbeda dengan Mu’tazilah, Asy’ariyyah mempridikatkan seseorang kalau tidak mu’min, ia kafir. Kedudukan pelaku dosa besar tidaklah kafir, akan tetapi ia fasik. Karena menurut mereka iman tidak mungkin hilang karena dosa selain kafir.[15]
E.     Kesimpulan

Dari beberapa uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa kufur terbagi dua bagian, yaitu: kufur besar dan kufur kecil.
Kufur besar ialah kekufur yang bisa mengeluarkan seseorang pada agama islam.sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur`an; Seperti kufur ingkar, kufur juhud, kufur nifaq, kufur syirik dan kufur irtidad.
Sedangkan kufur kecil ialah kekufuran yang tidak sampai mengeluarkan seseorng dari agama islam.  Seperti kufur nikmat.
Pandangan ulama kalam, ada yang menghukumi pelaku dosa besar sebagai kafir, ini menurut aliran Khawarij. Akan tetapi menurut aliran kalam yang berikutnya yaitu Mu’tazilah mengatakan bahwa pelaku dosa besar tidaklah kafir maupun mu`min, akan tetapi antara keduanya “manzilah baina manzilatain”. Sedangkan menurut Asy’ariyah kafir ialah kebalikan dari iman. Pelaku dosa besar hanya dipridikatkn fasik.



















DAFTAR PUSTAKA

Al Hakam, Syekh hafizh Ahmad, Benarkah Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah. Jakarta : Gema Insani Press, 1994.
Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir: Kamus Arab- Indonesia. Surabaya : Pustaka Progressif, 1997.
Nasir, Sahilun A. , pemikiran Kalam (teologi islam). Jakarta : Rajawali Pers, 2010.
Rozak, Abdul dan Rosihin Anwar, Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Setia, 2001.







[1]Ahmad  Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab- Indonesia ( Surabaya : Pustaka Progressif, 1997), h. 1271.
                                                                                                                                     
[6] Ahmad  Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab- Indonesia, h. 181.
[7] Syekh hafizh Ahmad Al Hakam, Benarkah Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah ( Jakarta : Gema Insani Press, 1994), h. 249-250.
[8]  Syekh hafizh Ahmad Al Hakam, Benarkah Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, h. 251-252.
[10] Syekh hafizh Ahmad Al Hakam, Benarkah Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, h. 262-263.
[13]Abdul Rozak dan Rosihin Anwar, Ilmu Kalam ( Bandung : Pustaka Setia, 2001), h. 142-143.
[14]Sahilun A. Nasir , pemikiran Kalam (teologi islam)(Jakarta : Rajawali Pers, 2010), h. 202.
[15] Abdul Rozak dan Rosihin Anwar, Ilmu Kalam, h. 124.

This post have 0 komentar


:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100

Next article Next Post
Previous article Previous Post