KUFUR MENURUT AL-QUR`AN, HADIST DAN ALIRAN-ALIRAN KALAM
A.
Pendahuluan
Kata-kata kufur terdengar begitu mengerikan. Masyarakat pada
umumnya mengartikan kufur ialah orang yang tidak beragama islam.
Secara garis besar kufur termasuk dari tema khusus dalam pembahasan
kalam. Para Mutakallim berbeda-beda dalam merumuskan makna kufur itu sendiri.
. Sebanarnya bagaimana kufur itu? Dan seperti apa Al-Quran, Hadist
dan Mutakalimin mendifinisikan kufur?
B.
Pengertian kufur
Secara etomologi kufur berasal dari kata kafara-yakfuru-kufran yaitu
menutupi[1].
Secara istilah (termonologi) kufur ialah kebalikan dari iman yakni tidak
meyakini Allah dan rasulnya dengan hati, lisan, dan perbuatan.
Dalam istilah Tawhid kufur dikelompokkan menjadi dua bagian : ada
kufur besar dan ada juga kufur kecil.
Kufur besar ialah yang kekufuran yang bisa mengeluarkan seseorang
dari agama islam.[2]
Seperti berubahnya keyakinan seseorang terhadap Allah, atau ia mendustakan
Allah atau pun rasulnya, menyekutukan Allah.
Sedangkan kufur kecil atau bisa pula disebut kufur amali ialah
kekufuran yang tidak sampai mengeluarkan seseorang dari agama islam.
Sebagaimana dosa-dosa yang di dalam al-Qur’an dan hadist disebut sebagai dosa
kufur akan tetapi tidak mencapai maqam kufur besar.[3]
C.
Kufur menurut al-Qur`an dan hadist
Di dalam al-Qur`an, kufur mempunyai banyak istilah dan kategori.
Beberapa diantaranya ada yng disebut dengan kufr al-inkar, kufr al-juhud,
kufur an-nifaq, kufr as-syirk, kufr an-ni’mat dan kufr al-irtidad.[4]
Yang dimaksud kufr al-inkar ialah kekufuran yang disebabkan
dia tidak mempercayai keberadaan tuhan, orang-orang ini beranggapan alam ini
berjalan dengan alamiah. Mereka hanya mempercayai hal-hal yang bersifat
material dan alamiah. Mereka biasa pula
disebut kaum eties. Kufr al-Inkar ini ada digambarkan dalam al-Qur`an
pada surah al-Jatsiyah ayat 24 :
(#qä9$s%ur $tB }Ïd wÎ) $uZè?$uym $u÷R9$# ßNqßJtR $uøtwUur $tBur !$uZä3Î=ökç wÎ) ã÷d¤$!$# 4 $tBur Mçlm; y7Ï9ºxÎ/ ô`ÏB AOù=Ïæ ( ÷bÎ) öLèe wÎ) tbqZÝàt ÇËÍÈ
24. Dan mereka berkata:
"Kehidupan Ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan
kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan
mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain
hanyalah menduga-duga saja.
Kufr ini dikategorikan sebagai kufur besar.[5]
Kemudian kufr al-Juhud. Al-Juhud berasal dari kata jahada-yajhadu-jahudan
aw juhudan ( (جحودا
yang bisa bermakna kafara, kadzdzaba; yakni kufur,mengingkari atau
mendustakan[6].
Dalam al-Qur`an surat an-Naml ayat 13-14 Allah berfirman:
$¬Hs>sù öNåkøEuä!%y` $oYçG»t#uä
ZouÅÇö7ãB (#qä9$s% #x»yd ÖósÅ ÑúüÎ7B
ÇÊÌÈ (#rßysy_ur
$pkÍ5
!$yg÷FoYs)øoKó$#ur öNåkߦàÿRr&
$VJù=àß
#vqè=ãæur
4 öÝàR$$sù
y#øx. tb%x.
èpt7É)»tã
tûïÏÅ¡øÿßJø9$#
ÇÊÍÈ
13.
Maka tatkala mukjizat-mukjizat kami yang jelas itu sampai kepada mereka,
berkatalah mereka: "Ini adalah sihir yang nyata".
14. Dan mereka
mengingkarinya Karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka
meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang
berbuat kebinasaan.
Dan
surah al-Baqarah ayat 146:
tûïÏ%©!$# ãNßg»uZ÷s?#uä |=»tGÅ3ø9$#
¼çmtRqèùÌ÷èt $yJx.
tbqèùÌ÷èt
öNèduä!$oYö/r& ( ¨bÎ)ur $Z)Ìsù öNßg÷ZÏiB
tbqßJçGõ3us9
¨,ysø9$# öNèdur tbqßJn=ôèt
ÇÊÍÏÈ
146.
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang Telah kami beri Al Kitab (Taurat
dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri[97].
dan Sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal
mereka Mengetahui.
[97] mengenal Muhammad
s.a.w. yaitu mengenal sifat-sifatnya sebagai yang tersebut dalam Taurat dan
Injil.
Melalui beberapa ayat di atas definisi kufr al-Juhud ialah
tahu akan kebenaran ajaran tuhan, akan tetapi enggan meyakini dan
mempercayainya. Salah satu contoh yang sangat lumrah untuk mengambarkan kufr
al-Juhud ini ialah Fir’aun dan kaum yang mengikutinya. Kufur ini pun
dikategorikan salah satu dari kufur besar.[7]
Selanjutnya Kufr an-Nifaq, seseorang yang dikategorikan
sebagai kufr an-Nifaq ini ialah seseorang yang islam secara lahiriyah saja dan
melakukan ibadah hanya dikarenakan ria ataupun sombong. Ia mengaku mu`min di
hadapan orang-orang mu`min lainnya. Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Baqarah
ayat 8-10:[8]
z`ÏBur
Ĩ$¨Y9$# `tB
ãAqà)t
$¨YtB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$$Î/ur ÌÅzFy$# $tBur
Nèd
tûüÏYÏB÷sßJÎ/
ÇÑÈ
cqããÏ»sä ©!$# tûïÏ%©!$#ur
(#qãZtB#uä $tBur
cqããyøs
HwÎ) öNßg|¡àÿRr&
$tBur
tbráãèô±o
ÇÒÈ
Îû
NÎgÎ/qè=è% ÖÚz£D ãNèdy#tsù
ª!$# $ZÊttB
( óOßgs9ur ë>#xtã
7OÏ9r&
$yJÎ/
(#qçR%x. tbqç/Éõ3t
ÇÊÉÈ
8. Di
antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari
kemudian[22]," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman.
9. Mereka hendak menipu
Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya sendiri
sedang mereka tidak sadar.
10. Dalam hati mereka ada
penyakit[23], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang
pedih, disebabkan mereka berdusta.
[22] Hari kemudian ialah:
mulai dari waktu mahluk dikumpulkan di padang mahsyar sampai waktu yang tak ada
batasnya.
[23] yakni keyakinan mereka
terdahap kebenaran nabi Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu,
menimbulkan kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap nabi s.a.w., agama dan
orang-orang Islam.
Kufr as-Syirk, yang
dinamakan kufr as-syirik ialah
orang yang beranggapan tuhan itu tidak satu melainkan mempunyai sekutu
atau melakukan pengharapan dengan selain pada-Nya. Akan tetapi pada dasarnya
syirik terbagi dua, ada syirik besar dan ada juga syirik kecil.[9]
Syirik besar ialah menyukutukan Allah. Sebagai mana dalam al-Qur`an
:
116. Mereka (orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai
anak". Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan
Allah; semua tunduk kepada-Nya.
Syirik besar inilah yang menurut sebagian ulama dikategorikan
sebagai kufur. Sedangkan syirik kecil ialah seperti riya. Kenapa riya? Karena
melakukan ibadah bukan karena Allah melainkan karena yang lain yang berhubungan
dengan duniyawi. Bersumpah selain dengan nama Allah-pun dikategorikan sebagai
syirik kecil sebagai mana hadis nabi :
من حَلَفَ بِغَيْرِ اللّهِ فَقَدْ اَشْرَكَ
“Barang siapa bersumpah dengan selain Allah, maka dia telah
syirik”(HR Abu Muslim).[10]
Kufr an-ni’mah, yang termasuk kategori ini ialah mepergunakan nikmat yang Allah
berikan kepada hal-hal yang diridhainya, tidak mensyukuri nik mat yang telah
Allah karuniakan kepadanya atau bahkan merasa bahwa hasil yang ia dapat hasil
dari usahanya sendiri.
Mengenai ini Rasulullah bersabda :
مَنْ
لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيْلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيْرَ وَمَنْ لَمْ يَشْكُرِ
النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللهَ، وَالتَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللهِ شُكْرٌ وَتَرْكُهُ
كُفْرٌ وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ.
“Barangsiapa tidak mensyukuri yang sedikit maka dia tidak akan mensyukuri atas yangg banyak dan barangsiapa yang tidak berterima kasih kepada manusia maka dia tidak bersyukur kepada Allah. Menceritakan sebuah ni’mat kepada orang lain termasuk dari syukur dan meninggalkan adalah kufur bersatu adl rahmat dan bercerai-berai adalah azab.”( Atsar marfu’ yang ditakhrij oleh Ibnu Qayyim dalam Madarijus Salikin)[11].
Penggambaran kufur ini dapat kita simak bersama dalam surah Yunus
ayat 23 :
!$£Jn=sù öNßg8pgUr& #sÎ)
öNèd tbqäóö7t
Îû
ÇÚöF{$# ÎötóÎ/ Èd,ysø9$#
3 $pkr'¯»t
â¨$¨Z9$# $yJ¯RÎ)
öNä3ãøót/ #n?tã Nä3Å¡àÿRr& ( yì»tG¨B
Ío4quysø9$# $u÷R9$# ( ¢OèO $uZøs9Î)
öNä3ãèÅ_ótB Nä3ã¤Îm7t^ãZsù $yJÎ/
óOçFZä.
cqè=yJ÷ès?
ÇËÌÈ
23. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka,
tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai
manusia, Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil
kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, Kemudian kepada Kami-lah
kembalimu, lalu kami kabarkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.
Kemudian dalam dalam surah Yunus ayat 12 ada pula dijelaskan :
#sÎ)ur
¡§tB z`»|¡RM}$# Ø9$#
$tR%tæy ÿ¾ÏmÎ7/YyfÏ9 ÷rr& #´Ïã$s% ÷rr& $VJͬ!$s%
$£Jn=sù
$uZøÿt±x.
çm÷Ztã ¼çn§àÑ
§tB br(2
óO©9 !$oYããôt 4n<Î) 9hàÑ
¼çm¡¡¨B
4 y7Ï9ºxx.
z`Îiã
tûüÏùÎô£ßJù=Ï9
$tB
(#qçR%x. cqè=yJ÷èt
ÇÊËÈ
12. Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa
kepada kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah kami
hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat),
seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada kami untuk (menghilangkan) bahaya
yang Telah menimpanya. begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang
baik apa yang selalu mereka kerjakan.
Kemudian kufr al-Irtidad ialah seorang muslim yang keluar
dari keislamannya. Tren sekarang penyebabnya ialah karena menikah ldengan agama
lain, sehingga rela melepaskan keislamannya.
Dari beberapa definisi diatas, tentunya kita pasti bisa melehat
mana yang dikategorikan kafir besar dan mana yang dikategorikan kafir kecil.[12]
D.
Kufur menurut Mutakallimin
Para mutakalim berbeda pendapat dalam perumusan mengenai kufur ini.
1.
Paradigma Khawarij
Khawarij ialah kelompok yang keluar dari golongan Ali pada
peristiwa tahkim. Pandangan teologis mereka –khususnya yang berkaitan
dengan iman dan kufur- lebih terlihat mementingkan politisi ketimbang
ilmiah-teoritis. Hal ini dapat dibuktikan, karena khawarij mula-mula
mempermasalahkan persoalan teologi seputar masalah Ali dan Muawiyah melakukan tahkim
kepada manusia. Yang mereka permasalahkan ialah ”Apakah Ali dan
pendukungnya adalah kafir atau masih mu`min?” “Apakah Mu’awiyah dan
pendukungnya telah kafir atau tetap mu`min?” jawaban dari pertanyaan
pertanyaan inilah yang menjadi dasar pijakan pemahaman teologi mereka.
Mereka beranggapan Ali dan
Mu’awiyah beserta pendukungnya telah melakukan dosa besar karena melakukan
tahkim terhadap manusia. Menurut mereka (kecuali khawarij Najdah) pelaku dosa
besar adalah kafir dan akan disiksa di neraka selama-lamanya.
Khawarij Azariqah malah mengunakan istilah yang lebih ‘mengerikan’,
mereka beranggapan setiap orang yang tidak ikut bergabung pada mereka adala
musyrik. Dan pelaku dosa besar telah menjadi kafir milah (agama) yaitu
telah keluar dari agama islam, dan akan kekal di neraka bersama orang-orang
kafir lainnya.[13]
2.
Paradigma Mu’tazilah
Permasalahan yang muncul dikalangan mu’tazilah yang sekaligus
mengawali kemunculan aliran ini ialah mengenai status pelaku dosa besar,
apakah masih beriman atau telah kafir.
Sebagai mana disebutkan sebelumnya bahwa khawarij menempatkan
pelaku dosa besar sebagai kafir. Sedangkan mu’tazilah tidak menempatkan pelaku
dosa besar tetap mu`min atau telah kafir. Akan tetapi diantara keduanya, atau
biasa mereka menyebutnya dengan istilah “Manzilah baina manzilatain”.
3.
Paradigma Asy’ariyyah
Pada mulanya pendiri aliran asy’ariyyah Al- Asy’ari penganut ajaran
mu’tazilah. Ia keluar dari aliran mu’tazilah disebabkan kekhawatiran terhadap
mu’tazilah yang terlalu mengedepankan akal pikiran.
Asy’ariyyah yang mengambil jalan tengah antara mu’tazilah (yang
rasional) dan golongan ahli hadist anthropomorphist (yang tekstual) [14]mengonsepkan
kufur adalah kebalikan dari iman. Berbeda dengan Mu’tazilah, Asy’ariyyah mempridikatkan
seseorang kalau tidak mu’min, ia kafir. Kedudukan pelaku dosa besar tidaklah
kafir, akan tetapi ia fasik. Karena menurut mereka iman tidak mungkin hilang
karena dosa selain kafir.[15]
E.
Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa
kufur terbagi dua bagian, yaitu: kufur besar dan kufur kecil.
Kufur besar ialah kekufur yang bisa mengeluarkan seseorang pada
agama islam.sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur`an; Seperti kufur ingkar,
kufur juhud, kufur nifaq, kufur syirik dan kufur irtidad.
Sedangkan kufur kecil ialah kekufuran yang tidak sampai mengeluarkan
seseorng dari agama islam. Seperti kufur
nikmat.
Pandangan ulama kalam, ada yang menghukumi pelaku dosa besar
sebagai kafir, ini menurut aliran Khawarij. Akan tetapi menurut aliran kalam
yang berikutnya yaitu Mu’tazilah mengatakan bahwa pelaku dosa besar tidaklah
kafir maupun mu`min, akan tetapi antara keduanya “manzilah baina manzilatain”.
Sedangkan menurut Asy’ariyah kafir ialah kebalikan dari iman. Pelaku dosa
besar hanya dipridikatkn fasik.
DAFTAR PUSTAKA
Al Hakam, Syekh hafizh Ahmad, Benarkah Aqidah Ahlussunnah wal
Jamaah. Jakarta : Gema Insani Press, 1994.
Munawwir, Ahmad
Warson, Al-Munawwir: Kamus Arab- Indonesia. Surabaya : Pustaka
Progressif, 1997.
Nasir, Sahilun
A. , pemikiran Kalam (teologi islam). Jakarta : Rajawali Pers, 2010.
Rozak, Abdul dan Rosihin Anwar, Ilmu Kalam. Bandung :
Pustaka Setia, 2001.
http://alatsari.wordpress.com/2008/02/15/definisi-kufur-dan-jenis-jenisnya/ (diunggah pada
tanggal 12/03/12).
http://blog.re.or.id/nikmat-allah-syukurilah-dan-ujian-nya-sabarilah.htm (diunggah pada tanggal
28/03/2012).
http://www.babinrohis-nakertrans.org/artikel-islam/kufur-dan-karakteristiknya-dalam-al-quran (diunggah pada tanggal 11/03/12).
[1]Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir:
Kamus Arab- Indonesia ( Surabaya : Pustaka Progressif, 1997), h. 1271.
[2] http://alatsari.wordpress.com/2008/02/15/definisi-kufur-dan-jenis-jenisnya/ (diunggah pada tanggal 12/03/12).
[3] http://alatsari.wordpress.com/2008/02/15/definisi-kufur-dan-jenis-jenisnya/ (diunggah pada tanggal 12/03/12).
[5] http://www.babinrohis-nakertrans.org/artikel-islam/kufur-dan-karakteristiknya-dalam-al-quran (diunggah pada tanggal 11/03/12).
[6] Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir:
Kamus Arab- Indonesia, h. 181.
[7] Syekh hafizh Ahmad Al Hakam, Benarkah Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah
( Jakarta : Gema Insani Press, 1994), h. 249-250.
[8] Syekh hafizh Ahmad Al Hakam, Benarkah
Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, h. 251-252.
[10] Syekh hafizh Ahmad Al Hakam, Benarkah Aqidah Ahlussunnah wal
Jamaah, h. 262-263.
[11] http://blog.re.or.id/nikmat-allah-syukurilah-dan-ujian-nya-sabarilah.htm (diunggah pada tanggal 28/03/2012)
[13]Abdul Rozak dan Rosihin Anwar, Ilmu Kalam ( Bandung : Pustaka
Setia, 2001), h. 142-143.
[14]Sahilun A. Nasir , pemikiran Kalam (teologi islam)(Jakarta :
Rajawali Pers, 2010), h. 202.
[15] Abdul Rozak dan Rosihin Anwar, Ilmu Kalam, h. 124.
This post have 0 komentar
:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100