Dayak: Uapacara Manajah Antang

author photo March 15, 2013

A.    Pendahuluan
Indonesia adallah negara yang paling bnyak suku dan ras, baik Madura, Jawa, Sunda, Bugis, dan Dayak, bahkan masih bnyak lagi yang  lainnya, oleh karena itulah  Indonesia adalah negara yang pling banyak di  minati oleh orang-orang  luar Indonesia. Pada dasarnya Indonesia memiliki laut yang luas yang di hiasi oleh tumbuh karang terbaik dan ikan yang terbanyak di dunia dan memiliki pulai yang begitu banyak nan indah, lag mempunyai hutan yang sangat luas, gunung, sungai, tanah yang sangat subur suhu yang yang sedang di bandingkan  dengan negara lain.
Indonesia terkenak juga dengan suku-suku etnisnya, salah satunya adalah Dayak, suku Dayak adalah suku yang hiidupnya di pedalaman Kalimantan, meraka berasing dari suku-suku yang lain, suku dayak sangatlah peka dengan kekuatan spiritualnya dan juga sangat terbukti dengan kesaktiannya oleh karena itulah wajar orang Barat menamanakan suku Dayak dengan Suku Kanibal.
Suku Dayak sangatlah peka dengan sebuah mitos, kaerann mitos;lah yang menjadi sumber rujukan meraka selama ini, mulai dari  nenek moyang meraka hingga sekarag, mitos adalah sebuah cerita yang menceritakan cerita massa silam yang berkaitan dengan keyakinana dan kekeuatan spiritual. Dalam mitos ada terdapat sebuah keyakinan tentang roh-roh yang berada di alam sebelah yang bisa di mintai peertolongan dengan ppersyaratan-persayaratan yang sangat mudah di dapat bagi suku mereka, yaitu dalam sebuah uapara yaangmereka namakan dengan Manjah Antang, apa sebenarrya arti dari manajah dan antang, dan dari mana asal-usul manjah antang dan bagaimana persyaratan-persyaratan yang harus di lakukan ketika hendak memulai ritual tersebut dan bagaimana tentang pantangannya? Berikut adalah sedikit ulasan mengenai permasalahan tersebut.
B. Manajah
Jika di telusuri dari pokok dasar katanya maka, Manajah di ambil dari asal kata bahasa Sangiang[1]. Yang artinya di termajemahkan dalam bahasa sehari-hari dayak Ngaju adalah Mantebau, mengahau, mangatah, manambawa,  sedangkan Najah adalah sebuah kata dasar dari Manajah yang berartikan tebau, ngabau, Nagtah. Jika di tinjjauu dari sebauh kamus Dayak Indonesia maka kata Manajah mempunyai arti dengan Memangil, sedangkan Tajah panggil, seruan, pekikan,[2] perbedaan arti di atas bukanlah  hal  yangcukug di siknifikan tetapi pada dasarnya mempunyai maksut yang saama ketika sang Tawur[3].
C. Antang
Antang adalah bahsa dari suku dayaak nagju yang dapat di artikkan  ke dalam bahasa Indonesia dengan Burung yang beradaa di udara, dalam dunia orang Dayak burung itu sangat banyak (Antang itu banyak)  seperti Antang Bijang, Antang Bahadang, Antang Pipit, Antang Tanjaung dan masihbanyak lagii ragamnya Anytang dari kalangan Dayak. Tetaapi keterangan tersebuut di persempit dengan mengemukakan yang di maksut Antang itu adalah Burung Elang yang berada di udara (Elang Biasa) Antang Alam atau Anatang Manuk,  akan tetapi ppada kenyataan yang  di adakan atau yang  di maksut dalam kalimat Antang dalam konsep salah satu ritual Dayak adalah memanggil Antang Ganan Tajahan, Antang ini di katakan oleh suku dayak adalah sosok elang Sakti Antang tersebut pada mulanya adalah seorang Manusia Gaib yang berasal dari alam lain.[4]
Memaanggi Antang bukanlah sesuatu yang gampaang untuk ddi lakukaan, memanggil Antang harus di sertai deagan namanya, di ceriatakan bahwa Antang ini bertugas menjaga suatu kamppung dari segaala musibah, akan tetapi dia di seratai dengan Patahu[5]. Oleh sebab itulah nama Antang juga berbeda-bedaa tergantung dengan tugas apa yang di kerjaakan untuk masyarakat yang dayak yang sudah melakukan kedekatan spiritual dengannya. Ada yang bernama Antang Layang Bagunting Lamiang yang di sinyalir tempat di desa Tumbang Hakau, sedangkan di Kurun ada Antang Pating Tumbang Tarusan, Antaang Passing Hulu Rungan, Antang lawang Karai, Antang Telu Hakanduang Kumpang, Antang Kayu Tumbang Simpul.[6]
D. Asal Usul Antang
Sipenulis Jurnal mengataka bahawa mencari asal usul Antang bukanlah semudah mencari beras di toko beras, akan tetapi mencari sebutir beras di padang pasir, di karenakan sulitnya melacak jejak Antang dan tidak ada bukti yang akurat secara Ilmiyah untuk mengkonsepkan hal demikian. Di samping demikian si penulis Jurnal juga mengatakaan bahwa selain buktii yang nyata yang sukar di peroleh juag di karenakn faktor penjelsan dari waraanna atau sesepuh setemmpatt yaang berbeda-beda. Ada yang menagataakan bahwa Antang yang di  maksut adalh keturunan Manusia pertama.[7] Menurutnya bahwa segala makhlluk yang kejadiaannyaa bberasal dari darah yang ppertaama tersebut menjadi mush bagi manusia kecuali Antang dan Pantahu.[8]
Selain penjelasan di atas mengenai Antang dan pantahu ada lagi sebuah  penjelasan lisan bahwa Antang dan Pantahu itu adalah keturunan maha raja Bunu yang termasuk dari sembilan turun dan sembilan lapis, yang sudah berpindah ke alam Gaib, (Menjadi manusia gaib) dan tidak mati sesuai dengan janji Hatalla[9]. Mengenai persoalan Antang bisa di panggil dalam seebuah upacara yang  di perrintahakan oleh Ranying Haatalla yang konon katanya telah membagi tugas kepada para anak buahnya, salah satunya adalah Antang.[10] Selain itu juga ada salah satu pendapat lagii yang mengatakan kenapa Antang bisa di panggil, karena Antang merupakan nenek moyang dari bangsa Dayak sendiri.[11]
C. Asal Usul Tajahan
Antang adalah sosok makhluk yang berbagai macam orang berpendapat ada yang mmengatakan dari kalangan Burung, manusia yang berpindah alam (Ke alam gaib) ada yang  mengatakan itu sebagi sosok manusia yang sudah wafat tapi masih bisa di minyai pertolongan, sebagai sebuah pendapat mengenai Antang Manajah, pemanggilan Antang di tempat yang namanya Tajahan, menurut suku dayak Tajahan adalah sebuah tempat yang tidak jauh dari kawasan penduduk, selain itu merekan juga mengatakan bahwa Tajahan itu sebgai tempat Karamat. Menurut Hans Scharer dalam bukunya “Ngaju Religion”  mengatakan bahwa Taajahan ada dua macam, Tajahan Tiwah dan tajahan Kayau, mengenai tajahan tiwah itu ternyata dibuat oleh para suku Dayak setelah malaksanakan upacara Tiwah ppada zaman silam, sedangkan tajahan Kayau yaitu tajahan yang  di buat oleh suku dayak pada massa silam ketika menyambut seseorang dari mengayau, selain pendpat tersebut adalagi sebuah pendapat yang mengatakan bahwa tajahan itu memang ada dua, tapi bukan yang di katakn  di atas tersebut melainkan adalah Tajahan Taluh dan Tajahan Ain Uluh Kalunen.
Tajahan Taluh  adalah Tajahan yang tidak dibuat oleh manusia[12], ia begitu saja ada secara murni, pada kebiasaannya tajahan ini berada di tengah-tengah hutan yang jauh pada tempat tinggal penduduk selain itu konon ceritanya tenpatnya pun juga sangat angker, mengenai cirinya adalah banyaknya pohon diwung yang tumbuh di sekitar tajah tersebut, pada masyarakat Dayak menamai tajahan seperti ini dengan Pahewan.  Mengenai Tajahan ain uluh kalunen adalah tajahan yang dibuat oleh tangan-tangan Manusia(Khususnya suku Dayak sendiri. Mengenai tanda tajah seperti ini biasanya dengan banyaknya patung-patung di sekkitar Tajahan. Menurut suku Dayak mengenai tajahan yang di buat oleh tangan manusia ini ada beberapa macam di antaranya adalah tajahan halamung Balanga, Tajahan Tiwah dan tajahan Kayau dan yang terakkhir adalah tajahan ain uluh Kabuat,[13] suku dayak ketika membuat tajahan bukanlah sesuatu yang gampang, tidak sembarang dan tidak asal-aslan di karenakan bahwa tajahan yang di buat oleh suku Dayak ini sesuai dengan perintah orang gaib atau makhluk halus dengan cara menampakkan dirinya terhadap orang pilihan tersebut. Teetapi jika sesorang yang di temui makhlus halus tersebut yang di perintahkan untuk membuat tajahan maka pemberian nama tajahan itu sesuai dengan nama si pembuatnya, misalnya: tajahan Ohong, yang bertenpat di Kuala Kurun.[14]
Mengenai penghuni dari tajahan tersebut, baik dari tajahan yang lahir secara murni dan lahir dengan perbuatan manusia sendiri, di antara penghuni yang di yakini oleh suku dayak sendiri adalah: Nyaring Pampahilep, para suku dayak menganggap penghuni yang satu ini dengan Iblis, Jin dan Roh-roh gaib lainnya yang di yakini sebagai sosok yang mau membantu para penduduk jika di mintai pertolongan,[15] selain itu yang paling utama menurut suku Dayak penghuni itu tajahan adalah Antang.
Suku dayak juga meyakini tentang kabulnya harapanyang teah di minta mereka teerhadap Antang tersebut yang beertemppat di Tajahan, tetapi mereka juga beranggapan bahwa tidak semua Tjahan ada Antangnya, hanya tajah tertentu saja yang ada Antangnya. Seluruh penghuni tajahan yang berupa roh-roh semuanaya adalah jahat tidak terkacuali Antang yang suka menolong manusia, selain itu jika saja manusia tidak memberi sesajen kepadanya maka Antang akan  memberikan malapetaka kepada manusia tersebut selian itu jika tempat mereka (Tajah) di gangguu atau  di rusak maka Antang akan  memberikan malapetaka juga kepada manusia.[16]
Kerusakan Tajahan bagi suku Dayak adalah sangat di takutkan, oleh karena itulah suku Dayak jika ada keruusakan atau ada yang merusak Tajahan maka akan di adakan denda dan kkemudian di adalah upacara permohonan ampun terhadap penghuni tajahan tersebut, dan uniikknya, penghuni tajahan tersebuut konon katanya makanannya adlah darah mentah[17].
E. Manajah Antang
Suku dayak pada umumnya sangat di edentikan dengan nuansa spiritual dan mereka sangat percaya dengan hal-hal yag gaib dan mistis. Mistis adallah jiwa bagi mereka, satu hari  saja mereka hidup tanpa adanya kekuatan spiritual yang sudah mereka yakini,meraka akan merasa kurang sempurna dalam kehidupannya, begitu juga kekuatan mistis yang ada di dalam upara Manjah Antang ini.
Manajah antang pada umumnya adallah adalah sebuah upacara yang di lakukan sukuu Dayak untuk memanggil roh-roh Gaib untuk di mintai sesuatu baik  itu tanda-tanda ataupun petunjuk yang berhubungan dengan kelangsungan dan kebahagiaan manusia ppada umumnya, yang bertujuan untuk ke masa depan, upacara ini merupakan salah satu upacara yang di katakan oleh bangsa dayak sebagai permohonan kepada sang Tuhan daam rangka mengatasi persoalan aspek keehidupan[18].
Uapcara manajah antang adallah jalan terakhir yang mereka lakukan untuk mengatasi perso’alan hidupnya, baik itu kketika mendapatkan musibah atau dalam keadaan-keadaan yang sangat penting seperti;
a.       Dalam keadaan perang.
Ketika suku dayak hendak melakukan suatu peperangan maka uppacara manajah antang ini akan di lakukan, pelaksanaan upacara manjah antang ini akan di lakukan sebelum berangkat peperangan untuk mengetahui siapa yang bakalan menang, ini untuk mempermudahh jika saja mereka sudah tahu mereka bakalan kalah, maka meraka tidak jadi berangkat perang dan sebaliknya[19].
b.      Peristiwa orang hilang.
Ketika ada salah satu warga dari suku dayak di nyatakan hilang (tidak ada di tempat tersebut) maka suku dayak akanb melaksanakan uapacra manajah Antang tersebut untuk mengetahui apakah yang hilang ini masihh hidup ataukah sudah wafat, kalau wafat apa sebabnya, dan kalau masih idup di dia berada sekarang.
c.       Orang yang sakit keras.
Suku dayak juga menggunakan upacara manajah antang sebagai upacara yang di adakan ketika ada dari suku dayak sakit keras untuk mengetahui apakaah orang tersebut masi bisa di sembuhkan atau tidak bisa lagi,, jika masih bisa di sembuhkan maka bagaimanacara menyembuhkannya, dan siapa yang bisa menyembuhaknnya dan di mana tempat orang tersebut.[20]
d.      Untuk mendirikan lokasi tempat mendirikan kampung.
Suku dayak sangat mempercayai dnegan kekuatan mistis yang mereka miliki dan mereka yakini, hingga pada saat memelih lokasi untuk medirikan perkampungan saja tetap menggunakan upacara manajah antang sebagi perwakilan untuk di tanyai di mana tempatnya, subur atau tidak tanahnya, banyak atau tidak makanannya di tempat tersebut , air sungainya bagaimana, ada apa di sana. Pada masa silam peemilihan ini di lakukan oleh para nenek moyang mereka ketika hendak mencari tepat tinggal yang nyaman untuk di jjadikan perkampungan[21].
F. Asal Usul Upacara Manajah Antang
Suku dayak dalah agama yang di katakan dengan agama etnis, dari sinilah tercipta sebuah nama agama yag di katakan dengan Kaharingan, agama suku dayak banyak sekali yang menyamakannya dnegan agama Budha dan Hindu, akan tetapi secara keyakinan yang di anut  oleh suku Dayak ada sedikit perbedaan begitu pula jika di tinjau dari aspek upacara yang mereka lakukan. Salah satunya adalah upara yang di katakan dengan manajah antang.
Manajah antang diceritakan bahwa pada jaman dahulu manajah antang ini juga di lakukan oleh orang-orang atas langit (kayangan)  di antaranya adalah Lewu Batu Nindang Tarung, Liang angkar Bantilong Nyaring.[22] Batu Nindan Tarung merupakan tempat Raja Bunu menerima segala ajaran dan berbagai macam tata_upacara sebe;ul dia dan sebelum keturunanannya di turunkan ke pantai Danun Kalunen.  Dengan demikianlah masyarakat Dayak lebih meyakini tentang kebennarannya langsung yang bersal dari Hatalla.
Suku dayak sangatlah kuat dan meyakini dengan Mitos yang di anggaf sebagai panduan kehidupan mereka, oleh karena itulah pada permasalahan ini mereka juga meyakini Manajah Antang  dengan sebuah Mitos, mitos tersebut adalah:
“setelah sekian lama kketurunan Raja Bun telah tinggal di temapat yang telah di tentukan oleh Ranying Hatalla yaitu Lewwu pantai daun Kelunen. Berbagai macam permasalahan yang mereka alami, mereka tidak memiliki tata aturan dalam kehidupan mereka telah memulai melupakan segala aturan dan ajran dari Ranying Hatalla. Keadaan yang seperti ini di oleh ranying Hatallasebagai kadaan yang tidak baik, kemudian Ranying Hatallla mengirim utusannya untuk turun ke pantai danum Kalunen dan memberikan ajaran kepada semua keturunan Raja Banu, sedangkan seseorang yang di turunkan untuk memberikan pelajaran tersebut di sebut dengan Bawi Ayah.[23]
Pertama kali Bawi Ayah ini turun ke bumu yaitu bertempat di bukit Tantan Samatuan, (Bukit Kaminting) di sanalah tempat asal Ranying Hatalla menurunkkan Manusia,yaitu tepat menurunkan raja Bunu pada zaman dahulu, jumlah mereka sebanyak 160 laki-laki dan 160 perempuan di  tempat itulah mereka memberikan pelajaran kepada Raja Bunu, yang kedua mereka turun di Tumbang Habboon yaitu di batu Latah Antang, namun ajaran yang di beeriakan di tempat ini masih bellum matang[24]. Sedangkan yang ketiga kalinya di  turunkan di Tangkaben.
Pertama kali yang di tugaslkan untuk turun di Tangkaben itu adalah Ungkuh Jalayan, dia ini merupakan utusan dari Bawi Ayahtujuannya turun yaitu untuk memberi tahukan tentang kedatanagan Bawi Ayah dan menentukan tempat tinggal Bawi Ayah berupa Balai untuk tempat mengajarkan pengetahuan setela tempat tersebut di tentukan, Ungkuh Kelayan kembali keLawu Pantai Danun Sangiang, dengan tujuan kembalinya adlah mempersiapakan segala macamm keperluan . mereka membangaun Balai tersebut dengan 160 kamar begitu juga untuk laki-laki dan wanita, setelah semua siapa maka Ungkh Kelayanpun Naik ke dalam Bala tersebut untuk memberiatahuakn bahwa tugasnya telah  di laksanakan, maka turunlahlah Bawi Ayah tersbut bersama Ungguh Kelayan\.kemudian mulailah mereka mengajar kepada orang-orang yang ada di tempat tersebut,, bagimana mebuat ketupat yang di ajarkan oleh Indu Sangumang, bagaimana mendiriikan rumah, bagimana membuat perahu, mengajar orang Balian, dan segala macam yang bersangkutan dengan keperluan hidup kehidupan manusia termasuk hukum adad dan tatacara melakuka ritual upacar tertentu.[25]
Pada waktu pengajaran inilah Bawi Ayah membeeritahukan bahwa dari seluruh ajran inilah yang tepat untuk manusia memriksa pekerjannya dan abagaimana meminta petunjk dengan Ranying Hatalla yaitu dnegan melaksanakan  upacara Manjah Antang.[26]
Dari mitos inilah para suku Dayak meyakini bahwa laur dasar ayau asal usul ritual yang mereka kerjakan itu memang berasal dari ranying Hatalla,  termasuk juag upara Manjah Antang ini. Keyakinan yang meraka anggap sebgai pondasi adalah peluru yang bakaln menjadi kenyataan dalam kehidupan eraka sehari-hari.[27]
F. Proses Pelaksaan Ritus
Manjah Antang adalah salah satu upacar yang di lakukan oleh suku Dayak dengan tujuan untuk memberikan pertolongan yang beetujuan di masa depan, mulai dari hal yang  paling terkecil hingga permmasalahan yang paling besar, di karenakan manjah antang adalah salah satu upacara, maka pasti ada proses berlangsungnya uappacra tersebut. Upacara Manjah Antang di pimppin oleh seorang Imam yang di katakan dengan sebutan Tukang Tawur.[28]
Memang oarang Dayak sangat banyak orang yang bisa manauur tapi tidak  seemua oraang yang bisa memanggin Antag, oarang yang mampu memanggil antang hnyalah oorang yang bisa berbahasa Tawur, tahu nama beras, tahu nama tanah, tahu nama Hatalla dan tahu nama antang yang aan di ppanggil, keran jiika saja teersalah dalam memanggil nama antang maka  antang akan tidak hadir, dan yang paling peenting adalah tukang Tawur yang di yakini mampu memanggil Antang hanyalah keturunan para datu tawur sendiri yang paada jaman dahulu ahli dan mampu memangggil Antang.
Konon katanyaa bahwa walaupun seorang Tawur sudah mengetahuii nama Antang yang sebenaranya, namaun dia buak keturunan dari datok yang ahli dalam Antang, maka Antang tidak akan hadir ketika di adakannya uupacara tersebut, inilah sebabnya jadi di katakan bahwa tidak semua Tawur yang mampu memanggil Antang untuk hadir di saat uopacara di laksanakan[29].
Uapcara Manjah Antang ini cukup singkat, dia tidka perlu  membuat pesat sepeeri upacar ba tewah,hanya cukup kehaadiran Tawur saja. Di bawah ini ada sedikit penjelsan tentang proses uapacara Manajah Antang;
1.      Persiapan tahap pertama
Sore atau pada waktu malam  saat oraang hendak melaksanakan Manajah Antang, tukang Tawur harus melaksanakan Ritus Manawar, upaacara ini harus di lakukan di rumah tuukang Tawur itu sendiri, Tawur ini d tujukankepada Antang Darahen atau sering di sebut dengan Darahen Rajan Antang[30].
1.      Persiapan untuk melengkapi Ritus
a.       Amak Danau (Tikar) untuk di letakannya tempat perlengkapan uapacar dan juga sebgai tempat duduk Tawur.[31]
b.      Sesajen (makanan) di persembahkan untuk Antang Darahen, yaitu sebgai upah atau sebagai ganjaran atas apa yang telah di beriakn kepada oraang yang melakukan ritus ini sebagai ucapan terima kasih. Makan tersebut di aantaranya adalah:[32]
1.      1 ekor Ayam yangbulunya hars berwarna merah dan sebelum di sajekan Ayam ini harus terlebih dahulu di masak.
2.      Ketupat sebanyak 3-7 buah.
3.      Cucur sebanyak 3-7 yang di buat dari tepung beras.
4.      Telur Ayam kampung yang sudah mask sebanyak 1 buah.
5.      Apar (talam yang ada kakinya) yang di gunakansebgai tempat makanan.
6.      Kain, di gunakan untuk mengulasi makanan yang ada di dalam  apar.
7.      Tambak, yaitu sengku yang bentuknya seoeti maangkok berukuran sedang yang terbuat dari alumunium yang diisi dengan beras, di dadalam beeras inilah terkandung kekuasaan Hatalla selian di gunakan sebgai penyambung hidup juga di gunakan sebgai jalan untuk menyanbung  dengan Hatalla dan para leluhur.
8.      Sipa (Giling pinang) sebnayak 7 biji.
9.      Ruku (Rokok) sebanyak 7 batang, dann ini di katakan sebagai lambnag kekuasaan bagi Hatlla untuk pertama kali dan penciptaannya.
10.  7 biji beras yang bersih dan mulus, ini di sebut dengan beras hambaruan,  dan ini jugaa melambangkan raja Uju Haknduang yang merupakan kekuatan dan kekuaasaan Raying Hatalla.[33]
11.  Uang logam. Berguna sebagai Singah (Cahaya) yang memancarkan sinar yang terang sehingga semua itu akan tampak jelas bagi Ranying Hatalla dan para leluhur serta ini juga sebagi perlengkap jika ada kekuarangan di dalam upacara.
c.       Darah ayam yang di simppan dalam mangkokk kecil yang di gunakan untuk memlas semua peralatan, darah sebagai simbol keehidupan dengan di oleskannya darah pada peralataan itu maka itu sebagai cara untuk menghidupakan atau membagkitkan roh-roh yang ada dii peralatan tersebut hingga di lihat oleh Ranying Hatalla dan para leluhur sebagai alat yang di pakai dalam upacara.
d.      Sansiri, (Mangkok kecil) di sebut juga mangkok tawur isinya beras yang di minyaki oleh minyak kelapa kemudian di beri dnegan kikisan perak dan emas kemudian  di olesi dengan darah ayam  sedikit, beras yang di buat demikian di sebut dengan beras tawur.
e.       Boleh di warnai dengan warna kunyit.
f.       Parapen, tempat membaka kemenyan
g.      Tampung tawur, air yang di sucikan yang di seebut dengan Danum Nyalum Kaharingan dengan cara di percikan  ke sagala peralata agar mmenjadi suci.
h.      Lilis, dan uang logam dankikisan emas yang di bungkus dan di ikat di tangan tukang tawur ini merupakan penguat roh (panekang Hambaruan).[34]
2.      Ritus di mulai
a.       Manyaki (memoles darah paada alat-alat ritus, setelah semuanya lengkkpa dan uapaca telah di muali tukang tawur duduk di atas tikar dan mengambil semangkok yaang sudah di isi dengan darah kemudian di manyaki pada alat-alat ritus tersbut setelah itu dia mengambil tapung tawar (Air suci) untuk di percikannya kepada peralataan tersebut[35].
b.      Memulai manawur.
Mengucapkan tandak bebas setelah prose [pertama selesai kemuadian di amabillah mangkok kecil yang bersi dengan baras dan  di putar-putar di atas kemenyan yang sudah berasap di sertai dengan membaca mantra yang di sebut dnegan Talatai Behas beruapa;[36]
“janganlah beras tersebut menyebut dirinya bersal dari manusia melainkan ia memang bersal dari ciptaan raing Hatalla yaitu yang terjadi dari kayu lelak sukah matanandau yang di jadikan menyatu dengan inti kayu erang tinggang, yang keluar akibat suara guntur yang menggelegar di cipatakan oelh ranying Hatlla untuk menyambung kehidupan yang pada jaman dahulu ia di turunkaan dengan mamakaipallangaka bulau lambayungnyabu kepada manusiasebelu ia di turunkan Hatalla terebih dahulu berpesan kegunaannya selain sebgai penyambung hidup manusia ia juga sebgai penghubung manusia dengan Ranying Hatalla dan para leluhurnya.[37]
Kemudian di lanjutkan dengan mengambalikaan Tawur, seteah selesai tahap pertama, maka, selanjutnya tukangtawur mengucapkan  tawwur untuk mengambalikan tawur kepada tempat asalnya untuk menyetu sekali dengan biji beras itu setelah itu tukang tawur mengambil beras hamburan yang di bungkus dengan kain untuk menngetahui jawaban dari antang darahen. Yang pada mulanya bertujuan untuk memeberit tahu kepada antanag darahen bahwa besok sore akan di laksanakannya upara, dengan adanya tawur inilah untuk meminta ijin kepada beliyau.[38]
3.      Acara Puncak[39].
a.       Persiappan tukang Tawur
b.      1 ekor ayam yang berbuku merah
c.       Kikisan eams atau perak
d.      Beliung
e.       Bambu
Setelah itu di mulailah ritus dengan cara.[40]
a.       Manyaki semua peralatan
b.      Mulai manawur
c.       Memnaggil Antang
O,,,, Antang 3X, O tai panjing jeleng ikau dumah batentang tari batimung tesai manintu paatinjun ayum, je nunun kahandak ikei. Ela ikau tarawang ggantung lalu gantungmikeh ikau kalindung salandewen sangking rahan tunggul balu, ampah lawngan baun andau, rendah ela lalu rendahmikeh kaildung kayum sanggalang garing keleh ikau tarawang sadang, ukaa isie anak esum ji huang pantaidanum kalunen tuh mite ikau..... O..... Antang!3X Tai cepatlah engakauu datang menari di atas petinju-petinju yang engkau kehendaki janganlah engaku terbang tinggi terlaluu tinggi takut engkau terlindung oleh awan rendah janganlah engakau terlalu rendah takut engaakau terlindung oleh kayu-kayuann, lebih baik engkau terbang sedangsuapa kami anak cucumu dapat melihat eengkau.
            Setelah kurang dari 15 menit, mana  tukang Tawur diam kemudian melihatv ke atass apakah Antang sudah daatang, dan apabilaa Antang belum datang maka antang mencoba kembali mememanggil dengan mantra sepertii di atas.[41]
G. Pamantang
Mengenai pamantang dalaam acara ini di antaranyaa adalah:[42]
1.      Apabila Antang dayak maka jaangan ada yang berteriak
2.      Dan tidak boleh menyorakinya
3.      Tidak boleh mangacungkan tangan untuk menunjuknya.
            Apabilaa ada seseorang yang mencoba untuk mengoloknya maka dia akan mendapatkan musibah.[43]
H. Kesimpulan
            Urain di atas mengenai sebuah Upacara yang di lalakukan oleh suku Dyak sendiri yaitu manjah Antang ternyata; Manajah Antang adalah salah satu ritual yang  di lakukan oleh suku Dayak untu mengetahui kaadaan di massa depan, apakah baik atukah  tidak dengan bantuan Antang yang mereka yakini sebgaai manusia gaib keturunan dari Ranying Hatalla, selian iitu juga aada beberapa persyaratan yang harus di lakuakan ketika hendak memulai dan kketika memulai dan ketika sudah memulai.
            Manajah Antang adalah jalan terakhir yang di lakukan oleh suku Dayak, baik mengetahui tentang aspek kehidupan atau tentang aspek tempat, mislanya saja ada oraang yang sakit maka akan di lakukan upacara ini untuk mengetahui apaka orang ini ada harapan untuk sembuh, jika ada bagaimana cara menyembuhkkannya dan siapaa yang yang mampu meenyembuhkannya dan di mana rumah si penyembuh nya, dan sebaliknya, jika tidak ada kesemptan untuk laago smebuh maka di mana berapa lama lagi oraang yang sakit ini akkan meninggal, semacam inilah inti sari dari upacara manjah antang.
Daftar Pustaka
Yunadi, Ari,  (2004) Jurnal Dayak-21, Edisi I, Agustus_Oktober, , ISSN:1829-748X.



[1] Kamus Bahsa Dayak Ngaju
[2] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, Edisi I, Agustus_Oktober, 2004, ISSN:1829-748X. h. 22
[3] Taawur dalam bangsa dayak adalah sosok Imam yang memimpin upacara yang bertugas mmennyerukan apa-apa yang hendak di minta aataupun yang inngin di tanyakan dengan suara yang cukup keras yang terkeluardari mulut sang tawur dalam konsep pemanggilan.
[4] Manusia gaaib yang di maksut ini adalah sosok manusia yang dulunya memang ada dalam konsep inndrwai yang kemudia berpiindah alam ke alam metaafisik (Gaib) tidak terlihat mata) yang kemudian berubah wujud menjadai sosok Elang yang sangat sakti. Elang inilah yang di panggil oleh suku Dayak untuk di minta sesuatu.
[5] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 22
[6] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 23. Dan Lihat: Hergogemes Ugang, Menulusuri Jalur—Jalur Kelurahan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983),. h. 42
[7] Menyamae Tunggul Garing Janjabunan laut dan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan.
[8] Antang dan Patahu bertugas menjaga kampung uuntuk keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat yang berada di kampung tersebut, oleh karena inilah Antang dan Patahu sangat dekat dengan Manusia dan menjadi  sebagai salah satu yang di konsepkan sebagai Manjah Antang oleh suku Dayak. Antang dan Patahu satu tugaas yaitu mejaga kaampung dan isinya akan tetapi mereka berbeda tempat, Antang bertugas menjaga dari udara sedangakan Patahu bertugas menjaaga dari kawsan darat dan air. Lihat: Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 23.
[9] Hatalla adalah salah satu nama tuhan yang di yakini oleh suku Dayak khusunya dayak ssuku Hallong, Hatalla adalah Nama Tuhan yang di yakini oleh suku Dayak dalam konsep ketinggian yang paling tinggi, Lihat: H. Abd. Rahman Jaferi, Upacara Adad Bahharin Dalam Masyarakat Dayak Balangan di Halong, Fakultan Ushuluddin IAIN Antasari 2011, h. 56.
[10] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 25.
[11] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 25..
[12] Maksutnya adalah: tempat yang itu memang ada secara natural (murni) tanpa adanya gerak tangan dari manusia.
[13] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 25.
[14] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 25.
[15] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 25.
[16] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 26.
[17] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 26.
[18] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 26.
[19] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 26.
[20]Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 27.
[21] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 27.
[22] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 27.
[23] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 27.
[24] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 28.
[25] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 28.
[26] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 28.
[27] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 28.
[28] Tukang Tawur adallah seoarang yang cerdass atau bisa menjelaskan kemali hal-hal yang orang awam tidak tahu seperti menjelaskan kembali mengenai asl-usul beras, sehingga merubah roh berasa menjadi wujud Manusia yang di sebut dengan Bawin Tawur Sintung Uju, amnaur ini bisa di sebut juga dengan Manandak beras.
[29] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 29.
[30] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 29.
[31] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 29.
[32] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 29.
[33] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 30.
[34] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 30.
[35] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 230.
[36] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 31.
[37] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 31.
[38] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 31.
[39] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 32.
[40] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 30-33.
[41] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 33.
[42] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 34.
[43] Ari Yunadi, Jurnal Dayak-21, . . . . . . h. 32.

This post have 0 komentar


:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100

Next article Next Post
Previous article Previous Post