lembaga sosial

author photo May 14, 2012

1.    Pendahuluan
KELOMPOK SOSIAL

Kelompok sosial merupakan suatu gejala yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung didalamnya. Mungkin Anda tidak menyadarinya, namun suatu kenyataan yang dihadapi adalah bahwa sejak lahir hingga kini Anda telah menjadi anggota bermacam-macam kelompok. Tanpa kita sadari sejak lahir hingga ajal kita sebenarnya menjadi anggoata berbagai jenis kelompok. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan mengapa para tokoh sosiologi senantiasa mempunyai perhatian besar terhadap gejala pengelompokan manusia.[1]
Memang apabila manusia dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya seperti hewan, dia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Karena hewan dikaruniai Tuhan dengan alat-alat fisik yang cukup untuk dapat hidup sendiri, akan tetapi manusia tidak demikian. Alat-alat fisiknya tidak sekuat hewan, akan tetapi manusia dikaruniai alat-alat yang jauh lebih sempurna lagi ampuh dan lebih istimewa dari pada alat-alat fisik hewan yang yang kuat manapun, yaitu pikiran. Pikiran tadi tak dapat secara langsung digunakan sebagai alat hidup, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mencari alat-alat materiil yang diperlukan untuk kehidupan.
Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Manusia harus hidup berkawan dengan manusia-manusia lain dan pergaulan tadi mendatangkan kepuasan dalam jiwanya. Apabila manusia hidup sendirian, misalnya dalam keadaan terkurung di dalam sebuah ruangan yang tertutup sehingga dia tak dapat mendengarkan suara orang lain atau tak dapat melihat orang lain, maka akan terjadi gangguan dalam perkembangan jiwanya. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut social animal (= hewan sosial); hewan yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama.
Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, agaknya yang paling penting dalah reaksi yang timbul sebagai akibat hubungan-hubungan tadi. Reaksi tersebutlah yang menyebabkan tindakan seseorang menjadi luas.
         Telah diterangkan sebelumnya bahwa hidup manusia selalu tergantung dengan manusia yang lainnya dalam memnuhi tiga hajat hidupnya. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya kelopok-kelompok sosial (sosial group) didalam kehidupan manusia, karena manusia tidak dapat hidup secara mandiri, kelompok-kelmpok sosial merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari kumpulan individu-individu yang hidup bersama dengan mengadakan hubugan. Tumbal balik yang cukup intensif dan teratur, sehingga dari padanya diharapkan adanya pembagian tugas, struktur, serta norma-norma tertentu yang berlaku bagi mereka.[2]
         Kelompok sosial yang paling sederhana, yaitu keluarga dan hamper semua manusia pada mulanya menjadi anggota kelompok keluarga. Walaupun setiap saat anggota keluarganya menyebar, akan tetapi mereka pada saat-saat tertentu berkumpul kembali dan saling bertukar pengalaman sehingga pada akhirnya dalam keluarga akan terjadi perubahan-perubahan baik dalam bentuk maupun aktivitasnya.[3]
        

2.      Pembahasan

1.           Definisi Dan Persyaratan Kelompok Sosial

Merumuskan suatu definisi (batasan makna) yang dapat mengemukakan keseluruhan pengertian, sifat, dan hakikat yang dimaksud dalam beberapa kata dan kalimat merupakan kalimat yang sangat sukar. Oleh karena itu, definisi hanya dapat dipakai sebagai suatu pegangan sementara.
Kelompok sosial mengandung pengertian suatu kumpulan dari individu-individu yang saling berinteraksi sehingga menumbuhkan perasaan bersama. Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal-balik yang saling pengaruh-mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong.[4]
Kelompok sosial, secara singkat dirumuskan sebagai sejumlah orang yang saling berhubungan secara teratur. Atau dengan rumusan lain: kelompok sosial ialah suatu kumpulan yang nyata, teratur dan tetap dari orang-orang yang melaksanakan peranan yang saling berkaitan guna mencapai tujuan yang sama.[5]
Suatu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang diantara mereka terdapat pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan. Patut juga diperhatikan bahwa sungguh pun ada sebagian kesimpulan sosial yang secara longgar dinamakan kelompok, ia bukannya kelompok menurut pengertian sosiologi yang sebenarnya. Satu contoh adalah mengenai penggunaan istilah “kelompok sebaya” bagi semua orang, katakanlah, diantara umur 50 hingga 59 tahun. Walaupun kita dapat mengelompokkan manusia dengan cara itu mengikuti segala sifat yang mereka peroleh, ini bukanlah kelompok sosiologis melainkan karena interaksi di antara manusia sebagai anggota pada keseluruhan.
Timbul satu pertanyaan, apakah setiap himpunan manusia dapat dinamakan kelompok sosial? Untuk itu, diperlukan beberapa persyaratan tertentu, antara lain:
1.      adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan;
2.      ada hubungan timbal-balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya;
3.      ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain. tentunya faktor mempunyai musuh bersama misalnya, dapat pula menjadi faktor pengikat/pemersatu;
4.      berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku;
5.      bersistem dan berproses.[6]
Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Dan tidak bisa dikatakan komunikasi apabila orang yang besangkutan tidak memberi reaksi terhadap perasaan yang disampaikan oleh orang lain itu.[7]
Dalam komunikasi kemungkinan sekali tejadi pelbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Dengan demikian, komunikasi memungkinkan kerja sama antara orang-perorangan atau antara kelopok-kelompok  manusia dan memang komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerja sama. Akan tetapi, tidak tidak selalu komunikasi menghasilakn kerja sama bahkan suatu pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena masing-masing tidak mau mengalah.


2.           Terbentuknya Kelompok Sosial Dan Masyarakat Luas
           
           Suatu kelompok sosial merupakan kesatuan yang nyata, yang pada dasarnya dapat dikenal semua pihak. Setiap orang pada prinsipnya dapat menunjuk kelompok-kelompok sosial mana yang ada di dalam lingkungannya. Orang dapat menyebut nama-nama kumpulan itu, bahman kalau perlu, orang dapat menyebut nama-nama dari anggota-anggotanya, karena nama mereka dapat dibaca pada daftar nama anggota yang ada pada kelompok orang yang bersangkutan.

           Setiap kelompok sosial mempunyai struktur sosial (social structure). Artinya, setiap orang atau setiap bagian kelompok memperoleh kdudukan tertentu dalam kelompok itu. Yang patut diperhatikan ialah bahwa kedudukan atau status itu tidak berdiri lepas satu dengan yang lain, tetapi berhubungan kait-mengait baik dengan tingkat yang sejajar maupun dengan tingkat-tingkat yang lebih rendah dan lebih tinggi. Maka dalam kelompok sosial, meski yang terkecil pun, terdapat suatu startifikasi sosial (social stratification) ada unsur pimpinan dan unsur yang dipimpin, bahkan dalam kelompok yang paling demokratis pun.
           Dalam setiap kelompok didapati sejumlah peranan (social role) yang tidak sama tingginya sesuai dengan tingkatan yang ada dalam kelompok itu. Dalam kelompok yang masih berfungsi baik anggota-anggotanya saling mengadakan hubungan yang teratur. Bahkan dapat dikatakan bahwa keteraturan hubungan ini merupakan syarat penting berfungsinya kelompok itu. Dengan kata lain, perlu kerja sama terus-menerus dalam kelompok.
           Setiap kelompok sosial mempunyai norma-norma kelakuan yang mengatur bagaimana peranan-peranan itu harus dilakukan. Norma-norma itu tidak selalu ditulis. Namun, demikian setiap anggota tahu benar kebiasaan-kebiasaan yang harus ditaati.
           Dalam satu kelompok setiap anggota merasa mempunyai kepentingan yang sama dan mempertahankan nilai-nilai hidup yang sama. Dengan berbicara tentang kepentingan yang sama dari anggota-anggota kelompok sesungguhnya itu adalah untuk mencapai tujuan yang sama, yang tak lain adalah kepentingan bersama.  Disebutkan babrapa dasar yang melandasi orang membentuk kelompok, yaitu :
  a.      Kepentingan yang Sama (Common Interest)
           hal ini telah dibicarakan di atas dari sudut pandangan lain. Di sini kepentingan yang sama ini dilihat sebagai dasar (wadah) orang-orang yang hendak mendirikan kumpulan-kumpulan yang tetap atau organisasi yang mantap, yang dalam penengertian sosiologis disebut kelompok kepentingan. Dalam buku-buku sosiologi kelompok kepentingan juga disebut asosiasi.
b.            Darah dan Keturunan yang Sama (Common Ancestry)
Keturunan yang sama sejak zaman dahulu merupakan dasar persatuan dan tali persaudaraan yang terkuat bagi umat manusia. Namun pada zaman modern, saat kehidupan bersama menjadi sangat kompleks dan mobilitas sosial melaju cepat, faktor darah dan keturunan menjadi berkurang pentingnya. Kesatuan yang disebut klan, marga, dan suku, tidak lagi menjadi dasar penentu yang terkuat bagi pembentukan kelompok-kelompok kepentingan. Ada pergeseran dalam penentuan dasar organisasi dari hubungan darah (kelurga) ke faktor pendidikan dan keterampilan demi meningkatnya efisiensi kerja.
c.             Daerah yang Sama
Di samping faktor-faktor tersebut di atas unsur kesamaan daerah merupakan pula dasar orientasi untuk pembentukan kelompok sosial serta organisasi yang mantap. Daerah yang sama dapat memberikan keuntungan bagi berfungsinya suatu organisasi berkat dekatnya jarak fisik yang satu dengan yang lain. Selain itu daerah yang sama pada umumnya membentuk kebudayaan yang sama seperti pola berpikir yang sama, pola kerja yang sama. Atas dasar pertimbangan itulah orang membentuk kelompok-kelompok teritorial sebagai kesatuan (kumpulan) yang tetap untuk bekerja sama dan meningkatkan kepentingan mereka.
d.            Ciri-ciri Badaniah yang Sama
Faktor ini sangat dekat kaitannya dengan faktor keturunan. Cirri badaniah yang sama antara lain warna kulit, ras, usia yang sama. Dalam masyarakat modern pun faktor warna kulut yang sama dipandang sebagai dasar yang baik untuk mendirikan organisasi.

3.           Bentuk-Bentuk Kelompok Sosial Yang Tidak Teratur

Setelah membicarakan kelompok sosial yang teratur kini tiba waktunya untuk menguraikan kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur. Bermacam- macam bentuk sosial yang tidak teratur tadi pada dasarnya dapat dimasukkan ke dalam tiga golongan besar, yaitu kerumunan, publik, dan massa.[8]

I.                   Kerumunan (crowd)
Sangatlah sulit untuk diterima apabila ada orang yang berpendapat bahwa sekumpulan manusia hanyalah merupakan koleksi manusia-manusia secara fisik belaka. Setiap kenyataan adanya manusia berkumpul sampai batas-batas tertentu juga menunjuk pada adanya suatu ikatan sosial tertentu. Walaupun mereka saling berjumpa dan berada di satu tempat secara kebetulan, misalnya di pasar, kesadaran akan adanya orang lain telah membuktikan bahwa ada semacam ikatan sosial. Kesadaran tersebut menimbulkan peluang-peluang untuk dapat ikut merasakan perasaan orang lai yang berada di tempat yang sama. Suatu kelompok manusia tidak hanya tergantung pada adanya interaksi belaka, tetapi juga karena adanya pusat perhatian yang sama.
Kerumunan merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat sementara, kerumunan tersebut akan mati setelah orang-orangnya bubar. Kerumunan jelas tidak terorganisir, ia dapat mempunyai pemimpin, tetapi tidak mempunyai sistem pembagian kerja. Serta orang yang hadir dam berkumpul mempunyai kedudukan sosial yang sama. Berkumpulnya suatu kerumunan secara kebetulan di suatu tempat, dan juga pada waktu yang bersamaan, bukanlah demikian itu tanpa sebab. Sering kali terjadi yang menjadi sebab adalah dalam memenuhi keinginan yang sama. Misalnya membeli minyak tanah di pangkalan minyak tanah yang sekarang ini harganya membumbung tinggi. Suatu kerumunan mudah sekali beraksi karena individu-individu yang berkumpul mempunyai satu pusat perhatian dan keinginan-keinginan mereka akan tersalurkan dengan mengadakan suatu aksi.
Untuk membubarkan suatu kerumunan, diperlukan usaha-usaha mengalihkan pusat perhatian. Itu dapat dilakukan misalnya dengan mengupayakan agar individu-individu sadar kembali akan kedudukan dan peranan yang sesungguhnya. Usaha lain yang dapat dilakukan adalah dengan menakuti mereka atau memecah belah pendapat umum dalam kerimunan, sehingga terjadi pertentangan diantara mereka. Misalnya demonstrasi, kadang-kadang dibubarkan dengan gas air mata atau dengan tembakan senjata api dan lain-lain.[9]
Memang, suatu kerumunan yang sudah beraksi mempunyai kecendrungan untuk merusak, dengan kata lain kerumunan dianggap sebagai gejala sosial yang kurang disukai dalam masyarakat-masyarakat yang sudah teratur. Akan tetapi, kerumunan juga dapat diarahkan pada tujuan-tujuan baik seperti yang terlihat pada kumpulan manusia menghadiri kegiatan keagamaan.
Secara garis besar kerumunan dapat dibedakan menjadi dua jenis kerumunan, pertama yang berguna bagi organisasi sosial masyarakat, kedua yang merugikan bagi masyarakat yang bersifat destruktif yang bertujuan merusak.
Adapun bentuk-bentuk dari kerumunan antara lain:
 a.        Kerumunan yang berartikulasi dengan sturuktur sosial:
1) Formal Audiences
Khalayak penonton atau pendengar yang sungguh-sungguh (formal audiences) adalah kerumunan yang mempunyai pusat perhatian yang sama serta tujuan-tujuan yang sama, akan tetapi penonton atau pendengar itu hana bersikap menerima saja (pasif). Contohnya penonton-penonton bioskop dan pendengar-pendengar khutbah keagamaan.
2) Planned Expressive Groups
Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group) adalah kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting, tetapi mempunyai tujuan yang sama yang terkumpul dalam aktifitas tersebut. Fungsinya adalah penyalur ketegangan-ketegangan yang dialami orang karena pekerjaan sehari-hari. Contohnya orang yang berpesta, dan berdansa.
 b.        Kerumunan yang bersifat semantara (casual crowds)
1) Inconvenient Aggregations
Kumpulan yang kurang meyenangkan (Inconvenient Aggregations), merupakan dari keruunan dari orang-orang yang ingin menggunakan fasilitas-fasilitas yang sama. Misalnya orang yang antri karcis, atau orang-orang yang terperangkap dalam kemacetan. Dalam kerumunan ini kehadiran orang-orang lain dianggap halangan terhadap tercapainya tujuan seseorang dan akan berakibat terjadinya saling bermusuhan.
2) Panic Crowds
Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowds), misalnya orang-orang yang bersama-sama berusaha menyelamatkan diri dari suatu bahaya bencana alam. Dorongan dalam diri individu-individu dalam kerumunan ini cenderumg untuk mempertinggi rasa panik, dan menunjukkan suatu tanggapan yang tidak masuk akal.
3) Spectator Crowds
Kerumunan penonton (spectator crowds) merupakan kerumunan dari orang-orang yang ingin meliat suatu kejadian yang tertentu. Kerumunan ini hampir sama dengan formal audiences hanya saja terjadinya tidak direncanakan.
 c.        Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (lawless crowds)
1) Acting Mobs
Kerumunan yang bertindak emosional (acting mobs) bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Biasanya orang-orang bertindak secara emosional karena mereka merasa bahwa hak-hak mereka diinjak-injak atau karena tidak adanya keadilan.
2) Immoral Crowds
Kerumunan yang bersifat imoral (immoral crowds) hampir sama dengan kelompok ekspresif. Bedanya adalah kerumunan yang bersifat imoral bertentangan dengan norma-norma yan berlaku di masyarakat. Misalnya orang-orang yang mabuk.
         Bentuk-bentuk kerumunan tersebut tidaklah lengkap dan sempurna. Kemungkinan pula bahwa suatu kerumunan mempunyai cirri-ciri dar beberapa bentuk kerumunan. Akan tetapi kerumunan titu menunjukkan gejala-gejala umum, yaitu: interaksinya bersifat spontan, tidak terorganisasi, terjadi kontak-kontak fisik, bersifat sementara.[10]

II.                Publik
Berbeda dengan kerumunan, public merupakan kelompok yamg bukan kesatuan, karena individu-individu tidak pernah bertemu. Interaksinya bersifat tidak langsung melalui alat-alat media, misalnya melalui pembicaran-pembiacaraan yang berantai, melalui kabar angina, gossip, berita-berita, surat kabar, radio, televisi, film warta berita, dan lain sebagainya. Dengan adanya alat-alat media yang tersebut di atas, memungkin pengikutnya lebih luas dan banyak dari pada kerumunan.
Pada public terdapat cirri-ciri antara lain adanya minat, tujuan, kegemaran, dan kepentingan yang sama. Meskipun ada minat yang sama, tidak berarti bahwa pendapatnya harus sama, akan tetapi dapat juga berlawanan dalam menaggapi suatu persoalan, dengan kata lain ada yang pro ataupun yang kontra dalam menanggapi suatu persoalan tertentu.
Dalam suatu publik, anggotanya dibedakan atas 3 kelompok, yaitu:
1)      Kelompok vested interest, yaitu kelompok yang merupakan sekumpulan orang-rang yang sudah mempunyai kedudukan-kedudukan tertentu dalam masyarakat dan biasanya bersifat pro, karena ingin mempertahankan keadaa yang sudah ada.
2)      Kelompok new comer, yaitu kelompok yang merupakan sekumpulan orang-orang yang ingn memperjuangkan kepentingan-kepentingan baru dan ingin pula berusaha merebut suatu kedudukan dalam masyarakat, oleh karenanya kelompok ini bersifat kontra (melawan).
3)      Kelompok yang pasif (tidak aktif), yaitu kelompok yang merupakan sekumpulan orang-orang yang hanya mempunyai minat saja, akan tetapi belum menentukan pendiriannya terhadap suatu persoalan. Dalam publik kelompok inilah merupakan kelompok yang terbesar dan dapat menentukan pendapat terakhir daripada publik, sehingga kelomok ini bertindak sebagai wasit. Oleh karena itu, kedua kelompok yang telah tersebut terdahulu berusaha untuk mempengaruhi kelompok ini dengan berbagai cara misalnya dengan cara menggunakan propaganda atau penerangan yang bersifat berat sebelah.
Dalam suatu publik, persoalan-persoalan yang mengakibatkan adanya pro dan kontra tidak hanya didasarkan pada hal-hal yang emosional saja seperti pada kerumunan, melainkan lebih cenderung pada hal-hal yang bersifat rasional.

III.             Massa
Berbeda dengan crowd, massa merupakan kumpulan orang banyak yang mempunyai kehendak atau pandangan yang sama, tapi tidak berkerumun pada suatu tempat tertentu dan mengikuti kejadian dan peristiwa yang penting dengan alat-alat komunikasi modern seperti halnya publik.
Karena tidak berkerumun, maka setiap individu yang bergabung dalam massa yang saling terpisah, sehingga tindakannya tidak bersifat spontan terhadap sugesti (pengaruh) yang timbul dalam massa. Berhubung sifatnya tidak spontan, maka massa dapat lebih rasional dan masing-masing individu menyadari akan dirinya dan kepentingannya.
Meskipun massa lebih rasional, akan tetapi kalau dibandingkan dengan publik, maka tingkat kecerdasannya lebih sederhana.[11]


4.           Solidaritas Kelompok Sosial

Salah seorang ahli sosiologi awal yang secara rinci membahas perbedaan dalam pengelompokan ini ialah Durkheim. Dalam bukunya The Division of Labor in Society (1968) ia memebedakan antara kelompok yang didasarkan pada solidaritas mekanik, dan kelompok yang didasarkan pada solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan ciri yang menandai masyarakat yang masih sederhana, yang oleh Durkheim dinamakan segmental. Dalam masyarakat demikian kelompok manusia tinggal secara tersebar dan hidup terpisah satu dengan yang lain. Masing-masing kelompok dapat memenuhi keperluan mereka masing-masing tanpa memerlukan bantuan atau kerja sama dengan kelompok diluarnya.
Masing-masing anggota pada umumnya dapat menjalankan peran yang diperankan oleh anggota lain, pembagian kerja belum berkembang. Peran semua anggota sama sehingga ketidak hadiran seorang anggota kelompok tidak mempengaruhi kelangsungan hidup kelompok karena peran anggota tersebut dapat dijalankan orang lain, misalnya, dengan cepat dapat melakukan apa yang dilakukan ayahnya seperti berburu, berladang atau bertani; di luar fungsi yag murni bersifat bilogis seseorang laki-laki atau perempuan dapat dengan mudah melakukan apa yang biasanya dilakukan anggota dari lain jenis kelamin lain. setiap klompok pun dapat mendiri sehingga kelangsungan hidupnya tidak tergantung kelompok lain. Produksi dan distribusi bahan makanan dan pakaian, misalnya, dilaksakan oleh kelompok sendiri.
Solidaritas organik merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyarkat yang mengenai pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh kesaling tergantunganantar bagian. Tiap anggota menjalankan peran berbeda, dan di antara berbagai peran yang ada terdapat kesalingtergantungan laksana kesalingtergantungan antara bagian suatu organisme biologis
Pada masyarakat dengan solidaritas organik ini, ikatatan nama yang mempersatukan masyarakat bukan lagi kesadaran kolektif melainkan kesekepatan yang terjalin di antara berbagai kelompok profesi. Disini pun hukum yang menonjol bukan lagi hukum pidana, melainkan ikatan hukum perdata. Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap kesepakatan bersama maka yang berlaku ialah sanksi restitutif, pelanggar harus membayar ganti rugi kepada pihak yang menderita kerugian untuk mengembalikan keseimbangan yang telah dilanggarnya.[12]


5.           Dinamika Kelompok Sosial

Kelompok sosial bukan merupakan kelompok statis. Setiap kelompok sosial pasti mengalami perkembangan serta perubahan. Utuk meneliti gejala tersebut, perlu ditelaah lebih lanjut perihal dinamika kelompok sosial tersebut. Beberapa kelompok sosial sifatnya lebih stabil daripada kelompok sosial lainnya, atau dengan kata lain, strukturnya tidak mengalami perubahan-perubahan yang mencolok. Ada pula kelompok-kelompok sosial mengalami perubahan cepat, walaupun tidak ada pengaruh-pengaruh dari luar. Akan tetapi pada umumnya, kelompok sosial mengalami perubahan sebagai akibat proses formasi atau reformasi dari pola-pola di dalam kelompok tersebut karena pengaruh dari luar. Keadaan yang tidak stabil dalam kelompok sosial terjadi karena konflik antar individu dalam kelompok atau karena adanya konflik antar bagian kelompok kelompok tersebut sebagai akibat tidak adanya keseimbangan.
Perubahan struktur kelompok sosial karena sebab-sebab luar pertama-tama perlu diuraikan mengenai perubahan yang disebabkan karena perubahan situasi. Situasi yang dimaksud di sini adalah keadaan di mana kelompok tadi hidup. Perubahan pada situasi dapat pula mengubah struktur kelompok sosial tadi.
Sebab kedua adalah pergantian anggota-anggota kelompok. Pergantian anggota suatu kelompok sosial tidak perlu membawa perubahan struktur kelompok tersebut. Umpamanya persoaln suatu pasukan angkatan bersenjata sering mengalami pergantian, dan itu tidak selalu menagkibatkan perubahan struktur secara keseluruhan.
Penyebab lainnya, yaitu sebab yang ketiga, adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam situasi sosial dan ekonomi. Dalam keadaan depresi misalnya, suatu keluarga akan bersatu untuk menghadapinya, walaupun anggota-anggota kelurga tersebut mempunyai agama ataupun pandangan politik yang berbeda satu dengan yang lainnya.


3.      Penutup

1.                manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, akan tetapi dia adalah makhluk yang yang tela mempunyai naluri untuk hidup dengan manusia-manusia lain.
2.                kelompok sosial atau “social group” adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena itu, adanya hubngan antara mereka. Hubunan tersebut antara lainmenyangkut hubungan timbale-balik yang saling mempengaruhidan juga suatu kesadaran untuk saling menolong.
3.                beberapa persyaratan kelompok sosial adalah:
a.       Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupaka sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
b.      Ada hubugan timbal-balik antara anggota yang satudengan anggota yang lain.
c.       Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubngan antara mereka bertanbah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama., tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain.
d.      Bersturuktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
4.                kelompok-kelompok yang tidak teratur.
a.       kerumunan (crowd) adalah individu-individu yang berkumpul secara kebetulandi suatu tempat dan juga pada waktu yang bersamaan.
b.      Bentuk-bentuk kerumunan:
1) kerumunan yang berartkulasi dengan struktur sosial :
   a)   khalayak penonton atau pendengar yang formal (formal audien).
   b) kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group).
                  2) kerumunan yang bersifat sementara (Casual crowds):
                        a)  kumpulan yang kurang menyenangkan (Inconvenient aggeragations).
                        b) kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panic (Panic   crowds).
                        c)   kerumunan penonton (Spectator crowds).
3) kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (lawless crowds).
      a)  kerumunan yang bertindak emosional (Acting Mobs).
      b)  kerumunan yang bersifat immoral (immoral crowds).
5.                dinamika kelompok sosial setiap kelompok sosial pasti mengalami perubahan atau perkembangan. Perubahan dalam kelompok sosial, ada yang mengalami perubahan secara mencolok dan ada pula yang cepat.

Daftar Pustaka
D. Hendropuspito OC, Sosiologi Sistematik, (Yogyakarta: Kanisus, 1989)

Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua), (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakutas Ekonomi, 2000)

J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan (Edisi Kedua), (Jakarta, Kencana, 2007)



[1] Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua), (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakutas Ekonomi, 2000), hlm. 129.
[2] J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan (Edisi Kedua), (Jakarta, Kencana, 2007), hlm. 23.
[3] J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan (Edisi Kedua) hlm. 24.
[4] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 101.
[5] D. Hendropuspito OC, Sosiologi Sistematik, (Yogyakarta: Kanisus, 1989), hlm. 41.
[6] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.101
[7] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, hlm. 149, 150.
[8] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, hlm.128
[9] J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan, (Edisi Kedua), hlm.  

[10] J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan (Edisi Kedua), hlm. 39
[11] J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan (Edisi Kedua), hlm. 41.
[12] Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, 2000), hlm. 132

This post have 0 komentar


:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100

Next article Next Post
Previous article Previous Post