1. Pendahuluan
KELOMPOK SOSIAL
Kelompok sosial merupakan suatu gejala yang sangat
penting dalam kehidupan manusia, karena sebagian besar kegiatan manusia
berlangsung didalamnya. Mungkin Anda tidak menyadarinya, namun suatu kenyataan
yang dihadapi adalah bahwa sejak lahir hingga kini Anda telah menjadi anggota
bermacam-macam kelompok. Tanpa kita sadari sejak lahir hingga ajal kita
sebenarnya menjadi anggoata berbagai jenis kelompok. Oleh sebab itu tidaklah
mengherankan mengapa para tokoh sosiologi senantiasa mempunyai perhatian besar
terhadap gejala pengelompokan manusia.[1]
Memang apabila manusia dibandingkan dengan makhluk
hidup lainnya seperti hewan, dia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.
Karena hewan dikaruniai Tuhan dengan alat-alat fisik yang cukup untuk dapat
hidup sendiri, akan tetapi manusia tidak demikian. Alat-alat fisiknya tidak
sekuat hewan, akan tetapi manusia dikaruniai alat-alat yang jauh lebih sempurna
lagi ampuh dan lebih istimewa dari pada alat-alat fisik hewan yang yang kuat
manapun, yaitu pikiran. Pikiran tadi tak dapat secara langsung digunakan
sebagai alat hidup, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mencari alat-alat materiil
yang diperlukan untuk kehidupan.
Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Manusia
harus hidup berkawan dengan manusia-manusia lain dan pergaulan tadi
mendatangkan kepuasan dalam jiwanya. Apabila manusia hidup sendirian, misalnya
dalam keadaan terkurung di dalam sebuah ruangan yang tertutup sehingga dia tak
dapat mendengarkan suara orang lain atau tak dapat melihat orang lain, maka
akan terjadi gangguan dalam perkembangan jiwanya. Naluri manusia untuk selalu
hidup dengan orang lain disebut gregariousness sehingga manusia juga
disebut social animal (= hewan sosial); hewan yang mempunyai naluri
untuk senantiasa hidup bersama.
Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain,
agaknya yang paling penting dalah reaksi yang timbul sebagai akibat
hubungan-hubungan tadi. Reaksi tersebutlah yang menyebabkan tindakan seseorang
menjadi luas.
Telah diterangkan
sebelumnya bahwa hidup manusia selalu tergantung dengan manusia yang lainnya
dalam memnuhi tiga hajat hidupnya. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya
kelopok-kelompok sosial (sosial group) didalam kehidupan manusia, karena
manusia tidak dapat hidup secara mandiri, kelompok-kelmpok sosial merupakan
kesatuan sosial yang terdiri dari kumpulan individu-individu yang hidup bersama
dengan mengadakan hubugan. Tumbal balik yang cukup intensif dan teratur,
sehingga dari padanya diharapkan adanya pembagian tugas, struktur, serta norma-norma
tertentu yang berlaku bagi mereka.[2]
Kelompok sosial yang paling
sederhana, yaitu keluarga dan hamper semua manusia pada mulanya menjadi anggota
kelompok keluarga. Walaupun setiap saat anggota keluarganya menyebar, akan
tetapi mereka pada saat-saat tertentu berkumpul kembali dan saling bertukar
pengalaman sehingga pada akhirnya dalam keluarga akan terjadi
perubahan-perubahan baik dalam bentuk maupun aktivitasnya.[3]
2.
Pembahasan
1.
Definisi Dan Persyaratan Kelompok
Sosial
Merumuskan suatu definisi (batasan makna) yang dapat
mengemukakan keseluruhan pengertian, sifat, dan hakikat yang dimaksud dalam
beberapa kata dan kalimat merupakan kalimat yang sangat sukar. Oleh karena itu,
definisi hanya dapat dipakai sebagai suatu pegangan sementara.
Kelompok sosial mengandung pengertian suatu kumpulan
dari individu-individu yang saling berinteraksi sehingga menumbuhkan perasaan
bersama. Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal-balik yang
saling pengaruh-mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling
tolong-menolong.[4]
Kelompok sosial, secara singkat dirumuskan sebagai
sejumlah orang yang saling berhubungan secara teratur. Atau dengan rumusan
lain: kelompok sosial ialah suatu kumpulan yang nyata, teratur dan tetap dari
orang-orang yang melaksanakan peranan yang saling berkaitan guna mencapai
tujuan yang sama.[5]
Suatu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang
diantara mereka terdapat pola interaksi yang dapat dipahami oleh para
anggotanya atau orang lain secara keseluruhan. Patut juga diperhatikan bahwa
sungguh pun ada sebagian kesimpulan sosial yang secara longgar dinamakan
kelompok, ia bukannya kelompok menurut pengertian sosiologi yang sebenarnya.
Satu contoh adalah mengenai penggunaan istilah “kelompok sebaya” bagi semua
orang, katakanlah, diantara umur 50 hingga 59 tahun. Walaupun kita dapat
mengelompokkan manusia dengan cara itu mengikuti segala sifat yang mereka
peroleh, ini bukanlah kelompok sosiologis melainkan karena interaksi di antara
manusia sebagai anggota pada keseluruhan.
Timbul satu pertanyaan, apakah setiap himpunan
manusia dapat dinamakan kelompok sosial? Untuk itu, diperlukan beberapa
persyaratan tertentu, antara lain:
1.
adanya kesadaran pada setiap
anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan;
2.
ada hubungan timbal-balik antara
anggota yang satu dengan anggota yang lainnya;
3.
ada suatu faktor yang dimiliki
bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah erat, yang dapat merupakan
nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang
sama dan lain-lain. tentunya faktor mempunyai musuh bersama misalnya, dapat
pula menjadi faktor pengikat/pemersatu;
4.
berstruktur, berkaidah dan
mempunyai pola perilaku;
5.
bersistem dan berproses.[6]
Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan
tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak
badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang
tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan
yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Dan tidak bisa dikatakan
komunikasi apabila orang yang besangkutan tidak memberi reaksi terhadap
perasaan yang disampaikan oleh orang lain itu.[7]
Dalam komunikasi kemungkinan sekali tejadi pelbagai
macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Dengan demikian, komunikasi
memungkinkan kerja sama antara orang-perorangan atau antara
kelopok-kelompok manusia dan memang
komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerja sama. Akan tetapi,
tidak tidak selalu komunikasi menghasilakn kerja sama bahkan suatu pertikaian
mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena masing-masing tidak
mau mengalah.
2.
Terbentuknya Kelompok Sosial Dan
Masyarakat Luas
Suatu kelompok sosial merupakan kesatuan
yang nyata, yang pada dasarnya dapat dikenal semua pihak. Setiap orang pada
prinsipnya dapat menunjuk kelompok-kelompok sosial mana yang ada di dalam
lingkungannya. Orang dapat menyebut nama-nama kumpulan itu, bahman kalau perlu,
orang dapat menyebut nama-nama dari anggota-anggotanya, karena nama mereka
dapat dibaca pada daftar nama anggota yang ada pada kelompok orang yang
bersangkutan.
Setiap
kelompok sosial mempunyai struktur sosial (social structure).
Artinya, setiap orang atau setiap bagian kelompok memperoleh kdudukan tertentu
dalam kelompok itu. Yang patut diperhatikan ialah bahwa kedudukan atau status
itu tidak berdiri lepas satu dengan yang lain, tetapi berhubungan kait-mengait
baik dengan tingkat yang sejajar maupun dengan tingkat-tingkat yang lebih
rendah dan lebih tinggi. Maka dalam kelompok sosial, meski yang terkecil pun,
terdapat suatu startifikasi sosial (social stratification) ada unsur
pimpinan dan unsur yang dipimpin, bahkan dalam kelompok yang paling demokratis
pun.
Dalam
setiap kelompok didapati sejumlah peranan (social role) yang
tidak sama tingginya sesuai dengan tingkatan yang ada dalam kelompok itu. Dalam
kelompok yang masih berfungsi baik anggota-anggotanya saling mengadakan
hubungan yang teratur. Bahkan dapat dikatakan bahwa keteraturan hubungan ini
merupakan syarat penting berfungsinya kelompok itu. Dengan kata lain, perlu
kerja sama terus-menerus dalam kelompok.
Setiap
kelompok sosial mempunyai norma-norma kelakuan yang mengatur bagaimana
peranan-peranan itu harus dilakukan. Norma-norma itu tidak selalu ditulis.
Namun, demikian setiap anggota tahu benar kebiasaan-kebiasaan yang harus
ditaati.
Dalam
satu kelompok setiap anggota merasa mempunyai kepentingan yang sama dan
mempertahankan nilai-nilai hidup yang sama. Dengan berbicara tentang kepentingan
yang sama dari anggota-anggota kelompok sesungguhnya itu adalah untuk mencapai
tujuan yang sama, yang tak lain adalah kepentingan bersama. Disebutkan babrapa dasar yang melandasi orang
membentuk kelompok, yaitu :
a. Kepentingan yang Sama (Common Interest)
hal
ini telah dibicarakan di atas dari sudut pandangan lain. Di sini kepentingan
yang sama ini dilihat sebagai dasar (wadah) orang-orang yang hendak mendirikan
kumpulan-kumpulan yang tetap atau organisasi yang mantap, yang dalam
penengertian sosiologis disebut kelompok kepentingan. Dalam buku-buku
sosiologi kelompok kepentingan juga disebut asosiasi.
b.
Darah dan Keturunan yang Sama (Common
Ancestry)
Keturunan yang sama sejak zaman dahulu merupakan dasar
persatuan dan tali persaudaraan yang terkuat bagi umat manusia. Namun pada
zaman modern, saat kehidupan bersama menjadi sangat kompleks dan mobilitas
sosial melaju cepat, faktor darah dan keturunan menjadi berkurang pentingnya.
Kesatuan yang disebut klan, marga, dan suku, tidak lagi menjadi dasar penentu
yang terkuat bagi pembentukan kelompok-kelompok kepentingan. Ada pergeseran
dalam penentuan dasar organisasi dari hubungan darah (kelurga) ke faktor
pendidikan dan keterampilan demi meningkatnya efisiensi kerja.
c.
Daerah yang Sama
Di samping faktor-faktor tersebut di atas unsur
kesamaan daerah merupakan pula dasar orientasi untuk pembentukan kelompok
sosial serta organisasi yang mantap. Daerah yang sama dapat memberikan
keuntungan bagi berfungsinya suatu organisasi berkat dekatnya jarak fisik yang
satu dengan yang lain. Selain itu daerah yang sama pada umumnya membentuk
kebudayaan yang sama seperti pola berpikir yang sama, pola kerja yang sama.
Atas dasar pertimbangan itulah orang membentuk kelompok-kelompok teritorial
sebagai kesatuan (kumpulan) yang tetap untuk bekerja sama dan meningkatkan
kepentingan mereka.
d.
Ciri-ciri Badaniah yang Sama
Faktor ini sangat dekat kaitannya dengan faktor
keturunan. Cirri badaniah yang sama antara lain warna kulit, ras, usia yang
sama. Dalam masyarakat modern pun faktor warna kulut yang sama dipandang
sebagai dasar yang baik untuk mendirikan organisasi.
3.
Bentuk-Bentuk Kelompok Sosial Yang
Tidak Teratur
Setelah membicarakan kelompok sosial yang teratur kini
tiba waktunya untuk menguraikan kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur.
Bermacam- macam bentuk sosial yang tidak teratur tadi pada dasarnya dapat
dimasukkan ke dalam tiga golongan besar, yaitu kerumunan, publik, dan massa.[8]
I.
Kerumunan (crowd)
Sangatlah sulit untuk diterima apabila ada orang yang
berpendapat bahwa sekumpulan manusia hanyalah merupakan koleksi manusia-manusia
secara fisik belaka. Setiap kenyataan adanya manusia berkumpul sampai
batas-batas tertentu juga menunjuk pada adanya suatu ikatan sosial tertentu.
Walaupun mereka saling berjumpa dan berada di satu tempat secara kebetulan,
misalnya di pasar, kesadaran akan adanya orang lain telah membuktikan bahwa ada
semacam ikatan sosial. Kesadaran tersebut menimbulkan peluang-peluang untuk
dapat ikut merasakan perasaan orang lai yang berada di tempat yang sama. Suatu
kelompok manusia tidak hanya tergantung pada adanya interaksi belaka, tetapi
juga karena adanya pusat perhatian yang sama.
Kerumunan merupakan suatu kelompok sosial yang
bersifat sementara, kerumunan tersebut akan mati setelah orang-orangnya bubar.
Kerumunan jelas tidak terorganisir, ia dapat mempunyai pemimpin, tetapi tidak
mempunyai sistem pembagian kerja. Serta orang yang hadir dam berkumpul
mempunyai kedudukan sosial yang sama. Berkumpulnya suatu kerumunan secara
kebetulan di suatu tempat, dan juga pada waktu yang bersamaan, bukanlah
demikian itu tanpa sebab. Sering kali terjadi yang menjadi sebab adalah dalam
memenuhi keinginan yang sama. Misalnya membeli minyak tanah di pangkalan minyak
tanah yang sekarang ini harganya membumbung tinggi. Suatu kerumunan mudah
sekali beraksi karena individu-individu yang berkumpul mempunyai satu pusat
perhatian dan keinginan-keinginan mereka akan tersalurkan dengan mengadakan
suatu aksi.
Untuk membubarkan suatu kerumunan, diperlukan
usaha-usaha mengalihkan pusat perhatian. Itu dapat dilakukan misalnya dengan
mengupayakan agar individu-individu sadar kembali akan kedudukan dan peranan
yang sesungguhnya. Usaha lain yang dapat dilakukan adalah dengan menakuti
mereka atau memecah belah pendapat umum dalam kerimunan, sehingga terjadi
pertentangan diantara mereka. Misalnya demonstrasi, kadang-kadang dibubarkan
dengan gas air mata atau dengan tembakan senjata api dan lain-lain.[9]
Memang, suatu kerumunan yang sudah beraksi mempunyai
kecendrungan untuk merusak, dengan kata lain kerumunan dianggap sebagai gejala
sosial yang kurang disukai dalam masyarakat-masyarakat yang sudah teratur. Akan
tetapi, kerumunan juga dapat diarahkan pada tujuan-tujuan baik seperti yang
terlihat pada kumpulan manusia menghadiri kegiatan keagamaan.
Secara garis besar kerumunan dapat dibedakan menjadi
dua jenis kerumunan, pertama yang berguna bagi organisasi sosial
masyarakat, kedua yang merugikan bagi masyarakat yang bersifat
destruktif yang bertujuan merusak.
Adapun bentuk-bentuk dari kerumunan antara lain:
a. Kerumunan
yang berartikulasi dengan sturuktur sosial:
1) Formal Audiences
Khalayak penonton atau pendengar yang sungguh-sungguh (formal
audiences) adalah kerumunan yang mempunyai pusat perhatian yang sama serta
tujuan-tujuan yang sama, akan tetapi penonton atau pendengar itu hana bersikap
menerima saja (pasif). Contohnya penonton-penonton bioskop dan
pendengar-pendengar khutbah keagamaan.
2) Planned Expressive Groups
Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group)
adalah kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting, tetapi mempunyai
tujuan yang sama yang terkumpul dalam aktifitas tersebut. Fungsinya adalah
penyalur ketegangan-ketegangan yang dialami orang karena pekerjaan sehari-hari.
Contohnya orang yang berpesta, dan berdansa.
b. Kerumunan
yang bersifat semantara (casual crowds)
1) Inconvenient Aggregations
Kumpulan yang kurang meyenangkan (Inconvenient Aggregations),
merupakan dari keruunan dari orang-orang yang ingin menggunakan
fasilitas-fasilitas yang sama. Misalnya orang yang antri karcis, atau
orang-orang yang terperangkap dalam kemacetan. Dalam kerumunan ini kehadiran
orang-orang lain dianggap halangan terhadap tercapainya tujuan seseorang dan
akan berakibat terjadinya saling bermusuhan.
2) Panic Crowds
Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowds),
misalnya orang-orang yang bersama-sama berusaha menyelamatkan diri dari suatu
bahaya bencana alam. Dorongan dalam diri individu-individu dalam kerumunan ini
cenderumg untuk mempertinggi rasa panik, dan menunjukkan suatu tanggapan yang tidak masuk akal.
3) Spectator Crowds
Kerumunan penonton (spectator
crowds) merupakan kerumunan dari orang-orang yang ingin meliat suatu
kejadian yang tertentu. Kerumunan ini hampir sama dengan formal audiences hanya
saja terjadinya tidak direncanakan.
c. Kerumunan yang berlawanan dengan
norma-norma hukum (lawless crowds)
1) Acting Mobs
Kerumunan yang bertindak
emosional (acting mobs) bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
dengan menggunakan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat. Biasanya orang-orang bertindak secara emosional
karena mereka merasa bahwa hak-hak mereka diinjak-injak atau karena tidak
adanya keadilan.
2) Immoral Crowds
Kerumunan yang bersifat imoral
(immoral crowds) hampir sama dengan kelompok ekspresif. Bedanya adalah
kerumunan yang bersifat imoral bertentangan dengan norma-norma yan berlaku di
masyarakat. Misalnya orang-orang yang mabuk.
Bentuk-bentuk kerumunan
tersebut tidaklah lengkap dan sempurna. Kemungkinan pula bahwa suatu kerumunan
mempunyai cirri-ciri dar beberapa bentuk kerumunan. Akan tetapi kerumunan titu
menunjukkan gejala-gejala umum, yaitu: interaksinya bersifat spontan, tidak
terorganisasi, terjadi kontak-kontak fisik, bersifat sementara.[10]
II.
Publik
Berbeda dengan kerumunan, public merupakan kelompok
yamg bukan kesatuan, karena individu-individu tidak pernah bertemu.
Interaksinya bersifat tidak langsung melalui alat-alat media, misalnya melalui
pembicaran-pembiacaraan yang berantai, melalui kabar angina, gossip,
berita-berita, surat kabar, radio, televisi, film warta berita, dan lain
sebagainya. Dengan adanya alat-alat media yang tersebut di atas, memungkin
pengikutnya lebih luas dan banyak dari pada kerumunan.
Pada public terdapat cirri-ciri antara lain adanya
minat, tujuan, kegemaran, dan kepentingan yang sama. Meskipun ada minat yang
sama, tidak berarti bahwa pendapatnya harus sama, akan tetapi dapat juga
berlawanan dalam menaggapi suatu persoalan, dengan kata lain ada yang pro ataupun
yang kontra dalam menanggapi suatu persoalan tertentu.
Dalam suatu publik, anggotanya dibedakan atas 3
kelompok, yaitu:
1)
Kelompok vested interest, yaitu
kelompok yang merupakan sekumpulan orang-rang yang sudah mempunyai
kedudukan-kedudukan tertentu dalam masyarakat dan biasanya bersifat pro, karena
ingin mempertahankan keadaa yang sudah ada.
2)
Kelompok new comer, yaitu
kelompok yang merupakan sekumpulan orang-orang yang ingn memperjuangkan
kepentingan-kepentingan baru dan ingin pula berusaha merebut suatu kedudukan
dalam masyarakat, oleh karenanya kelompok ini bersifat kontra (melawan).
3)
Kelompok yang pasif (tidak aktif),
yaitu kelompok yang merupakan sekumpulan orang-orang yang hanya mempunyai minat
saja, akan tetapi belum menentukan pendiriannya terhadap suatu persoalan. Dalam
publik kelompok inilah merupakan kelompok yang terbesar dan dapat menentukan
pendapat terakhir daripada publik, sehingga kelomok ini bertindak sebagai
wasit. Oleh karena itu, kedua kelompok yang telah tersebut terdahulu berusaha
untuk mempengaruhi kelompok ini dengan berbagai cara misalnya dengan cara
menggunakan propaganda atau penerangan yang bersifat berat sebelah.
Dalam suatu publik, persoalan-persoalan yang
mengakibatkan adanya pro dan kontra tidak hanya didasarkan pada hal-hal yang emosional
saja seperti pada kerumunan, melainkan lebih cenderung pada hal-hal yang
bersifat rasional.
III.
Massa
Berbeda dengan crowd, massa merupakan kumpulan
orang banyak yang mempunyai kehendak atau pandangan yang sama, tapi tidak
berkerumun pada suatu tempat tertentu dan mengikuti kejadian dan peristiwa yang
penting dengan alat-alat komunikasi modern seperti halnya publik.
Karena tidak berkerumun, maka setiap individu yang
bergabung dalam massa yang saling terpisah, sehingga tindakannya tidak bersifat
spontan terhadap sugesti (pengaruh) yang timbul dalam massa. Berhubung sifatnya
tidak spontan, maka massa dapat lebih rasional dan masing-masing individu
menyadari akan dirinya dan kepentingannya.
Meskipun massa lebih rasional, akan tetapi kalau
dibandingkan dengan publik, maka tingkat kecerdasannya lebih sederhana.[11]
4.
Solidaritas Kelompok Sosial
Salah seorang ahli sosiologi awal yang secara rinci
membahas perbedaan dalam pengelompokan ini ialah Durkheim. Dalam bukunya The
Division of Labor in Society (1968) ia memebedakan antara kelompok
yang didasarkan pada solidaritas mekanik, dan kelompok yang didasarkan pada
solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan ciri yang menandai
masyarakat yang masih sederhana, yang oleh Durkheim dinamakan segmental. Dalam
masyarakat demikian kelompok manusia tinggal secara tersebar dan hidup terpisah
satu dengan yang lain. Masing-masing kelompok dapat memenuhi keperluan mereka
masing-masing tanpa memerlukan bantuan atau kerja sama dengan kelompok
diluarnya.
Masing-masing anggota pada umumnya dapat menjalankan
peran yang diperankan oleh anggota lain, pembagian kerja belum berkembang.
Peran semua anggota sama sehingga ketidak hadiran seorang anggota kelompok
tidak mempengaruhi kelangsungan hidup kelompok karena peran anggota tersebut
dapat dijalankan orang lain, misalnya, dengan cepat dapat melakukan apa yang
dilakukan ayahnya seperti berburu, berladang atau bertani; di luar fungsi yag
murni bersifat bilogis seseorang laki-laki atau perempuan dapat dengan mudah
melakukan apa yang biasanya dilakukan anggota dari lain jenis kelamin lain.
setiap klompok pun dapat mendiri sehingga kelangsungan hidupnya tidak
tergantung kelompok lain. Produksi dan distribusi bahan makanan dan pakaian,
misalnya, dilaksakan oleh kelompok sendiri.
Solidaritas organik merupakan bentuk solidaritas yang
mengikat masyarkat yang mengenai pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan
oleh kesaling tergantunganantar bagian. Tiap anggota menjalankan peran berbeda,
dan di antara berbagai peran yang ada terdapat kesalingtergantungan laksana
kesalingtergantungan antara bagian suatu organisme biologis
Pada masyarakat dengan solidaritas organik ini,
ikatatan nama yang mempersatukan masyarakat bukan lagi kesadaran kolektif
melainkan kesekepatan yang terjalin di antara berbagai kelompok profesi. Disini
pun hukum yang menonjol bukan lagi hukum pidana, melainkan ikatan hukum
perdata. Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap kesepakatan bersama maka yang
berlaku ialah sanksi restitutif, pelanggar harus membayar ganti rugi kepada
pihak yang menderita kerugian untuk mengembalikan keseimbangan yang telah
dilanggarnya.[12]
5.
Dinamika Kelompok Sosial
Kelompok sosial bukan merupakan kelompok statis.
Setiap kelompok sosial pasti mengalami perkembangan serta perubahan. Utuk
meneliti gejala tersebut, perlu ditelaah lebih lanjut perihal dinamika kelompok
sosial tersebut. Beberapa kelompok sosial sifatnya lebih stabil daripada
kelompok sosial lainnya, atau dengan kata lain, strukturnya tidak mengalami
perubahan-perubahan yang mencolok. Ada pula kelompok-kelompok sosial mengalami
perubahan cepat, walaupun tidak ada pengaruh-pengaruh dari luar. Akan tetapi
pada umumnya, kelompok sosial mengalami perubahan sebagai akibat proses formasi
atau reformasi dari pola-pola di dalam kelompok tersebut karena pengaruh dari
luar. Keadaan yang tidak stabil dalam kelompok sosial terjadi karena konflik
antar individu dalam kelompok atau karena adanya konflik antar bagian kelompok kelompok
tersebut sebagai akibat tidak adanya keseimbangan.
Perubahan struktur kelompok sosial karena sebab-sebab
luar pertama-tama perlu diuraikan mengenai perubahan yang disebabkan karena
perubahan situasi. Situasi yang dimaksud di sini adalah keadaan di mana
kelompok tadi hidup. Perubahan pada situasi dapat pula mengubah struktur kelompok
sosial tadi.
Sebab kedua adalah pergantian anggota-anggota
kelompok. Pergantian anggota suatu kelompok sosial tidak perlu membawa
perubahan struktur kelompok tersebut. Umpamanya persoaln suatu pasukan angkatan
bersenjata sering mengalami pergantian, dan itu tidak selalu menagkibatkan
perubahan struktur secara keseluruhan.
Penyebab lainnya, yaitu sebab yang ketiga, adalah
perubahan-perubahan yang terjadi dalam situasi sosial dan ekonomi. Dalam
keadaan depresi misalnya, suatu keluarga akan bersatu untuk menghadapinya,
walaupun anggota-anggota kelurga tersebut mempunyai agama ataupun pandangan
politik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
3.
Penutup
1.
manusia pada umumnya dilahirkan
seorang diri, akan tetapi dia adalah makhluk yang yang tela mempunyai naluri
untuk hidup dengan manusia-manusia lain.
2.
kelompok sosial atau “social
group” adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh
karena itu, adanya hubngan antara mereka. Hubunan tersebut antara
lainmenyangkut hubungan timbale-balik yang saling mempengaruhidan juga suatu
kesadaran untuk saling menolong.
3.
beberapa persyaratan kelompok
sosial adalah:
a.
Setiap anggota kelompok tersebut
harus sadar bahwa dia merupaka sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
b.
Ada hubugan timbal-balik antara anggota
yang satudengan anggota yang lain.
c.
Terdapat suatu faktor yang
dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubngan antara
mereka bertanbah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan
yang sama., tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain.
d.
Bersturuktur, berkaidah dan
mempunyai pola perilaku.
4.
kelompok-kelompok yang tidak
teratur.
a.
kerumunan (crowd) adalah
individu-individu yang berkumpul secara kebetulandi suatu tempat dan juga pada
waktu yang bersamaan.
b.
Bentuk-bentuk kerumunan:
1) kerumunan
yang berartkulasi dengan struktur sosial :
a)
khalayak penonton atau pendengar yang formal (formal audien).
b) kelompok ekspresif yang telah
direncanakan (planned expressive group).
2) kerumunan yang bersifat sementara
(Casual crowds):
a) kumpulan yang kurang menyenangkan (Inconvenient
aggeragations).
b)
kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panic (Panic crowds).
c) kerumunan penonton (Spectator crowds).
3) kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (lawless
crowds).
a) kerumunan yang bertindak emosional (Acting
Mobs).
b) kerumunan yang bersifat immoral (immoral
crowds).
5.
dinamika kelompok sosial setiap
kelompok sosial pasti mengalami perubahan atau perkembangan. Perubahan dalam
kelompok sosial, ada yang mengalami perubahan secara mencolok dan ada pula yang
cepat.
Daftar
Pustaka
D. Hendropuspito OC, Sosiologi Sistematik,
(Yogyakarta: Kanisus, 1989)
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua),
(Jakarta: Lembaga Penerbit Fakutas Ekonomi, 2000)
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks
Pengantar Dan Terapan (Edisi Kedua), (Jakarta, Kencana, 2007)
[1]
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua), (Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakutas Ekonomi, 2000), hlm. 129.
[2] J.
Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan
(Edisi Kedua), (Jakarta, Kencana, 2007), hlm. 23.
[3] J.
Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan
(Edisi Kedua) hlm. 24.
[4]
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006), hlm. 101.
[5] D.
Hendropuspito OC, Sosiologi Sistematik, (Yogyakarta: Kanisus, 1989),
hlm. 41.
[6]
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006), hlm.101
[7]
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, hlm. 149, 150.
[8]
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, hlm.128
[9] J.
Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan, (Edisi
Kedua), hlm.
[10] J.
Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan
(Edisi Kedua), hlm. 39
[11] J.
Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan
(Edisi Kedua), hlm. 41.
[12]
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi, 2000), hlm. 132
This post have 0 komentar
:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100