pusat-pusat penyebaran islam di kaliamantan

author photo May 13, 2012

A.     PENDAHULUAN

Islam merupakan agama yang paling semurna di bandingkan dengan agama-agama yang lain, karena islam pada dasarnya adalah penyempurna dari agama-agama. Agama islam merupakan sumber yang paling bermutu jika di bandingkan dengan yang lain. Dan disinilah mayoritas manusia memaluhkan paku keyakinannya di paku agama islam.
Agama islam bukanlah agam yamg langsung muncul dan di ketahui oleh mayoritas manusia, akan tetapi agama islam di perjuangkan dengan tetesan darah dan paluh untuk menegakkan bendera islam di kaca mata manusia. Dengan susuh payahnya para Nabi-nabi dan para orang-orang yang sudah mengorbankan segalanya demi agama islam, baik mengorbankan keluarga, harta, darah.
Islam adalah agama  mampu membahagiakan umat manusia, isalam adalah agama yang mampu menolong umat, di samping demikianlah islam mampu menarik simpati manussia hingga pada akhirnya islam jaya di muka bumi ini. Perkembangan islam di muka ini bukanlah dengan perktaan sim sulabim, akan tetapi dengan semangat yang tinggi dan iman yang kuat hingga islam jaya di bumi kita ini.
Kalimantan adalah kepulawan yang cukup besar, oleh karena itulah perlu rasa semangat yang tinggi untuk menjelajahnya, di samping demikian kalimantan  terbagi emmpat penjuru, kalimantan selatan, barat, timur dan tengah. Sekarang islam di kaalimantan sudah menjadi mayoritas di kaca mata kependudukan. Oleh karena itulah keringat yang di lakukan oleh para pejuang-pejuang dengan membawa kalimat Allah hingga mampu menembus cakrawala kalimantan sediri.
Dengan semangat demikian bagaimanakah cara kerja pejuang kalimat Allah meyakinkan bahwa islam adalah agama yang hakiki di kalangan masyarkat kalimantan? Siapakah yang berperan dalam perkembangan islam di kalimantan?



B. PERKEMBANGAN ISLAM DI KALIMANTAN SELATAN      
            Masuknaya agama islam di kalimantan selatan sebnarnya sebelum kerajaan banjar berdiri pada porosnya, dan di perkirakan denganpenuh seksamaa bahwa perkembangan agama islamn  di kalimantan selatan itu pada abad ke-14 M. Denagan kata lain berdirinya kerajaan islam di kalimantan selatan dengan tonkat pertama yaitu sultan suriyansah tidak menjadi alasan pertama bagi awal-awal islam menjadi agama di kalimantan selatan.
            Dua abad sebelum kerajaan banjar berdiri, di sekitar kuin sudah terdapat pemukiman penduduk yang memeluk  agama islam yang di kenal sebagai penduduk oloh masih atau orang melayu yang tinggal di sekitar kiun, islam masuk ke kalimantan secara damai dan kebnyakan ornag-orang penyebarnya adalah orang-orang pedagang atau ulama sebagai hhasil dari timabal balik hubunghan kelautan dalam maslah perdagangan antara johor-malaka, kemudian pasai dan aceh dengan negaraa daha dengan bandar muara bahan yang ramai saat itu di kunjungi para pedagang-pedagang dari mana-mana, dan waktu itu yang menjadi raajaa di negara Daaha adalah Panji agung maharaja sari kaburangan sekitar abad ke-14[1].
            Akan tetapai penyebaran islam sangat meluas karana berdirinya kerajan Banjar yang di podasikan oleh pangeran Suriyansah sebagai raja pertama yang memeluk islam, dengan bantuan hubungan antara islam Demak dan pantai utaara jawa timur gersikk, Tuban dan Surabaya mempercepat penyebaran islam di kalimantaan selatan.
            Dengan demikian dalam tatarias islam di kalimantan bisa di rakumendasiakan sebagai berikut:
1.      Agama islam pada tahun-tahun tersebut sudah berkembang di segala penjuru  kerajaan di kalimantan
2.      Agama islam masuk ke daerah pedalam-pedalaman dengan cara dan sistem kedamayan seperti  melalui teknis perkawinan, dan perdagangan.
3.      Agama islam telah mengikat kuat dalam sistem kesatuan anttara umat yang be3pondasikan dari bebarapa item suku.
4.      Mudah berkembangnya agama islam di karenakan penduduk waktu itu berada di pinggiran laut dan sungai.
5.      Hubungan kalimanttan dengan jawa sudah ada sejak zaman Hindu Maja Pahit yang berlangsung pada zman islam demak[2]
            Pada awalnya Raden Paku yang di kenal sebagai Sunan Giri yang waktu itu  berumur 23 tyahun, beliyau sudah berlayar ke negri-negri jiran untuk menyebarkan agama islam dengan sistem perdagangan yang pada waktu itu singgah ke pulau kalimantan  dan berlabuh di pemukiman Oloh Masih dengan membawa barang dagangan sebnyak tiga buah kapal bersama dengan juragan kemboja yang terkenal dengan nama Abu Hurairah, sesampai di pelabuhan datanglah penduduk untuk membeli barang-barang yang telah di bawa beliyau akan tetapi jika yang datang itu adaalah ornga fakir maka barang-barang itu du berikannbya secara Cuma-Cuma dan ini merupak segi penghibur bagi mereka.
            Di samping yang demikian Sunan Giri juga mengirim pelajar-pelajar, saudagar, nelayan ke pulau madura, bawean dan kangean bahkan sampaai ke ternate, bahakan saalah seorang keturunan raja daha yang bernamaa raden Sekar Sunggung pergi ke jawa ikut dengan sunan Giri yang pada akhirnya beliau bbergelar dengan sunan serabut. Melalui jalur inilah hingga pada akhirnya Raden Samudra mendapat bantuan dalam peperagn melawan pamannya pamn tumenggung, dan melalui perdagangan inilah raden samudra mengenal agama islam sehingga dengan mudah persaratan Raden Demak untuk mendapatkan bantuan sehingga dengan senang hati raden Samdra memluk agama islam, hal ini mennujukan bahwa da,wah sunan giri berhassil memperkenalkan islam ke daerah kalimantan seltan dengan berdirinya kerajaan banjar.
            Sunan Giri yang di waktu mudanya bernama Raden  Paku dalah putar dari Maulana Ishak seorang ulama yang berasal dari pasei, Aceh. Raden paku mrempunyai seorang istri dari putri raja yang konon katanya beliyau beribu dengan putri raja balambangan, karena beliyau dapat menyembuhkan penyakit putri  raja Blambangan yang waktu itu kerajaan masih beragama hindu dan ketika putri raja kawin dengan Maulana ishak maka putri raja itu masuk ke agama  islam. Dan mempunyai anak yang bernama Raden paku yang bergelar sebagai sunan giri, dan beliyaulah salah satu orang yang menyebarkan islam ke kalimantan[3].
            Menurut sejarah yang lain bahwa islam berkembang di kalimntan melalui dua jalan:
1.      Melalui jalan pedagang, bagaimana para pedagang melakukan taransaksi terhadap masyarakat-masyrakat kalimantan para pedagang tersebut datang melalui jalan malaka, padda tahun 1276 M kerajaan Malaka berdiri yang di pimpin oleh sultan Mohammad Syah dan setelah iitu di pimpin kembali Abdul Aziz yang datang dari jedah untuk membawa agama islam[4], terutama setelah malaka jatuh ke tangan protogis, hingga akhirnya mereka tinggal di pesisir barat pulau kalimantan, setelah itu bergeser ke pulau utara, hingga sampai ke brunae dan mindano. Waktu spanyol datang ke brunae dan di temuinya di sana ada kerajaan brunae yang sangat kuat waktu itu,, hingga pada akhirnya para Muballigh dari Bernae menyebar luaskan islam ke philipina selatan hinnga pada akhirnnya ada yang sampai ke kalimantan[5].
2.      Muballigh islam yang di kirim dari kerajaaan  islam jawa (Demak)  dan  kebanyakan dari mereka melancarkan ushanya yang mendarat di dermaga bagian selatan pulau kalimantan yaitu di Banjarmasin dan sekitarnya[6].
Para ahli sejarah mengambil keputusan bahwa kerajaan Pasae yang bertempat di Aceh itu adalah kerajaan islam pertama, dan dari sinilah islam berkembang sedemikian pesaatnya hingga ke berbagain penjuru. Berikut ini adalah jejak petualangan para Muballigh ke negri-negri yang lainnya:
1.      Jurusan pidie, Aceh besar, Daya, Trumon, Barus, Pariaman dan sekitarnya sepanjang pesisir barat pulau sumatra dan sekelilingnya.
2.      Jurusan Malaka dan sekelilingnya.
3.      Jurusan pessisir utara pulau sumatra dan pulau jawa, dan dari Malaklah berkembang islam ke daerah-daerah lain terutama setelah berdiri kerajaan Malak, di saat inilah para Muballigh-muballigh gencar-gencarnya melakukan dakwah ke pelosok-pelosok salah satunya adalah ke kalimantan yang di bawa oleh Maulana Malik Ibrahim yang berlajar di Pasae, dengan jalur para orang-orang sumatra tengah yang suka berlayar untuk berdagang ke Kalimantan dan sekitarnya[7].
Akan tetapi dalam masa permulaan sekali Menurut Sir Thomas Arnold, “Mustahil dapat di ketahui tanggal  yang jelas tahun yang tepat tentang masuknya islam ke negri-negri melayau slaha satunya adalah kalimantan. Barangkali islam telah di bawa kr negri melayu sejak abad pertama yang di bawa oleh saudagar-saudagar arab dari Hijrah Nabi[8].
Dalam pendapat ahli sejrah lain bahwa islam masuk ke kawasan melayu itu dalam dua persoalan:
1.      Islam mampu menerobos ke negri-negri melayu.
2.      Apakah orng arab yang pertama kali membawa islam ke bangsa Melayu ataukah orng india.
Menilik bahwasanya alat-alat perhubungan pada masa itu adalah kapal layar, tidak ada kapal-kapal besar yang menggunkan mesin canggih, dengan demikin orng-orang arab di mungkinkan dengan besar bahawa mendarat di pelabuhan pantae melabar. Jalan tempuhnya melalui pantai laut merah atau dari pantai sebelah selatan sungai sind hingga berniaga ke pantai Malabar, di saat ini lagh kemungkina orng india lansung menuju pulau-pulau melayu[9].
C. DAERAH PEMUKIMAN DAN DAERAH PENYEBARAN AGAMA ISLAM
Dalam penyebaran imigran Melayu atau bisa di katakan nenek moyang urang Baanjar yang mula-mula bermmukim di lembah-lembah sungai Martapura, sungai Negara, dan sungai-sungai yang lain yang merupakan cabang dari sungai Negara. Yang terpenting di antaranya adalah sungai Tabalong, Balangan, (batang) Alay, Labuhan Amas, Amandit, dan Tapin.  Semua sungai yang di sebutkan ini merupakan sampai batas-batas tertentu.
Pemusatan penduduk waktu itu yang paling banyak di  huni adalah di pinggiran sungai yang telah di sebutkan tersebut, hingga pada akhirnya dengan pemukiman nenek moyang ddahhulu sekarang telah menjadi kota-kota yang terkenal di kalimanytan selatan misalnya: Banjarmasin, Martapura dan keduanya ini di tepi sungai Martapura, Marabahan (Di muara bahan), Banua lawas, Kelua dan tanjung adalah di tepi sungai Tabalong, Rantau di tepi sungai tapin, Kandangan di tepi sungan Amandit, Birayang dan Barabai keduanya di tepi sungai Alay.
Hanya Tanjung dan umumnya lembah tabalong yang terletak di dataran yang agak tinggi dari permukaan laut seperti kota Barabai, Kandangan, Rantau, Binuang. Sedangkan Amuntai dan Alabio, Negara berada di kawasan rendah dan sering banjir[10].
D. DI ANTARA ULAMA-ULAMA YANG PALING BERKESAN DI KALIMANTAN SELATAN
A.     Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari
Sekitrar tahun 1700-1734 M. Yaitu pada masa kekuasaan sultan Tahmidullah bin Sultan Tahmidullah tinggalalh seorang pemuda yang bernama Abdullah bin Abu Bakar bin Abdul Rasyid dengan sang istri bernama Aminah. Pada malam kamis jam tiga dini hari tanggal 15 shafar H./ Maret 1710 M , lahirlah seornag putera yang bernama Muhammad Jafar yang sudah dewasa di ganti dengan Muhammad Arsyad. Dengan keserdasan yang beliau miliki akhirnya sultan membawa nya ke istana dan akhirnya d kawinkan dengan  gadis yang dalam masalah agama yaitu bajut., sesudah demikian dengan berlalunya waktu sutan memberangkatkan Muhammad Arsyad ke tanah suci untuk berhaji dan menuntut ilmu disana dan tinggal di sebuah kampung yang bernama Syamsiyah, dan berguru di sana, dan nama sebagian gurunya adalah:
1.       Syeikh ‘Athamillah bin Ahmad al-mishry, di kota makkah
2.      Syeikh islam imamul haramain syeikh muhammmad bin Sulaiman al-kurdi, di kota makkah.
Hinggga dengan ilmu yang beliau tuntut hingga pada akhitnya beliyau mengaranng beberapa kitab yang berpungsi untuk umat Islam yang khususnya di kalimantan selatan saat itu.
            Pada malam selasa antara magrib dann isya tanggal 6 syawwal 1227 h./13 Oktober 1812 M dan beliau di makamkan di desa kelampayan[11]
B.     Syekh muhammmad Nafis Al-Banjari.
Muhammad nafis bin Idris bin husein bin ratu Kasuma yoeda bin pangeran Samudra beliau lahir pada tahun 1148 H./1735 M. Di kota Martapura yang belyau sendiri adalah keturunan dari sultan Suriyansah[12].
C.     Syekh Abdul Hamid Abulung.
Sampai sekrang tidak ada sejarahwan yang mencatat tenytang asal usul yang jelas tentang beliyau. Namun di ceriitakan bahwa beliyau adalah shufi yang sangat tenggellam ke lembah fana Billah.
D.     Syekh Ahmad Khttib As-sambasi.
Nama lengkap belliytau adalash Ahmad bin Abdulla Ghafar bin Abdullah bin Muhammad al-jawi as-Sambasi yang di lahirkan di kampung asam kalbar pada Shafar 1217 H. Beliyau adalah orang pertama di asia yang menjadi khatib di makkah. Beliyau wafat pada 1289 H[13].
E.      Mufti Jamaluddin al-banjari.
Beliyau adalah salah satu keturunan dari Syekh Muhammad Arsyad.
Masih banyak lagi tokoh-tokoh yang sanga berpengaruh di kalangan penyebaran islam di kalimantan selatan
Zaman prasejarah di kalimantan selatan
            Dalam prasejarah kalimantan selatan bisa di gambarkan dengan bentuk yang di  mulai pada babakan atau preodi prasejaraah atau zaman kuno[14], zaman baru 1500-1905 zaman perintis kemerdekaan 1901-1942, zamanpendudukan jepang1949, zaman perang kemerdekaan 1945-1949, preode orde lama 1959-1966 dan semuanya di akhiri dengan preode orde baru 1959-1966[15].
            Urang banjar adalah gelar penduduk kalimantan selatan meskopun bukan asli dari kalimantan itu sendiri,  Urang banjar itu seetidak-tidak nya etnik dengan melayau krna kalimnatan seltan adalah kota melayu[16].
            Dikalimantan selatan terutama sejak abat ke-14 sampai awal abad ke-16 yakni sebelaum terbentukanya kerajaan banjar yang beroreintasikan islam telah terjadi pembentukan negara menjadi dua fase, fase pertama yang di sebut dengan suku (etnic state)  yang di wakili oleh negara nansarunai milik orang manyan. Fase ke dua adalah negara awal (early state) yang di wakili oleh negara dipa dan negara daha. Terbentuknya negara dipa dan negara daha menandakan zaman klasik di kalimantan selatan. Akan tetapi negara daha akhirnya lenyap dengan beriringnya dengan terjadi pergolakan di istana. Beralih ke preode negara kerajaan (kingdom state)  dengan lahirnya kerajaan baru yaitu kerajaan banjaar pada tahun 1526 t=yang menjadikan islam sebagai agama resmi kerajaan[17].
F.      KONDSISI LINGKUNAGN ALAM DI KALIMANTAN SELATAN
            Sebagian besar pulau alimantan terbangun dari sedimen laut yangf berasal dari laut jawa dan cina selatan. Dana bagian barat daya pulai ini  terdiri dari singkapan batuan-batuan besar di perkirakan berumur 400 juata tahun.  Yang pada masa lalu merupakan dataran sunda yang suatu saat pernah menyatu dengan kampung Melayu, Jawa, dan Sumtra.
            Dengan demikian oara pakar dalam ilmu sains mencoba merumuskan secara kritis masalh ini bahwa  pada [preode glasial dan interglasial[18]. Yang pada akhirnya telah merubah permukaan air laut di seluruh dunia termasuk kepulawan indonesia yang tercatat sebagai daerah khotulistiwa hingga akhirnay dataran air laut menysut hingga 100 meter dari permukaan tanah dan sekarang telah menjadi dataran yang lluas dari laut cina selatan dan laut jawwa secara preodes telah menjadi kering, sedangkan daerah timurnya menjadi pulau termasuk sulawesi, dan kalimantan.

G. PERKEMBANGAN ISLAM DI KALIMANTAN BARAT
            Peneliti dari Amerika J Davidson pernah menyampaikan ketertarikannya mengenai perkembangan Islam di Kapuas Hulu. Katanya, bagaimana di pedalaman Kapuas Hulu ini, Islam menjadi agama mayoritas? Kok, komposisinya bisa 60:40 ? Padahal Sintang, Sanggau, yang lebih dekat dekat pusat Islam, lebih dekat dengan pantai, konon lebih terbuka, penduduk yang bukan Islam jumlahnya lebih banyak.
Dua tahun sudah berlalu. Sampai hari ini pertanyaan itu sedang berusaha dijawab. Sekaligus melengkapi informasi yang sampaikan Departemen Agama Kapuas Hulu hampir 20 tahun lalu, ketika Tim Peneliti Depag yang dipimpin Moch Malik berhasil menerbitkan naskah yang diberi judul Masuk dan Berkembangnya Islam di Kapuas Hulu.
Daerah pertama di Kalimantan Barat yang diperkirakan terdahulu mendapat sentuhan agama Islam adalah Pontianak, Matan dan Mempawah. Islam masuk ke daerah-derah ini diperkirakan antara tahun 1741, 1743 dan 1750. Menurut salah satu versi pembawa islam pertama bernama Syarief Husein, seorang Arab[19]versi yang lebih lengkap menyatakan, nama beliau adalah Syarif Abdurrahman al-Kadri, putra dari Svarif Husein. Diceritakan bahwa Syarief Abdurrahman Al-Kadri adalah putra asli Kalimantan Barat. Ayahnya Sayyid Habib Husein al-Kadri, seorang keturunan Arab yang telah menjadi warga Matan. Ibunya bernama Nyai Tua, seorang putri Dayak yang telah menganut agama Islam, putri Kerajaan Matan. Syarif Abdurrahman al-Kadri lahir di Matan tanggal 15 Rabiul Awal 1151 H (1739 M). Jadi ia merupakan keturunan Arab dan Dayak dan Ayahnya Syarief Husein (Ada yang menyebutnya Habib Husein) menjadi Ulama terkenal di Kerajaan Matan hampir selama 20 tahun[20]
Melihat keterangan di alas tampak bahwa islam masuk di Kalimantan Barat dibaw-a oleh juru dakwah dari Negeri Arab. Ini sejalan dengan teori beberapa sejarawan Belanda diantaranya Crawford (1820), Keyzar (1859), Neiman (1861), de Hollander (1861), dan Verth (1878). Menurut mereka penyiar Islam di Indonesia (Nusantara) berasal dari arab, tepatnya dari Hadramat, Yaman. Teori ini didukung pula oleh sejarawan dan ulama Indonesia modern, seperti Hamka, Ali Hasyim, Muhammad Said dan Syed Muhammad Naquib a( atlas (Malaysia)[21]
Memang ada teori lain yang menyatakan Islam di Nusantara berasal dari anak Benua India, yaitu dari Gujarat dan Malabar yang bermazhab Syafi’i. Teori ini dekemukakan oleh Pijnapel, seorang ahli sejarah melayu dari Universitas Leiden, Belanda, yang mengemukakan teorinya tahun 1872, yang menurut Azyumardi Azra diperkirakan diadopsi dari catatan perjalanan Sulaiman, Marcopolo dan Ibnu Baturiah. Teori lainnya, menyatakan Islam di Nusantara disebarkan oleh pedagang dan juru dakwah dari Benggala (Bangladesh) sekarang, yang titian dakwahnya melalui Cina (Kanton), Pharang (Vietnam), Lerang dan trengganu, Malasia. Teori ini dianut oleh Tome Pieres dan SQ Fatimi[22]
Teori-teori diatas mungkin saja ada benarnya, mengingat banyaknya wilayah pantai Nusantara yang menjadi pusat perdagangan dan sekaligus penyiaran Islam. Tetapi melihat nama syarif Husein Al-Kadri dan putranya Syarif Abdurrahman al-Kadri yang pertama kali membawa dan menyiarkan Islam di Kalimantan Barat, maka tidak diragukan lagi untuk wilayah Kalimantan barat saat itu pembawanya adalah juru dakwah dari Arab.

Tidak dijelaskan secara pasti apakah Syarif Husein seorang pedagang atau Ulama karena diatas disebutkan aktifitasnya sebagai Ulama mencapai 20-an tahun. Tetapi diperkirakan, mulanya ia memang seorang pedagang, sebagaimana tipologi orang Arab pada umumnya, tetapi dimasa tuanya lebih memfokuskan sebagai Ulama atau juru dakwah. Sedangkan aktivitas dan bakat sebagai pedagang diwariskan kepada putranya, Syarif Abdurrahman al-kadri.

Terbukti sewaktu mudanya Syarif Husein al-Kadri aktif berdagang mengelilingi daerah-daerah di Sumatera seperti Tambilahan, Siantan, Siak, Riau dan Palembang, juga dikawasana Kalimantan, seperti Banjar Kalimantan Selatan dan Pasir di Kalimantan Timur. Bahkan ia juga berhubungan dagang dengan para pedagang Indonesia lainnya dan pedagang mancanegara, seperti dari Arab, India, Cina, Inggris, perancis dan belanda. Dari pengalaman dan kesuksesannya berdagang, ia membangun armada dagang yang kuat yang dilengkapi persenjataan serta kapal-kapal yang tangguh, yang dipimpin seorang sahabatnya bernama Juragan Daud.
H.     PENDIRI KE SULTANAN PONTIANAK
Setelah Syarif Abdurrahman Al-Kadri mengurangi aktifitas dagangnya. ia kemudian lebih memfokuskan untuk mendirikan suatu kerajaan atau kesultanan Islam. Mulanya tahun 1185 H (1771 M) ia meninggalkan Mempawah menuju Pontianak. Setelah 4 hari berlayar disungai Kapuas, rombongannya mendarat di Istana Kadriah yang sekarang dinamai Pontianak. Di sini ia membangun perumahan dan balai serta masjid. Di tahun yang sama ia balik ke Mempawah untuk membawa serta keluarga dan mengambil armada Tiang Sambung ke Pontianak.
Tahun 1777 dengan dibantu Raja Haji dari Riau, ia berlayar ke Tayan dan Sanggau untuk menaklukkannya dibawah kekuasaan Pontianak Selanjutnya tahun 1778 dengan dihadiri oleh para sultan dan penambahan dari Landang. simpang, Sukadana, Malay dan Mempawah, raja haji mengangkat dan menobatkan Syarif Abdurrahman al-Kadri menjadi Sultan dari kesultanan Pontianak. Setelah itu kesultanan Pontianak terus menguat dan menguasai Mempawah, Sambas, dll, baik dengan jalan perang maupun damai.[23] Setelah Sultan Syarif Abdurrahman AI-Kadri wafat tahun 1808 M, berturut-turut sejumlah sultan keturunannya berkuasa di Kesultanan Pontianak, yaitu:
  1. Sultan Syarif Kasim Al-Kadri (1808-1819)
  2. Sultan Syarif Usman AI-Kadri (1819-18SS)
  3. Sultan Syarif Hamid Al-Kadri (1855-1872)
  4. Sultan Syarif Yusuf Al-Kadri (1872-1895)
  5. Sultan Syarif Muhammad Al-Kadri (185-1944)
  6. Sultan Syarif  Thaha Al-Kadri (1944-1945)
  1. Sultan Syarif Hamid Al-Kadri (Sultan Hamid), (1945-1950)”
Adanya Kesultanan Pontianak yang dibangun oelh Sultan Syarif Abdurrahman Al-Kadri, putra Syarif Husein al-Kadri ini menarik untuk dikomentari. Sebelumnya disebutkan pedagang Arab atau Ulama asal Arab yang datang ke Indonesia tidak teriarik untuk membangun kekuatan Politik (political power) dengan cara mendirikan kerajaan sendiri yang dikuasai oleh keturunan Arab. Mereka lebih senang menjadi Ulama yang bersekutu dengan pihak kerajaan. Itu sebabnva tidak banyak diketahui orang Arab atau keturunan Arab yang menjadi pengusaha di Nusantara. Dari sedikit itu tercatat misalnya Fatahillah (Syarif Hidayatullah) yang berkuasa di Banten dan berhasil mengusir Poriugis dari Sunda Kelapa (Jayakarta) menguasainya. sehingga ia dianggap sebagai pendiri kota Jayakarta atau Jakarta sekarang, dan namanya diabadikan sebagai nama Universitas Islam negeri (UIN/ sebelumnya IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


Jadi masuknya Islam di Kalimantan Barat berjalan secara alami: Habib Husein al-Kadri sebagai juru dakwah pertama, dilanjutkan oleh putranya Syarif Abdurrahman al-kadri bersama para kader dakwah lainnya. Disebut alami disini karena selain tugas dakwah dijalankan, aktivitas ekonomis juga digerakkan sehingga para juru dakwah perintis ini memiliki kekuatan ekonomi yang kuat. Dengan kekuatan ekonomi ini pula dakwah menjadi semakin berhasil, ditambah relasi yang luas dengan para pedagang lainnya[24] Walaupun bagi Kalimantan barat, datangnya Islam yang dibawa oleh Syarif Husein al­Kadri, Kalimantan barta bukan merupakan daerah pertama yang didatanginva. Dan rentetan kronologi sampai akhirnya beliau menetap dan memusatk~ul dakwah di Kalimantan Barat.
Apa yang dilakukan Lembaga Persaudaraan Sejati (Lepas) hari ini dengan mengumpulkan sejumlah akademisi dan pemerhati Kapuas Hulu juga merupakan bentuk perhatiannya pada kajian ini. Mudah-mudahan langkah LSM ini juga diikuti oleh kalangan yang lain yang perduli dengan sejarah dan asal usul. Sehingga antar satu usaha dengan usaha lain saling menggenapi. Gilirannya dapat membangun landasan akademik mengenai Islam di Kalbar, ataupun mengenai masyarakat pedalaman.
Pertanyaan yang disampaikan kandidat Doktor asal Amerika itu, memang menarik dicermati. Ada beberapa alasan untuk itu.
Pertama, fakta mengenai wujudnya mayoritas muslim di pedalaman, lebih khusus lagi di sejumlah anak sungai, setahu kita kontroversi. Berbeda jauh dengan pemahaman dunia luar selama ini mengenai masyarakat Kalimantan, khususnya masyarakat pedalaman.
Meskipun pengetahuan mengenai Kalimantan masih terbatas, selama ini di dunia akademik, Kalimantan merupakan pulau orang Dayak. Atau, setidaknya ada image jika membicarakan mengenai Kalimantan –apalagi pedalaman, yang muncul dalam bayangan adalah orang Dayak . Yakni, pribumi Kalimantan yang hidup terkebelakang, beragama bukan Islam. Mungkin dengan asesoris tato, telinga panjang, telanjang dada bagi perempuan dan sejumlah image eksotik lainnya.
Karena tertarik dengan kesan eksotik itulah, sekian lama orang Dayak ini menjadi fokus perhatian dan menyita konsentrasi pembinaan landasan akademik mengenai pulau Kalimantan. Hampir-hampir masyarakat bukan Islam mengambil semua perhatian sarjana dan pakar. Collins sendiri pernah menduga ada alasan bukan akademik yang melandasi pilihan ini.
Bisa dibayangkan ketika ternyata di tengah pulau Kalimantan, di hulu Sungai Kapuas justru lebih banyak orang bukan Dayak, ilmuan harus merombak total image itu. Mereka harus mengubah ‘postulat’ dan bahkan ‘ilmu’ mereka mengenai Kalimantan.
Kedua : Bagaimana Islam tersebar begitu meluas di kawasan ini? Pertanyaan ini lebih menarik lagi. Apalagi seperti kita ketahui tidak ada Kiyai, tak ada wali yang populer dan tak ada pondok. Bagaimana Islam diterima masyarakat dan bagaimana Islam berkembang? Siapa yang terlibat dalam melakukan Islamisasi massal di sini? Faktor apa yang membuat Islam bisa diterima secara ‘kaffah’ di sini?
Masalahnya, catatan kolonial hanya menyinggung sedikit soal ini. Katanya, Jongkong mengirimkan mubalighnya ke dalam Sungai Embau untuk mengislamkan orang di sana.
kerajaan Jongkong di muara Sungai Embau mengutus zendekingen ‘misi’, kalau mengikut makna istilah Belanda itu, untuk menyebarkan syiar Islam di hulu sungai. Para penduduk tidak disuruh atau dipaksa tetapi diyakini melalui amanah dan amal mubaligh yang diutuskan.
Dalam komunikasi pribadi Collins mengajak berspekulasi bahwa selain karena pendekatan tersebut, Islam diterima secara massa oleh orang Embau –sebagai contohnya, karena kehadiran Belanda. Seperti diketahui missionaris yang berusaha mengagamakan masyarakat pribumi di sini memang dikaitkan dengan orang putih, kira-kira dianggap sama dengan orang Belanda. Karena itu resistensi kepada Belanda dan Kristen menyebabkan mereka menerima Islam dengan mudah .
Soalnya sekarang, kita memang memiliki informasi yang agak baik mengenai Islam di Sungai Embau sekarang, namun tidak untuk Sungai Bunut, atau Sungai Silat. Pertanyaannya kemudian, apakah polanya sama dengan apa yang terjadi di Embau?
Ketiga : Yang membuat kita penasaran juga adalah kenapa sebaran komunitas Islam dan bukan Islam seperti punya batas yang tegas. Batas itu, yakni arah selatan Sungai Kapuas sebagian anak-anak sungai didiami mayoritas (mutlak) Islam. Islam mendominasi di Sungai Embau, Bunut, merupakan dua sungai besar di Kapuas Hulu yang menganak ke selatan. Jika peta dibuat berdasarkan poros lintas selatan, membentang dari Bukit Biru, Nanga Tepuai, Riam Panjang, Boyan Tanjung, Nanga Semangut, hingga Putussibau, penduduknya Islam .
Sebaliknya, di bagian Utara, kebanyakannya beragama bukan Islam. Kawasan ini memanjang dari batas batas Kapuas Hulu, hingga berujung ke Kalimantan Timur. Sebut misalnya wilayah Badau dan Embaloh.
Secara awam kita percaya bahwa wujudnya pisahan ini terjadi tidak secara kebetulan. Tetapi ada usaha, ada upaya, dari kalangan mubaligh ratusan tahun lalu. Mesti ada penjelasan yang bisa diberikan, di kemudian hari melalui penelitian. Daerah pertama di Kalimantan Barat yang diperkirakan terdahulu mendapat sentuhan agama Islam adalah Pontianak, Matan dan Mempawah. Islam masuk ke daerah-derah ini diperkirakan antara tahun 1741, 1743 dan 1750. Menurut salah satu versi pembawa islam pertama bernama Syarief Husein, seorang Arab[25]versi yang lebih lengkap menyatakan, nama beliau adalah Syarif Abdurrahman al-Kadri, putra dari Svarif Husein. Diceritakan bahwa Syarief Abdurrahman Al-Kadri adalah putra asli Kalimantan Barat. Ayahnya Sayyid Habib Husein al-Kadri, seorang keturunan Arab yang telah menjadi warga Matan. Ibunya bernama Nyai Tua, seorang putri Dayak yang telah menganut agama Islam, putri Kerajaan Matan. Syarif Abdurrahman al-Kadri lahir di Matan tanggal 15 Rabiul Awal 1151 H (1739 M). Jadi ia merupakan keturunan Arab dan Dayak dan Ayahnya Syarief Husein (Ada yang menyebutnya Habib Husein) menjadi Ulama terkenal di Kerajaan Matan hampir selama 20 tahun[26].
Melihat keterangan di alas tampak bahwa islam masuk di Kalimantan Barat dibaw-a oleh juru dakwah dari Negeri Arab. Ini sejalan dengan teori beberapa sejarawan Belanda diantaranya Crawford (1820), Keyzar (1859), Neiman (1861), de Hollander (1861), dan Verth (1878). Menurut mereka penyiar Islam di Indonesia (Nusantara) berasal dari arab, tepatnya dari Hadramat, Yaman. Teori ini didukung pula oleh sejarawan dan ulama Indonesia modern, seperti Hamka, Ali Hasyim, Muhammad Said dan Syed Muhammad Naquib a( atlas (Malaysia)[27]
Memang ada teori lain yang menyatakan Islam di Nusantara berasal dari anak Benua India, yaitu dari Gujarat dan Malabar yang bermazhab Syafi’i. Teori ini dekemukakan oleh Pijnapel, seorang ahli sejarah melayu dari Universitas Leiden, Belanda, yang mengemukakan teorinya tahun 1872, yang menurut Azyumardi Azra diperkirakan diadopsi dari catatan perjalanan Sulaiman, Marcopolo dan Ibnu Baturiah. Teori lainnya, menyatakan Islam di Nusantara disebarkan oleh pedagang dan juru dakwah dari Benggala (Bangladesh) sekarang, yang titian dakwahnya melalui Cina (Kanton), Pharang (Vietnam), Lerang dan trengganu, Malasia. Teori ini dianut oleh Tome Pieres dan SQ Fatimi[28]
Teori-teori diatas mungkin saja ada benarnya, mengingat banyaknya wilayah pantai Nusantara yang menjadi pusat perdagangan dan sekaligus penyiaran Islam. Tetapi melihat nama syarif Husein Al-Kadri dan putranya Syarif Abdurrahman al-Kadri yang pertama kali membawa dan menyiarkan Islam di Kalimantan Barat, maka tidak diragukan lagi untuk wilayah Kalimantan barat saat itu pembawanya adalah juru dakwah dari Arab.
Tidak dijelaskan secara pasti apakah Syarif Husein seorang pedagang atau Ulama karena diatas disebutkan aktifitasnya sebagai Ulama mencapai 20-an tahun. Tetapi diperkirakan, mulanya ia memang seorang pedagang, sebagaimana tipologi orang Arab pada umumnya, tetapi dimasa tuanya lebih memfokuskan sebagai Ulama atau juru dakwah. Sedangkan aktivitas dan bakat sebagai pedagang diwariskan kepada putranya, Syarif Abdurrahman al-kadri.
Terbukti sewaktu mudanya Syarif Husein al-Kadri aktif berdagang mengelilingi daerah-daerah di Sumatera seperti Tambilahan, Siantan, Siak, Riau dan Palembang, juga dikawasana Kalimantan, seperti Banjar Kalimantan Selatan dan Pasir di Kalimantan Timur. Bahkan ia juga berhubungan dagang dengan para pedagang Indonesia lainnya dan pedagang mancanegara, seperti dari Arab, India, Cina, Inggris, perancis dan belanda. Dari pengalaman dan kesuksesannya berdagang, ia membangun armada dagang yang kuat yang dilengkapi persenjataan serta kapal-kapal yang tangguh, yang dipimpin seorang sahabatnya bernama Juragan Daud.
Jadi masuknya Islam di Kalimantan Barat berjalan secara alami: Habib Husein al-Kadri sebagai juru dakwah pertama, dilanjutkan oleh putranya Syarif Abdurrahman al-kadri bersama para kader dakwah lainnya. Disebut alami disini karena selain tugas dakwah dijalankan, aktivitas ekonomis juga digerakkan sehingga para juru dakwah perintis ini memiliki kekuatan ekonomi yang kuat. Dengan kekuatan ekonomi ini pula dakwah menjadi semakin berhasil, ditambah relasi yang luas dengan para pedagang lainnya. Walaupun bagi Kalimantan barat, datangnya Islam yang dibawa oleh Syarif Husein al­Kadri, Kalimantan barta bukan merupakan daerah pertama yang didatanginva. Dan rentetan kronologi sampai akhirnya beliau menetap dan memusatk~ul dakwah di Kalimantan Barat.
Beliau sendiri lahir tahun 1118 H di Trim Hadramat Arabia. Tahun 1142 H setelah menamatkan pendidikan agama yang memadai, atas saran gurunya berangkat menuju negeri-negeri timur bersama tiga orang kawannya untuk mendakwah islam. Tahun 1145 H mulanya mereka tiba di Aceh. Sambil berdagang mereka mengajarkan Islam disana. Lalu perjalanan di lanjutkan ke Betawi (Jakarta) sedanglan temannya Sayyid Abubakar Alaydrus menetap di Aceh, Sayyid Umar Bachasan Assegaf berlayar ke Siak dan Sayyid Muhammad bin Ahmad al-Quraisy ke Trenggano. Syarif Husein al-kadri tingggal di betawi selama 7 bulan, kemudian di Semarang selama 2 tahun bersama Syekh Salam Hanbali. Tahun 1149 beliau berlayar dari Semarang ke Matan (ketapang) Kalimantan Barat dan diterima di Kerajaan Matan.
Seiring dengan usaha dakwahnya, penganut Islam semakin bertambah dan Islam memasyarakat sampai ke daerah pedalaman. Maka antara Tahun 1704-1755 M ia diangkat sebagai Mufti (hakim Agama Islam) dikerajaan Matan. Selepas togas sebagai Mufti, beliau sekeluarga diminta oleh raja Mempawah Opo Daeng Menambun untuk pindah ke Mempewah dan mengajar agama disana sampai kemudian diangkat menjadi Tuan Besar Kerajaan Mempewah, sampai wafatnya tahun 1184 dalam usia 84 tahun.
I.        ISLAM MASUK KE KAPUAS ULU
Tulisan mengenai Islam di Kapuas Hulu masih terbatas. Jika diibaratkan gambar, maka informasi itu masih berserakan berbentuk fragmen. Di sana sedikit, di sini sedikit, terpisah-pisah sifatnya. Karena itu untuk melihat gambaran yang agak utuh maka perlu didefragmentasikan, perlu disusun oleh mereka yang ahli.
Sejauh ini ada beberapa tulisan yang menyinggung tentang Islam dan Islamisasi di Kapuas Hulu. Moch Malik dkk, mengatakan Islam kononnya masuk abad ke-6. Pada tempat lain Islam berkembang pada abad ke-18-19. Ketika itu sejumlah guru datang dari luar daerah mengajarkan Islam di pusat-pusat administrasi kerajaan: seperti Suhaid, Selimbau, Piasak, Jongkong, dan Bunut. Guru ini mendirikan madrasah mini. Peranan kerajaan kecil ini juga disoroti dalam tulisan ini.
Memang dari sekian banyak sumber yang bisa dipergunakan untuk melakukan studi sejarah, tulisan ini bisa digunakan sebagai data awal. Data-data hasil wawancara dengan tokoh agama di setiap kecamatan bisa menjadi titik tolak untuk kajian yang lebih mendalam dan akademis. Kelemahan metodologis, bisa diperbaiki melalui kajian lanjutan.
Sebenarnya, masih ada sumber lain yang bisa digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai Islam di sini. Dan juga merupakan petugas kolonial Belanda yang pertama menerbitkan hasil observasinya mengenai Islam di Kapuas Hulu. Bahan ini dimanfaatkan oleh penulis Belanda kemudian, Islam masuk sekitar tahun 1800-an, yakni tahun-tahun sebelum observasi van Kessel dilakukan.
Di Sungai Embau misalnya, ketika catatan dibuat tahun 1850, dia mengatakan dalam tahun akhir-akhir imi Dayak di Sungai Embau telah memeluk agama Islam , dan di kawasan Sungai Embau telah tersebar 200-300 tahun lalu dalam beberapa generasi. Salasilah generasi ditampilkan untuk mendapatkan kalkulasi tersebut. Sumbangan lain yang cukup berarti adalah catatan-catatan mereka mengenai dinamika keberagamaan masyarakat Islam di sini[29].
J.       BEBERAPA AGENDA PENELITIAN
Sekali lagi, gambaran sepintas lalu mengenai Islam di Kapuas Hulu masih terbatas. Karena itu, informasi ini masih dianggap sebagai informasi mentah; masih berserakan, yang menuntut tafsiran. Diperlukan penelitian mendalam di kemudian hari.
Dengan pengetahuan terbatas dan minimnya kemampuan, setakat ini diajukan beberapa agenda yang perlu diselesaikan sehingga tersusun satu kesepahaman sejarah. Wujudnya perbedaan tahun masuknya Islam ke daerah ini bisa jadi harus ditafsirkan bahwa Islam sudah masuk pada masa tersebut, tetapi belum berkembang luas. Agama ini masih dianut beberapa orang saja. Faktor sosial menyebabkan Islam baru berkembang pada menjelang abad ke-19. Ketika Belanda datang dan mencoba mengagamakan penduduk setempat, sembari menguasai sumber alam setempat.
Bisa juga ditafsirkan, perbedaan tahun terjadi karena perbedaan lokasi. Maksudnya, masuknya Islam di Selimbau yang berada di jalur terbuka, berbeda dengan masuknya Islam di Riam Panjang misalnya, yang tertutup jauh lagi di dalam sungai Embau. Perhubungan yang sulit ketika itu menyebabkan Islam tidak bisa tersebar secara serentak. Dan inilah yang menyebabkan ada perbedaan tahun tersebut[30].
Bisa juga ditafisrkan bahwa salah satu sumber ada yang terkeliru sehingga muncul tafsiran yang salah. Misalnya yang satu mengaitkan dengan masuknya Islam di kawasan pesisir pantai –yang mendasarkan dugaannya dengan sejarah kawasan. Pokoknya, ada banyak kemungkinan, dan ini memerlukan diskusi terus menerus, penggalian data yang serius dan tentu saja oleh mereka yang ahli. Sebab orang yang tidak ahli akan menafsirkan berdasarkan perasaan dan kemampuan yang minimun, yang justru kadang menyesatkan.
Selain itu, ada pertanyaan lain yang mesti diselesaikan. Siapa yang melakukan Islamisasi ratusan tahun lalu itu? Siapa tokoh sentral? Memang ada beberapa nama yang disebutkan terlibat dalam usaha ini (Lihat Moch Malik dkk 1985). Di antara nama-nama itu perlu dibahas dengan mendalam. Kajian biografi merupakan jawaban atas data ini.
Mengenai metode sedikit banyak kita sudah mendapat gambarannya. Meskipun tidak dikenal dengan institusi pondok –Pondok Pesantren Pertama Kapuas Hulu di Nanga Tepuai tahun 1990-an, namun kegiatan pengembangan Islam bisa dilakukan. Tetapi menarik mengimbas kembali apa yang disampaikan penulis Belanda yang mengenal istilah Islam transisi. Maksudnya, adalah ada sekelompok masyarakat yang memeluk Islam tetapi mereka belum melaksanakan ajaran Islam dengan baik. Setidaknya dalam catatan tersebut, disebutkan penduduk Islam yang masih minum tuak, memelihara anjing dan makan
Sejarah mencatat bahwa orang-orang Tionghoa memainkan peranan yang tidak kecil dalam proses Islamisasi di Nusantara. Meskipun, bukan misi utamanya untuk menyebarkan Islam, namun ekspedisi Laksamana Cheng Ho yang bermarga Ma sebanyak 7 kali ke Nan Nyang (Asia Tenggara) atas perintah Kaisar Yongle (kaisar keempat Dinasti Ming) selama juga membawa agama yang mereka anut. Akan tetapi beberapa anak buahnya ada yang kemudian menetap di Kalimantan bagian Barat dan membaur dengan masyarakat setempat. Mereka juga membawa ajaran Islam yang mereka anut.
            Lalu mengapa kemudian seolah-olah ada upaya untuk memisahkan orang Tionghoa dari Islam? Di Kalimantan Barat, jika orang menyebut Cina atau Tionghoa maka secara otomatis asosiasinya dengan bukan Islam. Seakan-akan Tionghoa atau Cina identik dengan agama (bukan Islam)[31].
K.    PERKEMBANGAN ISLAM DI KALIMANTAN TENGAH
Kerajaan Kotawaringin yang didirikan tahun 1979 di (Daerah Kotawaringin sekarang), merupakan satu-satunya kerajaan yang pernah ada di Kalimantan Tengah. Data-data yang dapat mengungkapkan sejarah sebelum berdirinya kerajaan ini masih sedikit diketahui, hanya dapat dicatat bahwa pada tahun 1620 agama Islam sudah mulai dikembangkan dari kerajaan Demak ke daerah Kotawaringin. Menurut para ahli sejarah yang jelas tentang masuknya dan berkembangnya agam Islam di wilayah  Kotawaringin, yang sekarang di sebut Kota Waringin Barat dan Kotawaringi Timur (Pangkalan Bun dan Sampit), diduga kuat dan meyakinkan, diawali dengan datangnya seorang toloh beragama Islam, bernama Kiyai Gede yang berangkat dari kerajaan Demak melalui pelabuhan Gresik menuju kerajaan Banjar (di Kalimantan Selatan) dan ditugaskan Raja Banjar untuk melakukan survey kedaerah baru untuk mendirikan kerajaan. Kiyai Gede bersama rombongan menempuh pelayaran laut, sungai dan anak sungai, kyai Gede dan rombongan yang melakukan survei daerah baru dan menyiapkan lokasi kerajaan serta melakukan perundingan, memberikan contoh atau keteladanan yang baik dalam masyarakat[32].
·        Maksud tersebut adalah “Mempersatukan semua kelompok yang ada di daerah ini dan menjadikan daerah yang bersangkutan sebagai pusat kejaan, yang diperintaholeh seorang raja yang didatangkan dari kerajaan Banjar, bernama Pangeran Adipati Anta Kusuma.
·        Perundingan antara Kyai Gede dan kepala suku ditanggapi dan menghasilkan kesepakatan bahwa Kiyai Gede boleh melaksanakan maksudnya dengan syarat:[33]
·        (1). Adu kesaktian)kekuatan dengan cara memukulkan pipa yang berat yang terbuat daru logam perunggu seratus kali kekepala.
·        (2). Pihak yang terlebih dahulu yang dipukul adalah Kiyai Gede sendiri.
·        Dalam adu kekuatan ini, ternyata Kiyai Gede unggul sebagai pemenang, oleh karena itu Kiyai Gede berarti sudah dapat melaksnakan maksudnya.
·        Kiyai Gede menjemput rombingan anak buahnya, setelah anak buahnnya terkumpul maka mereka bersama-sama penduduk setempat bergotong-royong membuka hutan, yang banyakditumbuhi pohon beringin, maka tempat tersebut dinamakan Kotawaringin.
·        Masjid Jami Kiai Gede sebagai salah satu tonggak penyebaran ajaran Islam di Kalimantan Tengah. Masjid yang menjadi saksi sejarah perjalanan umat muslim itu dibangun ratusan tahun silam. Saat ini masih kokoh dan berfungsi seperti awalnya, sebagai tempat ibadah sekaligus pusat kegiatan kemasyarakatan. Meski banyak bangunan baru yang megah, namun keberadaannya tetap menjadi tonggak sejarah bagi masyarakat muslim.
Masjid menghadap Sungai yang membelah Kota Waringin Barat karena sarana angkutan air masih menjadi pilihan utama. Kontruksi kayu pilihan dan pondasi panggung memungkinkan bangunan lebih tahan menghadapi perubahan cuaca. Arsitektur yang dipilih bersusun, meski tidak sama persis dengan Masjid Agung Demak, namun memiliki struktur yang sama.
Kaiatan sejarahnya jelas, mengambil nama Kiai Gede seorang mubaligh dari Demak Bintoro yang menyebarkan ajaran Islam di bumi Kalimantan. Untuk mengenang jasa dan perjuangan beliau, masjid yang dibangun dan menjadi pusat aktifitas dakwah menapaktilasi namanya. Dengan demikian tetap akan menjadi ingatan kolektif di masyarakat muslim, sekaligus merupakan landasan dan menyemangati dalam setiap aktifitasnya.
Masyarakat muslim kini menjadikannya sebagai tonggak perjuangan dan dakwah Islamiyah, selain menggunakan sebagai pusat kegiatan kemasyarakatan. Secara rutin keberadaannya merupakan sarana ibadah, baik ibadah mahdhah maupun dalam kaitannya dengan kegiatan sosial kemasyarakatan. Mengembalikan peran masjid sebagaimana awal perkembangannya merupakan tanggung jawab bersama, termasuk generasi muda muslim yang berbasis di Masjid Jami Kiai Gede.

L.      ISLAM MASUK DI MUARA TEWEH
Dalam sejarah Islam di nusantara telah diakui bahwa peran pedagang yang masuk kedaerah pedalaman cukup besar dalam penyebaran agama Islam pada awal perkembangannya. Penyebaran Islam melalui perdagangan ini dapat dijadikan bukti bahwa Islam masuk kewilayah barito melalui jalan damai tampa adanya unsuk paksaan dan kekerasan, apalagi peperangan yang sampai menumpahkan darah.
Dalam konteks masuknya Islam Ke wilayah Barito, dapat dibagi kepada dua jalur pengaruh, yakni aktifitas dakwah melalui jalur  ketuperdagangan, perkawinan, dan pengaruh ulam serta keturunan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari di satu sisi serta dakwah melaui pengaruh kerajaan Islam Banjar, yaitu dengan kehadiran pangeran Antasari dan putranya, Muhammad Seman.[34]
M.   ISLAM DI MUARA LAUNG
Berdasarkan informasi Haji Burhanuddin, sebelum masjid Muara laung yang bernama masjid Nur Arifin didirkan, sesungguhnya  sudah ada komunitas muslim disana yang berasal dari Marabahan (Bakumpai) dan Nagara (Banjar). Beliau menjelaskan, bahwa masjid tersebut dibangun pada tahun 1882 oleh penghulu H.Arief yang berasal dari Marabahan. Masjid tersebut sudah dipagar dengan bangunan beton dan tiang masjid sebelumnya yang terdiri dari kayu ulin sudah tidak digunakan karena sudah dimakan semut pada bagian dasarnya.
Islam datang ke Muara Laung lewat perdagangan dan perkawinan dari suku banjar dan suku Bakumpai (Marabahan) dengan suku Dayak (Penduduk asli). Mereka dating lewat sungai Barito dan sungai Nagara dengan jukung (perahu kecil) dengan alat dayung[35].
N.    ISLAM DI KALIMANTAN TIMUR
Kawasan Kalimantan Timur bagian utara secara umum penduduk aslinya terdiri dari tiga jenis suku bangsa yakni : Tidung, Bulungan dan Dayak yang mewakili tiga kebudayaan yaitu Kebudayaan Pesisir, Kebudayaan Kesultanan dan Kebudayaan Pedalaman.Kaum suku Tidung umumnya terlihat banyak mendiami kawasan pantai dan pulau-pulau, ada juga sedikit ditepian sungi-sungai dipedalaman umumnya dalam radius muaranya. Kaum suku Bulungan kebanyakan berada di kawasan antara pedalaman dan pantai, terutama dikawasan Tanjung Palas dan Tanjung Selor. Sedangkan kaum suku Dayak kebanyakan mendiami kawasan Pedalaman. Kalangan suku Dayak yang terdengar dan Popular adalah bernama suku Dayak Kenyah. Suku Dayak memiliki banyak sub-suku bangsa mereka tersebar dikawasan pedalaman dan dan memiliki berbagai macam nama.
Adapun mengenai suku kaum Tidung, mata pencaharian andalannya adalah sebagai Nelayan, disamping itu juga bertani dan memanfaatkan hasil hutan. Berdasarkan dokumen dan informasi tertulis maupun lisan yang ada bahwa, tempo dulu dikawasan Kalimantan Timur belahan utara terdapat dua bentuk pemerintahan, yakni : Kerajaan dari kaum suku Tidung dan Kesultanan dari kaum suku Bulungan. Kerajaan dari kaum suku Tidung berkedudukan di Pulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu, Sedangkan Kesultanan Bulungan berkedudukan di Tanjung Palas.
Riwayat tentang kerajaan maupun pemimpin (Raja) yang pernah memerintah dikalangan suku Tidung terbagi dari beberapa tempat yang sekarang sudah terpisah menjadi beberapa daerah Kabupaten antara lain Kabupaten Bulungan (Kecamatan Tanjung Palas, Desa Salimbatu), Kabupaten Malinau, Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten Nunukan (Kecamatan Sembakung), Kota Tarakan dan lain-lain hingga ke daerah Sabah (Malaysia) bagian selatan.
Dari beberapa sumber didapatkan riwayat tentang masa pemerintahan Benayuk yang berlangsung sekitar 35 musim. Perhitungan musim tersebut adalah berdasarkan hitungan hari bulan (purnama) yang dalam semusim terdapat 12 purnama. Dari itu maka hitungan musim dapat disamakan +kurang lebih dengan tahun Hijriah. Apabila dirangkaikan dengan riwayat tentang beberapa tokoh pemimpin (Raja) yang dapat diketahui lama masa pemerintahan dan keterkaitannya dengan Benayuk, maka diperkirakan tragedi di Menjelutung tersebut terjadi pada sekitaran awal abad XI.
Salah satu harta kekayaan sejarah Bulungan adalah Mesjid Sultan Kasimuddin atau dikenal dengan nama Mesjid Kasimuddin, nama itu sudah sangat dikenal sebagian besar masyarakat Bulungan, namun sejarah yang melikupinya, ternyata tidak setenar namanya.
Mesjid Jami’ Kasimuddin merupakan sebuah masjid bersejarah yang dibangun Peninggalan Sultan kasimuddin(1901-1925), seorang Sultan yang sangat dicintai oleh rakyatnya dan dikenal sangat dekat dengan para ulama, beliau amat gigih melawan pengaruh Belanda di Bulungan, Hal itu tergambar dari ucapannya yang sangat terkenal saat ia menghentikan kebiasaan protokoler yang mengharuskan Sultan menjemput di dermaga ketika pejabat Belanda hendak berkunjung ke istana raja[36].
Dari 3,5 juta penduduk Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), 85 persen di antaranya memeluk agama Islam, untuk itu Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat diminta menyiapkan kader untuk terus membina para Muslim itu. Islam masuk ke kalimantan tidur tiaka jauh berbeda dengan kalimantan pada umumnya.






KESIMPULAN
Penyebaran islam di kalimantan dapat di devinisikan dengan dua jalur, enternal dan external. Islam merupakan agama yang mampu mengendalikan ke mamkmuran hati dunia akhirat, mungkin seperti itulah ungkapan-ungkapan yang terlontarkan dari alunan bait kata dari para penda,wah di saatv itu, hingga pada akhirnya islam di kalimantan sudah menjadi mayoritas bagi para penduduknya, baik di pegunungan, lautan dan di dataran, islam  sudah menjadi bbendera bagi masyarakat kalimantan khususnya.
Penyebaran agama islam bukanlah semudah membalik telapak tangan, akan tetapi penyebaran agama islam di perluykan tenaga yang pastinya ada pengorbanan yang wajib di gudurkkan, baik berupa darah, keringat, harta, dengan demikianlah islam menjadi bendera yang berkobar tinggi di kalimantan.
Islam merupakan pondasi terkokoh di bandingkan agama-agama yang lain, dengan demikian lah para pendam,wah selalu siap siaga dalam  menyebarkan agama islam. Dan hingga menjadi fakta dan oksegen keislaman yang segar masuk ke dalam rongga-rongga keislaman kita semua.
 Berapa banyak kerajaan yang berdiri kokoh akibat islam menjadi oksegen yang segar di kalimantan. Berapa banyak Raja-raja yang memluk agama islam berkat oksegen yang di bawa para penda,wah masuk ke rongga mereka. Oleh karena itulah kita sebagai sari pati yang terlahir dari dzat-dzat tanaman yang tumbuh di tanah kalimantan  ini mampu menjaga kelestarian adat dan budayanya yang telah di renofasi oleh para penda,wah hingga menjadi model islam.
Semuanya tidak luput dari iman yang sudah melekat di tubuh kita ini. Setelah kita mengetahui bagaimana susah payah nya para penda,wah menyampaikan agama islam di tanah moyang kita ini. Sekrnag mari kitra berniat menjaga dan melestarikan bahkan menyebarkan ke tempat-tempat lain.


DAFTAR PUSTAKA
Abu Nazla Muhammad Muslim safwan, 100 Tokoh kalimantan, Sahabat:kandangan, 2007.
Ahmad Basuni, Nur Islam di Kalimantan Selatan (sejarh masuknya Islam di  Kalimantan), (Surabaya: Bina Ilmu, 1986) h. 10
Ahmad Basuni, Nur Islam di Kalimantan Selatan sejarh masuknya Islam di  Kalimantan), Surabaya: Bina Ilmu, 1986.
Ahmad Basuni, Nur Islam Di Kalimantan Selatan, Pt,Bina Ilmu:Surabaya, 1986.
Alfani Daud, Islam dan Masyarkat banjar, Pt.RajaGrafindo persada: Jakarta Utara,1997.
Anshar rahman, et al., Syarif Abdurrahman al-Kadri, Perspektif sejarah beridirinya kola Pontianak, Pontianak: Pemerintah Kota Pontianak, 2000.
Anshar rahman, et al., Syarif Abdurrahman al-Kadri, Perspektif sejarah beridirinya kola Pontianak, Pontianak: Pemerintah Kota Pontianak, 2000.
Artum Artha Asal-usul kota dan desa di kalimantan selatan, Hasanu: Bankjarmasin, 1984.
Djatiwijono, Monografi kelembagaan islam di dunia, Proyek pembinaan kerukunan hidup beragama departemen agama indonesia: Jakarta, 1982.
H. Abdul Malik karim Amrullah, Sejarah umat islam, Bulan bintang: Jakarta, 1961.
Khairi Syaf`ani, “Meneladani Kearifan Ulama Terdahulu“, Buletin al-Harakah Edisi 5l, Banjarmasin: LK3. 2006.
Khairi Syaf`ani, “Meneladani Kearifan Ulama Terdahulu“, Buletin al-Harakah Edisi 5l, Banjarmasin: LK3. 2006.
Muhammad Husein Haekal, Sejarah hidup Muhammad- alih bahasa Ali Audah, Jakarta Litera Antamusa, 1990.
Muhammad Husein Haekal, Sejarah hidup Muhammad- alih bahasa Ali Audah, Jakarta Litera Antamusa, 1990.
Pemerintah Daerah Kalimantan Barat, Sejarah perjuangan Rakyat  Kalimantan Barat, Pontianak: Pemda Tk Kalbar, 1990.
Azra, Azymardi, Jaringan ulama Timur dan kepulaun nusantara abad xvIII, Jakarta: Kencana, 2007.




[1] [1] Artum Artha Asal-usul kota dan desa di kalimantan selatan, (Hasanu: Bankjarmasin, 1984),.1-4.

[2] Ahmad Basuni, Nur Islam Di Kalimantan Selatan, (Pt,Bina Ilmu:Surabaya, 1986),.h.12.
[3] H.Ahmad Basuni, Nur Islam Di Kalimantan Selatan,.h.13.
[4] H. Abdul Malik karim Amrullah, Sejarah umat islam, (Bulan bintang: Jakarta, 1961),. h. 87.
[5] Djatiwijono, Monografi kelembagaan islam di dunia, (Proyek pembinaan kerukunan hidup beragama departemen agama indonesia: Jakarta, 1982), h. 55.
[6] Djatiwijono, Monografi kelembagaan islam di dunia, h. 56.
[7] Djatiwijono, Monografi kelembagaan islam di dunia, h. 53.
[8] H. Abdul Malik karim Amrullah, Sejarah umat islam, h. 35.
[9] H. Abdul Malik karim Amrullah, Sejarah umat islam, h. 40.
[10] Alfani Daud, Islam dan Masyarkat banjar, h. 38-39.
[11] Abu Nazla Muhammad Muslim safwan, 100 Tokoh kalimantan, (Sahabat:kandangan, 2007),.h,1-15.
[12] Abu Nazla Muhammad Muslim safwan, 100 Tokoh kalimantan, h,16-21
[13] Abu Nazla Muhammad Muslim safwan, 100 Tokoh kalimantan,. 41-59.
[14] Alfani Daud, Islam dan Masyarkat banjar, (Pt.RajaGrafindo persada: Jakarta Utara,1997),.1.
[15] M.Sam’ani, sejarah banjar, (PPD:Banjarmasin, 2005),.h.1-2.
[16] M.Sam’ani, sejarah banjar, (PPD:Banjarmasin, 2005),.h.2.
[17] M.Sam’ani, sejarah banjar, (PPD:Banjarmasin, 2005),.h.3-4.
[18] Masa terjaadinya proses pengesan dan pencairan es
[19] Ahmad Basuni, Nur Islam di Kalimantan Selatan (sejarh masuknya Islam di  Kalimantan), (Surabaya: Bina Ilmu, 1986) h. 10.
[20] Anshar rahman, et al., Syarif Abdurrahman al-Kadri, Perspektif sejarah beridirinya kola Pontianak, (Pontianak: Pemerintah Kota Pontianak, 2000) h. 3
[21] Khairi Syaf`ani, “Meneladani Kearifan Ulama Terdahulu“, Buletin al-Harakah Edisi 5l, (Banjarmasin: LK3. 2006). h. 1
[22] rahman, et al., Syarif Abdurrahman al-Kadri, Perspektif sejarah beridirinya kola Pontianak, h. 4.
[24] Muhammad Husein Haekal, Sejarah hidup Muhammad- alih bahasa Ali Audah, (Jakarta Litera Antamusa, 1990),. H . 4
[25] Ahmad Basuni, Nur Islam di Kalimantan Selatan (sejarh masuknya Islam di  Kalimantan), (Surabaya: Bina Ilmu, 1986) h. 10
[26] Anshar rahman, et al., Syarif Abdurrahman al-Kadri, Perspektif sejarah beridirinya kola Pontianak, (Pontianak: Pemerintah Kota Pontianak, 2000) h. 3
[27] Khairi Syaf`ani, “Meneladani Kearifan Ulama Terdahulu“, Buletin al-Harakah Edisi 5l, (Banjarmasin: LK3. 2006). h. 1
[28] Muhammad Husein Haekal, Sejarah hidup Muhammad- alih bahasa Ali Audah, (Jakarta Litera Antamusa, 1990),. H . 4.
[29] Pemerintah Daerah Kalimantan Barat, Sejarah perjuangan Rakyat  Kalimantan Barat, (Pontianak: Pemda Tk Kalbar, 1990), h.10
[30] Pemerintah Daerah Kalimantan Barat, Sejarah perjuangan Rakyat  Kalimantan Barat,  h. 12.
[31] Google: Sejrah masuknya islam di kalimantan barat, di downlod tanggal 10 maret 2012 jam 10 Wib.
[32] Azra, Azymardi, Jaringan ulama Timur dan kepulaun nusantara abad xvIII, (Jakarta: Kencana, 2007), cet, ke tiga, h. 24.
[33] Khairil, Kedatangan Islam, h.42-43
[34] Khairil, Kedatangan Islam, h. 65
[35] Ibid, hal. 82.
[36] Google: sejarah islam di kalimantan timur, di download pada tanggal 21 maret 2012.

This post have 0 komentar


:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100

Next article Next Post
Previous article Previous Post