awal masuk islam di indonesia

author photo May 14, 2012

A.PENDAHULUAN
           
            Sebagai agama rahmatan lilamin, Islam telah membuktikan kebenarannya. Kebenaran Islam telah terbukti  di berbagai belahan dunia. Islam kini telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Setidaknya itulah hasil perjuangan Rasulullah saw. Yang menyebarkan Islam mati-matian sampai harus menghadapi berbagai cobaan.
Berkat perjuangan beliau itulah akhirnya sebuah agama penyejuk, penuh kedamaian, penuh kepedulian yakni islam sampai ke negeri seribu pulau ini.
Islam datang dan masuk ke indonesia sebelum masa penjajahan.
            Terlepas dari perdebatan yang terus berlangsung, satu argument penting di kemukakan bahwa proses Islamisasi di Indonesia mestilah di lihat dari perspektif global dan local sekaligus. Dari perspektif global, Islamisasi di Indonesia harus di pahami sebagai bagian yang tidak terpisahkan  dari dinamika dan perubahan yang terjadi dalam dunia Islam secara global, dan bahkan dalam dunia Eropa. Dalam konteks itu, teori Schrieke tentang “Balapan antara Islam dan Kristen”, dan juga hubungan antara kesultanan Aceh dengan Dinasti Turki ‘Utsmaniyyah patut di pertimbangkan sebagai factor-faktor yang mempercepat Islamisasi sekligus pembentukan tradisi Islam di Indonesia.
            Namun, pada saat yang sama, proses Islamisasi dan intenfikasi pembentukan identitas dan tradisi Islam di Nusantara mestilah memperhitungkan histeriografi lokal. Hasilnya, dengan perspektif global dan lokal, kita akan dapat memiliki pemahaman yang lebih akurat tentang Islamisasi di Indonesia.

B. Perjuangan Kemerdekaan Umat Islam
         
1. Masa Kolonial Belanda
               Sebagai organisasi politik pelopor nasionalisme, SI pada dekade pertama adalah organisasi politik besar yang merekrut anggotanya dari berbagai kelas dan aliran yang ada di Indonesia. Ideologi mereka adalah persatuan dan anti kolonialisme. Tjokrominoto dalam pidatonya pada kongres Nasional Sarekat Islam yang berjudul “Zulfbetuur” tahun 1961 di Bandung mengatakan:
Tidak pantas lagi Hindia (Indonesia, pend.) diperintah oleh negeri Belanda, bagaikan tuan tanah yang meguasai tanah-tanahnya. Tidak pada tempatnya menganggap Hindia sebagai seekor sapi perahan yang hanya diberi makan hanya demi susunya. Tidaklah pantas untuk menganggap negri ini sebagai tempat kemana orang berdatangan hanya untuk memperoleh keuntungan, dan sekarang sudah tidak pada tempatnya lagi, bahwa penduduknya, terutama anak negrinya sendiri, tidak mempunyai hak turut bicara dalam soal-soal pemerintahan yang mengatur nasib mereka.
            Demikian SI memperjuangkan pemerintahan sendiri bagi penduduk Indonesia, bebas dari pemerintahan Belanda. Puncak perbedaan itu terjadi didalam tubuh SI sendiri, komunisme. Pemisahan yang dikenal dengan Partai  Komunisme Indonesia (PKI) dari SI itu, terjadi secara besar-besaran pada 1923.

2. Masa Kolonial jepang
Pada tanggal 14 februari 1945 memberi peringatan kepada Jepang bahwa kekecewaan orang Indonesia terhadap mereka sudah mencapai titik didih. Begitupun pada rapat Dewan Penasehat Pusat tanggal 21 februari 1945, Hatta melancarkan kecaman terhadap penguasa Jepang atas perlakuan mereka terhadap para buruh muda, dengan menunjukan bukti yang di kumpulkan selama enam bulan sebelumnya, untuk  menunjukkan sampai sejauh mana penyiksaan yang di lakukan terhadap mereka. Kaum nasionalisme pada umumnya menunjukkan semangat  yang lebih berani pada rapat ini, dengan tuntutan bahwa persiapan kemerdekaan Indonesia harus di tetepkan sejalan dengan semangat lantang “Merdeka atau Mati”.Pada tanggal 1 Maret, penguasa Jepang mengumumkan bahwa  Tokyo telah memberikan izin didirikannya badan untuk merencanakan kemerdekaan Indonesia secara terinci dalam rangka memenuhi janji Koiso.Pada tanggal 29 April 1945, di umumkan Badan Penyelidik Kemerdekaan Indonesia, atau BPKI.
Sedangkan Islam berusaha menjadi suatu sistem yang merasuk kesetiap sudut kehidupan seseorang ,termasuk Politik. Dalam masyarakat Minangkabau keanggotaan badan ini, yang disebut sebagai tradisional, terlepas dari periode Ektern pada zaman kaum Padri Islam dan adat merupakan sistem yang terpisah namun saling terkait. Hatta ingat bahwa mayoritas anggota ragu-ragu menjawab secara langsung pertanyaan yang di ajukan dalam pidato pembukaan ketua: “apakah dasar Negara yang akan kita bentuk”? Kalau Islam tidak secara langsung ditetapkan sebagai dasar apakah alternatifnya? .
Ketika membahas pemikiran komite tersebut bertahun-tahun kemudian, Hatta mengakui bahwa Ia selalu menyetujui Pancasila. Ia menyatakan bahwa sejauh “Ketuhanan Yang Maha Esa” dituliskan ke dalam prinsip dasar kenegaraan, ajaran Islam bahwaTuhan harus menjadi pusat kegiatan setiap muslim, dijamin:
Percaya kepada Tuhan bukan hanya merupakan cara untuk menghargai keyakinan setiap orang, seperti yang pertama kali dinyatakan oleh Bung Karno, melainkan prinsip dasar yang menuju kea arah kebenaran, keadialan, kebaikan, kejujuran, danpersaudaraan.
Konsep yang luas tentang “Percaya KepadaTuhan” juga memungkinkan alur menghindarkan diri bagi Hatta dari kewajiban apapun, sebagai seorang ortodoks dan Putra seorang Ulama, untuk mendukung Negara Islam.
(Jakarta : PT Gramediapustaka utama.1991)
Hlm.181-186. (Hatta,Muhammad ,Indonesia Merdeka

C. ORGANISASI POLITIK DAN ORGANISASI SOSIAL ISLAM DALAM SUASANA INDONESIA MERDEKA.

Islam merupakan 87 persen penduduk Indonesia, ide Negara Islam secara terus menerus dan konsisten di tolak. Bahkan partai-partai Islam, kecuali pergerakan nasional, mulai masa penjajahan hingga masa kemerdekaan, selalu mengalami kekalahan. Malah dengan pembaharuan politik Bangsa sekarang ini, partai-partai (berideologi) Islam pun lenyap.
            Menjelang pancasila di putuskan sidang umum MPR 1983 sebagai salah satu-satunya asas bagi kekuatan politik itu, banyak kalangan yang melontarkan suara-suara kontra. Suara itu semakin tajam tatkala Pancasila pada ahirnya, bukan saja di putuskan sebagai asas satu-satunya bagi kekuatan-kekuatan politik, tetapi juga terhadap organisasi-organisasi kemasyarakatan, termasuk organisasi keagamaan di Indonesia.
            Sangat wajar kalau suara kontra itu banyak yang berasal dari umat Islam. Bukan saja karena latar belakang sejarah yang pernah dilaluinya, tetapi juga karena pada saat gagasan itu di lontarkan, sub-sub Ideologi yang pernah ada di Indonesia sudah “terkena” gagasan itu. Hanya Partai Persatuan Pembangunan (PPP), fusi dari empat partai Islam Parmusi, NU, PSII, dan partai yang masih mempunyai Ideologi atau asas ciri, yaitu Islam
            Awal sejarah Islam di kepulauan melayu-Indonesia  tampak sangat problematis dan rumit. Masalah itu menjadi semakin rumit karena kerangka acuan tertentu di gunakan secara sadar ataupun tidak sadar, sebenarnya sangat penting jika orang mencoba memahami Islamisasi di kawasan ini. Jauhnya islamisasi ini sangat berbeda dengan islamisasi yang terjadi di selatan, Berlawanan dengan wilayah-wilayah Persia dan India yang yang dalam banyak hal mengalami islamisasi setelah ekspansi militer dan kekuatan politik islam dari Asia barat-Prktis tidak ada satu bagian dari kepulauan melayu-Indonesia yang mengalami Islamisasi seperti itu.
            Mempertimbangkan hal-hal seperti itu orang segera memahami beberapa masalah yang di hadaapi ketika mencoba menjelaskan dan memahami Islam pada masa paling awal di Nusantara. Pengislaman kawasan tidak seragam, Tingkat penerimaan Islam pada satu bagian atau bagian yang lainnya bergantung tidak hanya pada waktu pengenalannya, tetapi tak kurang pentingnya bergantung pada watak budaya lokal yang di hadapi Islam. Karena alasan ini beberapa perbedaan misalnya, antara Islam di Phanrang (yang berada di pesisir pusat wilayah Champa), atau Leran (yang berada di pesisir utara Jawa Timur), atau di Pasai (di pesisir utara Sumatra), atau di Malaka (yang berada di pesisir semenanjung Malaya), dan Islam di kerajaan Mataram, Jawa Tengah, selama pengenalan Islam ke wilayah-wilayah tersebut.
Departemen Agama (Depag) RI berkembang semakin mantap. Kelahiran Depag adalah untuk melaksanakan amanat Pembukaan UUD 1945 dan pasal 29 Ayat (1) dan (2) serta penjelasannya. Pasal di atas mengamanatkan kepada Pemerintah dan Negara Indonesia agar melakukan pengaturan, kebijakan dan langkah-langkah dalam rangka merealisasikan kehidupan Agama dalam bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Selama 25 tahun pelaksanaan Pembangunan Jangka Panjang 1 (1969-1994) tugas pokok, fungsi, wewenang dan tata cara kerja Depag di arahkan pada : (1). Peningkatan penghayatan dan pengalaman Agama dalam rangka mempertinggi dan memeperkuat mental, moral dan Aklak manusia Indonesia. dan (2).  Meningkatkan peran Agama sebagai pemberi motivasi, Jiwa dan semangat pembangunan serta sebagai penggerak dan dan pengarah potensi umat beragama untuk pembangunan Nasional. Untuk itu, Departemen Agama RI antara lain mengusahakan, yang pertama tetap terpeliharanya suasana kerukunan hidup beragam serta pembudayaan Pancasila. Kedua mengarahkan kegiatan penerangan dan penyuluhan, dan yang ketiga meningkatkan usaha bimbingan hidup beragama (Republik Indonesia,    1989: 780).
            Masalah yang sangat menarik dalam menelusuri Sejarah Departemen Agama RI dalam 50 tahun Indonesia Merdeka, antara lain :
         Sejauh manakah bukti-bukti sejarah memperkuat asumsi bahwa Negara (dalam bentuk apapun) mengatur kehidupan beragama tanpa memgurangi hak-hak dasar masing-masing agama untuk melaksanakan kewajiban Agamanya.
         Sejauhmana pulakah peranan sejarah umat Islam Indonesia Departemen Agama dan Pri kehidupan beragama di Indonesia.

D. TEORI-TEORI TENTANG ISLAMISASI NUSANTARA

            Sejumblah ahli mengajukan teori bahwa sumber Islam di kepulauan Melayu-Indonesia adalah anak Benua India selain Arab dan Persia. Orang pertama yang mengemukakan teori ini adalah Pijnappel yang berkebangsaan Belanda dari Universitas Leiden. Dia mengaitkan asal-usul Islam di Nusantara ke kawasan Gujarat dan Malabar dengan alasan Bahwa orng-orng Arab bermazhab Syafi'i bermigrasi dan menetap di daerah-daerah tersebut yang kemudian membawa Islam ke Nusantara.
            Teori ini kemudian direvisi oleh Snouck Hurgronje yang menyatakan bahwa ketika Islam mendapat pijakan yang kuat di kota-kota pelabuhan India Selatan, sejumblah Muslim Dhaka banyak yang hidup di sana sebagai perantara dalam perdagangan antara Timur Tengah dan Nusantara datang di kepulauan Melayu sebagai para penyebar Islam pertama. Berikutnya, Snouck Hurgronje berteori bahwa mereka di ikuti oleh orang-orang Arab.
            Penting dicatat bahwa menurut Arnold, Coromandel dan Malabar bukan satu-satunya tempat asal kedatangan      

E. TAHAPAN ISLAMISASI DI NUSANTARA INDONESIA

Tradisi pelayaran dan perdagangan di Asia Tenggara dan Nusantara memberikan catatan kita sejarah tentang peranan Bangsa Arab, Persia, dan Gujarat dalam melakukua pelayaran dan perdagangan di kawasan ini. Kehadiran mereka di beberapa pelabuhan Asia Tenggara pada tahap awal setidaknya telah memperkenalkan kepada penduduk setempat tentang tata cara melaksanakan ibadat Islam. Memang kalau di lihat dari bukti sejarah dan arkeologi hingga abad ke-4 H tidak ada bukti tentang Islamisasi terhadap penduduk setempat. Dalam kaitan ini, Proses sosialisasi Islam di kawasan Asia Tenggara ini harus di lihat dari fase-fase kontak sosial budaya antara para pendatang Muslim dengan penduduk setempat.
Fase-fase tersebut di antaranya :
                     Fase pertama : Kehadiran para pedagang Muslim
Kapal-kapal dagang Arab sudah mulai berlayar ke wilayah Asia Tenggara sejak prmulaan awal Masehi.
                     Fase  kedua : Terbentuknya kerajaan Islam (13-16M).
Bila berita dari sumber-sumber tertulis tentang Perlak tersebut masih kabur, maka Makam Malik al-Shaleh, terletak di kecamatan Samudara di Aceh Utara, memberikan data lebih jelas tentang kerajaan Islam di Pasai.
                     Fase ketiga : Pelembagaan Islam
Pengaruh penyebaran agama yang berpusat di Pasai meluas k Aceh di pesisir Sumatra, Semenanjung Malaka, Demak, Gresik, Banjarmasin, dan Lombok. Ini terbukti dengan di temukannya bentuk-bentuk makam di Semenanjung Melayu, terutama batu nisannya, yang menyerupai bentuk-bentuk batu nisan Aceh. Di komplek pemakaman Sultan Suriansyah (Raden Samudra) yang terletak di Kuwin, Banjarmasin, terdapat batu nisan Demak dan Gresik (S. Montana, 1983).





















E. KESIMPULAN

Maraknya gerakan penerapan syariat Islam di Indonesia akhir-akhir ini, menimbulkan sikap pro dan kontra baik di masyarakat maupun di kalangan legislatif. Adanya kekhawatiran akan akibat dari penerapan syariat Islam yang bisa menimbulkan disintregasi bangsa adalah salah satu alasan yang kontra, tapi bagi yang pro syariat Islam, beralasan bahwa suatu kewajaran jika Indonesia yang penduduknya mayoritas beragama Islam untuk melaksanakan dan menerapkan syariat islam.

       Dinamika yang berkembang dalam upaya penerapan syariat Islam pada masa awal kemerdekaan adalah dengan mendirikan partai Islam, mempertahankan keberadaan Piagam Jakarta, dan mengusahakan Islam sebagai asas negara. Pada Orde Lama dinamika yang berkembang adalah dalam upaya penerapan syariat Islam dengan cara oposisi (termasuk pemberontakan) dan akomodatif (masuk dalam pemerintahan), dan juga melalui jalur pencerahan keilmuan. Dalam era Orde Baru dinamika yang berkembang adalah lewat peningkatan pemahaman umat atas Islam (kultural) dan lewat aturan formal (birokrasi) yang ditetapkan pemerintah. Era Reformasi dinamika yang berkembang sebagai upaya penerapan syariat Islam adalah mengangkat kembali isu Piagam Jakarta munculnya berbagai Perda syariat di berbagai daerah di Indonesia.

            Corak penerapan syariat Islam di awal kemerdekaan lebih bercorak politis, pada Orde Lama corak akomodatif lebih menonjol, pada era Orde Baru lebih mengarah lewat legitimasi pemerintah (lewat beberapa aturan yang ditetapkan pemerintah), dan pada era reformasi lebih menonjol dari bawah, yaitu lewat perda syariat.









DAFTAR PUSTAKA


Ambari,Hasan Muarif, Menemukan Peradapan, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1998.
Azra,Azyumardi, Islam Nusantara : Jaringan Global dan Lokal, Bandung : Mizan Anggota IKAPI, 2002.
Hatta, Muhammad, Indonesia Merdeka, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1991.
Yatim, Badri, Sejarah Peradapan Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001.


This post have 0 komentar


:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100

Next article Next Post
Previous article Previous Post